IDENTIFIKASI AFLATOKSIN DALAM OBAT TRADISIONIL
INDRAWATI KUSUMAJAYA dan LISTIANI LUMINTO, Drs. Sarjoko Apt.
1979 | Skripsi | Ilmu FarmasiTelah dilakukan penelitian Identifikasi aflatoksin dalam obat tradisionil dari lima macam jamu se- cara kromatografi lapisan tipis. Pemisahannya berdasarkan perbedaan perambatan dari masing-masing komponen pada fase tetap. Sebagai fase tetap digunakan silicagel G tipe 60 dengan ktebalan 0,25 mm dan sebagai fasa bergerak digunakan campuran khloroform-metanol dengan perbandingan 95: 5. Lokasi bercak ditetapkan dengan menyinarinya de- ngan sinar ultra violet pada panjang gelombang 366 um, maka bercak-bercak terlihat sebagai fluoresensi biru ungu bila jam tersebut mengandung aflatoksin B dan biru hijau bila mengandung aflatoksin G. Dilakukan juga percobaan pembuatan aflatoksin dengan mengisolasi aflatoksin dari jamur Aspergillus flavus strain 5906 yang ditanam dalam media kacang steril dan tidak storil dengan cara yang sama seper- ti pada jamu. Juga dari jamur Aspergillus flavus strain 142 yang ditanam dalam media kacang steril. Ternyata harga Rf aflatoksin yang diperoleh dari iso- lasi jamur-jamur ini tidak sama dengan harga Rf afla toksin di kepustakaan, sehingga pada penelitian ini diperlukan aflatoksin baku. baku. Dari percobaan ternyata hanya jamu C dan jamu E yang memberikan harga Rf yang sama dengan harga Rf aflatoksin baku, tetapi intensitas warna fluoresensi kedua jamu ini tidak tepat sama dengan warna resensi aflatoksin baku, sehingga jamu C dan jamu E diduga mengandung aflatoksin. fluo-Pada percobaan penghitungan angka kuman dengan - cara pengenceran menunjukkan angka kuman yang cukup tinggi dan bakteri yang tumbuh hanyalah Bacillus species spora central. Sedang jamur yang tumbuh ada- lah Aspergillus species, Aspergillus niger, dan Rhi- zopus species.
Kata Kunci : AFLATOKSIN , OBAT TRADISIONIL