Laporkan Masalah

Tanggapan Anatomis dan Morfologis Tebu (Saccharum officinarum L.) Keprasan Keempat saat Tahapan Pertumbuhan Vegetatif terhadap Pupuk Majemuk Formula Tebu di Vertiso

Angela Vita Swastika, Eka Tarwaca Susila Putra S.P., M.P., Ph.D; Dr. Ir. Eko Hanudin, M.P., IPU, ASEAN Eng.

2025 | Tesis | S2 Agronomi

Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman perkebunan yang memiliki peran penting sebagai sumber utama produksi gula. Di Indonesia, produktivitas tebu sangat dipengaruhi oleh sistem budidaya, khususnya sistem keprasan (ratoon) yang banyak diterapkan oleh petani. Namun, budidaya tebu keprasan umumnya masih dilakukan dalam batasan operasional standar yang dapat membatasi potensi hasil. Salah satu faktor krusial yang menentukan jumlah tebu giling dan rendemen gula adalah kecukupan nutrisi tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh formulasi pupuk NPK khusus terhadap karakter anatomi dan morfologi tanaman tebu keprasan pada fase pertumbuhan vegetatif. Percobaan dilakukan dengan empat perlakuan, yaitu: (1) kontrol menggunakan pupuk eksisting yang umum diaplikasikan di PTPN, yakni 15-15-15-9(S) sebanyak 500 kg/ha dan ZA 500 kg/ha; (2) pupuk formula khusus tebu 15(N)-10(P)-15(K)-4(S)-1(Ca)-0,20(Zn)-0,20(Cu)-0,2(B)-0,2(Mn) dengan dosis 750 kg/ha; (3) formula yang sama dengan dosis 1.000 kg/ha; dan (4) formula yang sama pada dosis 1.250 kg/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk formula tebu dengan dosis 1.000 kg/ha menghasilkan respons paling optimal. Perlakuan ini secara signifikan meningkatkan karakter anatomi batang seperti diameter sel parenkim dan xilem, serta karakter morfologi seperti diameter batang, bobot segar, dan bobot kering batang. Peningkatan karakter tersebut memberikan kontribusi langsung terhadap peningkatan hasil tebu. Aplikasi pupuk formula tebu pada dosis 1.000 kg/ha mampu meningkatkan hasil hingga 32% dibandingkan dengan perlakuan pupuk eksisting.

Sugarcane (Saccharum officinarum) is an important plantation crop that serves as a major source of sugar production. In Indonesia, the productivity of sugarcane is heavily influenced by the cultivation system, particularly the ratooning system practiced by local farmers. Most ratoon cultivation is still conducted within standard operational limits, which can restrict yield potential. One of the most critical factors affecting both the quantity of milled cane and sugar yield is plant nutrition. This study was conducted to examine how a specific NPK fertilizer formulation affects the anatomical and morphological traits of ratoon sugarcane during its vegetative growth stage. The experiment consisted of four treatments: (1) a control using the existing fertilizer applied by PTPN 15-15-15-9(S) at 500 kg/ha combined with ZA at 500 kg/ha; (2) a sugarcane-specific NPK formula 15(N)-10(P)-15(K)-4(S)-1(Ca)-0.20(Zn)-0.20(Cu)-0.2(B)-0.2(Mn) applied at 750 kg/ha; (3) the same formula applied at 1,000 kg/ha; and (4) the same formula at a higher dose of 1,250 kg/ha. The results indicated that the 1,000 kg/ha dose of the sugarcane-specific fertilizer produced the most optimal response. It significantly improved stem anatomical features such as parenchyma cell diameter and xylem diameter, as well as morphological characteristics including stem diameter, fresh weight, and dry weight. These enhancements directly contributed to increased crop productivity. Applying the sugarcane formula at 1,000 kg/ha led to a yield increase of up to 32% compared to the existing fertilizer treatment.

Kata Kunci : tebu, keprasan, pupuk, morfologi, anatomi

  1. S2-2025-510259-abstract.pdf  
  2. S2-2025-510259-bibliography.pdf  
  3. S2-2025-510259-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2025-510259-title.pdf