Laporkan Masalah

Evaluasi faktor penentu kepatuhan penderita TB Paru minum obat anti tuberkulosis di Puskesmas Kabupaten Maluku Tenggara

INTANG, Bau, Dr. Sri Suryawati

2004 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar Belakang : Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) masih merupakan masalah kesehatan prioritas di Indonesia. Survei kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1992, di Indonesia dinyatakan penyakit TB Paru merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit kardiovaskuler dan urutan pertama pada penyakit infeksi. Upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit TB Paru dengan kegiatan penemuan kasus dini, penegakan diangnosis melalui pemeriksaan microskopik dan pelayanan pengobatan secara terpadu dan terkendali melalui strategi DOTS. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi faktor penentu kepatuhan penderita TB Paru minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dan mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan penderita minum OAT di Kabupaten Maluku Tenggara. Metode : Penelitian ini menggunakan rancangan Case Control Study, merupakan studi kasus pada penderita TB Paru yang gagal pengobatan (tidak sembuh) sebagai kasus dimana BTA masih positif (+) dan yang sembuh dengan BTA negatif (-) setelah menjalani pengobatan dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) sebagai control. Pengambilan sampel berdasarkan criteria inklusi penelitian. Besar sample 84 penderita (42 kasus+42 pembanding). Dari sampel didapatkan penderita yang patuh minum obat anti tuberculosis sebanyak 44 dan yang tidak patuh 40 penderita. Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk deskripsi variabel penelitian, analisis bivariat dengan menghitung Odd Ratio dan Chi-square serta multivariate menggunakan regretion logistic. Hasil : Hasil analisis univariat yaitu faktor predisposisi : umur (OR=2,71, p<0,05), jenis kelamin (OR=,0,65, p>0,05), pengetahuan (OR=2,95, p<0,05), pendidikan (OR=3,14, p<0,05), penghasilan (OR=3,62, p<0,05), kebiasaan merokok (OR=0,51, p>0,05), dan minum alkohol (OR=0,57, p>0,05), factor pendukung : ketersediaan obat (OR=7,59, p<0,05), jarak rumah (OR=2,79, p<0,05), gejala samping obat (OR=0,38, p<0,05) serta penyakit lain menyertai (OR=0,08, p<0,05), sedangkan factor pendorong : pengawas minum obat (OR=3,17, p<0,05) dan sikap tenaga kesehatan (OR=4,26, p<0,05). Hasil analisis multivariat yaitu umur (OR=1,13, p>0,05), pengetahuan (OR=3,38, p<0,05), pendidikan (OR=3,37, p>0,05), penghasilan (OR=3,03, p>0,05), ketersediaan obat (OR=0,16, p>0,05), jarak rumah (OR=5,84, p<0,05), gejala samping obat (OR=1,56, p>0,05), penyakit lain menyertai (OR=8,35, p<0,05), pengawas minum obat (OR=0,26, p>0,05) dan sikap tenaga kesehatan (OR=0,28, p>0,05). Kesimpulan : Faktor yang paling dominan menyebabkan ketidakpatuhan penderita minum OAT yaitu pengetahuan penderita, jarak rumah dan penyakit lain yang menyertai, dan faktor lain yang dapat mempengaruhi kepatuhan yaitu umur, pendidikan, penghasilan, ketersediaan obat, gejala samping obat, pengawas minum obat (PMO) dan sikap petugas kesehatan. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan pengobatan TB paru maka hendaknya petugas kesehatan melakukan pemantauan, pengawasan, motivasi dan semangat serta informasi yang jelas kepada penderita khususnya bagi penderita yang pengetahuan rendah, jarak rumah jauh dan mempunyai penyakit lain penyerta pada saat pengobatan.

Background: Pulmonary Tuberculosis disease is still a priority health problem in Indonesia. The household health survey conducted, in 1992 showed that pulmonary tuberculosis is a second mortality cause after cardiovascular disease, and considered as the first rank in the infectious disease. Efforts to reduce the morbidity and mortality rate of pulmonary tuberculosis include activities of early case finding, microscopic diagnosis as well as integrated and controlled treatment service through DOTS strategy. This study aimed to evaluate determinant faktors the compliance of Pulmonary TB patient’s in consuming anti-tuberculosis drug and to find out factors that influence the compliance of patients in consuming anti-tuberculosis drug in the district of South East Mollucca. Method: This study applied a case control study design. It was a case study in pulmonary TB patients who failed for treatment (not recovered) as case group where positive acid resistant bacill (ARB (+) in the sputum) and those who recovered with negative acid resistant bacill (ARB) (-) after having treatment with guidance of anti-tuberculosis drug as control group. Sample was taken based on inclusion criterian.The sample was 84 patients (42 case and 42 control). In sample there were 44 patients who comply to consume the Anti-Tuberculosis Drug and 40 patients who did not. Data of the research result was presented in the form of description of research variable, and bivariat analysis by calculating Odd Ratio and Chi-square as well as multivariate that used logistic regression. Result: Analysis bivariate result such as : age (OR=2,71,p<0,05), sex (OR=,0,65,p>0,05), knowledge (OR=2,95,p<0,05), education (OR=3,14,p<0,05), patient’s income (OR=3,62,p<0,05), smoking (OR=0,51,p>0,05), and alcohol drink (OR=0,57,p>0,05, drugs availability (OR=7,59,p<0,05), house distance (OR=2,79,p<0,05), side effect of the drug (OR=0,38,p<0,05) as well as other accompanied disease (OR=0,08,p<0,05), was controller in consuming the drug (OR=3,17,p<0,05) and attitude of the health care provider (OR=4,26,p<0,05). Multivariate analysis resulth such as predisposision factor : age (OR=1,13, p>0,05), knowledge (OR=3,38, p<0,05), education (OR=3,37, p>0,05), patient’s income (OR=3,03, p>0,05), drugs availability (OR=0,16, p>0,05), house distance (OR=5,84, p<0,05), side effect of the drug (OR=1,56, p>0,05), as well as other accompanied disease (OR=8,35, p<0,05), was controller in consuming the drug (OR=0,26, p>0,05) dan attitude of the health care provider (OR=0,28, p>0,05). Conclusion : Most dominant factor cause patient is not obedient take anti tuberculosis drug that is knowledge patient, house distance and other disease which accompany, and other factor able to influence compliance that is age, education, production, availibility of drug, symptom from other side drug, supervisor take medicine and health officer attitude. To increase the quality of service medication tuberculosis pulmonary hence health officer shall conduct monitoring, observation, motivation and spirit and also clear information patient specially to patient which is low knowledge, house distance which far and have other disease which accompany at the time.

Kata Kunci : TB Paru,Kepatuhan Minum Obat


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.