Faktor individu dan kemampuan manajerial pejabat struktural di Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam
RAMLI, Prof.Dra. Johana E. Prawitasari, PhD
2004 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan MasyarakatLatar Belakang : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe berdiri semenjak berlakunya desentralisasi dan Otonomi Daerah. Berdasarkan UU No. 2 Tahun 2001. Penempatan pejabat struktural tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan dan terjadinya kecemburuan sosial di antara pejabat dikarenakan pejabat yang tidak sesuai dengan pendidikan duduk pada posisi yang strategis dan kehidupan yang mapan. Tujuan Penelitian : Untuk dapat mengetahui apakah dengan ketidak tepatan penempatan individu dalam jabatan struktural mempengaruhi kemampuan manajerial pejabat struktural. Metodelogi Penelitian : Penelitian dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Jumlah sampel 20 pejabat struktural eselon III dan IV. Melalui koesioner terstruktur yang disediakan, penilaian dilakukan oleh pejabat bersangkutan menilai diri sendiri, demikian juga bawahan menilainya. Selanjutnya jawaban dicek dengan data oleh peneliti, apakah jawaban disertai dengan kesediaan data atau tidak. Apabila jawaban disertai dengan data maka mendapatkan nilai 1, bila tidak mendapatkan nilai 0. Selanjutnya untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan dependen menggunakan analisa kai kuadrat, untuk melihat perbedaan penilaian diri sendiri dan bawahan menggunakan uji Anova dengan memakai program SPSS, versi 11 For Window Hasil Penelitian : Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan, pelatihan, masa kerja, kepangkatan dengan kemampuan manajerial. Kesimpulan : Faktor individu tidak mempengaruhi kemampuan manajerial pejabat struktural. Akan tetapi selisih antara orang yang mempunyai kemampuan manajerial baik dengan yang kurang adalah kecil. Hal ini disebabkan karena tidak adanya dokumen tentang pekekerjaan yang dilakukan bedasarkan tugas pokok dan fungsi (budaya lisan).
Background: Health District of Lhokseumawe was established since the local autonomy and decentralization was effective and was based on the Government regulation no. 2, 2001. The positioning of structural officers was not relevant with their educational background and there is social dislikeness among the officers as the officers with irrelevant educational background have strategic position and better life condition. Objectives: To find out whether the irrelevancy of individual in the structural positions affected managerial ability among the structural officers. Methods: This study was held in the Health District of Lhokseumawe, the province of Nanggroe Aceh Darussalam. There were 20 samples of structural officers eccelon III and IV. Through the structured questionnaires, the evaluation was done by the officers themselves and their staff. The answers were then analyzed based on the data acquired in this study, whether the answers completed with data or not. If the answers completed with data, the score was 1, if not, the score was 0. Chi Square was used to find out the relationship between independent and dependent variables. Meanwhile Anova and SPSS Program ver. 1.1 for Windows were used to find out the scoring difference between the officers and their staff. Results: There was no relationship among level of education, training and length of years of working, levels and managerial ability. Conclusion: The individual factors do not affect managerial ability of structural officers. There was slight difference between those who have good managerial ability and those with less managerial ability. This was caused by the inexistence of documents of work based on their main jobs and function (oral culture).
Kata Kunci : Kebijakan Kesehatan,Pejabat Struktural Kesehatan,Kemampuan Manajerial, performance, managerial ability, structural officer