Laporkan Masalah

Pengaruh irigasi embung terhadap usahatani jagung di lahan kering Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng

MAHAPUTRA, I Ketut, Dr.Ir. Suhatmini Hardyastuti, MS

2004 | Tesis | S2 Ekonomi Pertanian

Penelitian dilaksanakan pada lahan kering di desa Patas, kecamatan Gerokgak, kabupaten Buleleng dari bulan Maret sampai dengan April 2004. Lahan kering pada umumnya merupakan lahan kurus akan unsur hara, ketersediaan air terbatas hanya tergantung dari curah hujan saja. Petani pada lahan ini umumnya petani kecil dengan perekonomian lemah dengan pendapatan yang rendah, sehingga sangat berpengaruh dalam berusaha tani yang masih tradisional dan subsisten. Untuk menanggulangi semakin berkurangnya produksi pangan di Bali yang diakibatkan oleh berkurangnya lahan produktif pertanian yang beralih fungsi, salah satu alternatif adalah menangani lahan kering dengan baik. Tanah yang kurang subur, kurangnya air adalah masalah utama pada lahan kering. Dalam usaha meningkatkan produktivitas telah dikembangkan irigasi embung oleh petani lahan kering. Secara umum pada musim kemarau hanya sebagian kecil saja dari luas lahan yang dapat diusahakan, dengan adanya embung tersebut hampir sebagian dari luas lahan dapat ditanami jagung. Irigasi embung pada lahan kering dibangun oleh petani secara swadaya. Dari hasil penelitian diperoleh produktivitas jagung, produktivitas tenaga kerja dan pendapatan petani pada daerah irigasi embung yang lebih tinggi dari daerah tadah hujan. Secara finansial penggunaan irigasi embung untuk tanaman jagung menunjukkan pendapatan dan keuntungan adalah sebesar Rp. 2.049.319,- dan Rp. 668.591,- (Musim Tanam I). Pada lahan tadah hujan, pendapatan dan keuntungannya sebesar Rp. 1.134.945,- dan Rp. 248.302,-. Pada musim tanam II, patani dengan irigasi embung memperoleh pendapatan dan keuntungan sebesar Rp. 893.253,- dan Rp. 90.310,-, sedangkan petani tadah hujan memperoleh pendapatan sebesar Rp. 301.123,- dan keuntungan yang negatif sebesar Rp. - 17.305,-. Dalam melihat kelayakan investasi irigasi embung digunakan kriteria Net Present Value (NVP), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR) dengan analisis sensitivitas dan penggunaan biaya amortisasi. Dari hasil penelitian diperoleh nilai untuk NVP > 0, Net B/C > 1, IRR > tingkat suku bunga ditetapkan (18%) dan biaya amortisasi > 0. Jadi pemakaian irigasi embung untuk tanaman jagung pada lahan kering cukup menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan.

The research was carried out in dry land area in Patas Village, in district of Gerokgak, Buleleng. Regency from March up to April 2004. Soil fertility on dry land is commonly low, limited water available just depending on rain fall. Pooreast farmer live in this area, with low income, so that influences to farming systems in this area, with the traditional and subsistent farming. To elemination baliness food productions decrease because of change function of productive land, land and water resources are becoming ever more scare. One of alternative to use dry land for agricultural, must be given more attention to this area. Poor soil fertility, lack of water are major problem for dry land, improves farmers practices to deal with this problem. The farmers in this area make increase productivity by developing embung (water reservoir) for irigation this land. From the result, by using water from embung can increase the width of area and increase production. Commonly the farmer to plant corn on a small land, and now the farmer with embung irigation can be width planting the corn a half of this land in dry season. Water resources for the area was supplied by embung which was constructed by individual farmer. From the result of the research, it is found that productivity corn, labor and revenue in embung irrigated higher than depending rainfall area (first and second planting session). A financial analisis within embung irrigation farmers group showed that revenue and profit of monoculture corn was Rp 2.049.319,- and Rp 668.591,- (first planting session). In depending on the rain farmers group showed that revenue and profit was Rp 1.134.945,- and Rp 248.302,-. The second planting session, embung irrigation farmers showed that revenue and profit was Rp 893.253,- and Rp 90.310,-. In depending on the rain farmers group showed that revenue was Rp 301.123,- and showed that loss profit was Rp -17.305,- Feasibility study to use of investation criteria Net Present Value (NVP), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR) with sensitivity analysis and The Amortization method. The result of the riset turn out to be NVP > 0, Net B/C > 1, IRR > rate of return applied in the farmers (18%) and amortization cost > 0. So that the use of embung irrigation of monoculture corn to be feasible or profitable.

Kata Kunci : Usahatani Jagung,Lahan Kering, irrigation, corn, dry land


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.