Analisis Faktor-faktor Penghambat Budaya Keselamatan pada Opertor Sarana di PT.XYZ
Ahmad Muklis, Ir. Rochim Bakti Cahyono, S.T., M.Sc., Ph.D., IPM ; Ari Prayogo Pribadi S.T., M.T., Ph.D
2025 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
ABSTRAK
Latar Belakang: Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek krusial dalam operasional perusahaan, terutama bagi operator sarana yang memegang peranan penting pada kegiatan usaha perusahaan serta memiliki risiko kecelakaan tinggi. PT. XYZ berusaha meningkatkan budaya keselamatan melalui berbagai kebijakan, namun masih menghadapi berbagai kendala dalam implementasinya. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk menganalisis faktor penghambat budaya keselamatan guna menentukan strategi yang lebih efektif.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan analisis faktor-faktor yang menghambat budaya keselamatan pada operator sarana di PT. XYZ,. Menggunakan pendekatan European Railways Safety Culture Model dengan menganalisis blok faktor Fundamental dan blok faktor Enabler serta dapat memberikan rekomendasi terkait temuan yang didapatkan.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan rancangan penelitian studi kasus (case study) melalui wawancara, observasi lapangan dan telaah dokumen yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan keadaan, menilai, serta mengetahui tentang implementasi budaya keselamatan dan mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambatnya dengan pendekatan European Railway Safety Culture Model.
Hasil: Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa faktor menghambat budaya keselamatan di PT. XYZ, di antaranya kurangnya komitmen keselamatan di tingkat manajemen, keterbatasan alokasi anggaran untuk keselamatan, serta kurangnya pelatihan K3 yang komprehensif. Selain itu, ditemukan bahwa jam kerja yang panjang meningkatkan risiko kecelakaan, sementara investigasi terhadap penyakit akibat kerja masih minim. Rendahnya respon manajemen terhadap laporan pekerja juga menyebabkan ketidakpercayaan dan demotivasi dalam lingkungan kerja.
Kesimpulan: Keberhasilan budaya keselamatan di PT. XYZ bergantung pada perbaikan komitmen keselamatan manajemen, peningkatan sistem pelaporan dan tindak lanjutnya, serta optimalisasi pelatihan keselamatan kerja. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan PT. XYZ dapat meningkatkan level budaya keselamatan kerja menuju standar yang lebih tinggi dan berkelanjutan.
ABSTRACT
Background: Occupational safety and health (OSH) is a crucial aspect of company operations, particularly for facilities operators who play a key role in business activities and face a high risk of accidents. PT. XYZ strives to enhance its safety culture through various policies but still encounters challenges in implementation. Therefore, research is needed to analyze the inhibiting factors of the safety culture to determine more effective strategies.
Objective: This study aims to analyze the inhibiting factors of the safety culture among facilities operators at PT. XYZ using the European Railways Safety Culture Model, focusing on the Fundamental and Enabler factor blocks, and providing recommendations based on the findings.
Methodology: This study employs a qualitative descriptive approach with a case study research design. Data were collected through in-depth interviews, field observations, and document reviews to describe conditions, assess safety culture implementation, and identify inhibiting factors using the European Railway Safety Culture Model.
Results: The findings indicate that several inhibiting factors hinder the development of a safety culture at PT. XYZ, including a lack of safety commitment at the management level, unclear budget allocation for safety, and inadequate OSH training programs. Additionally, long working hours increase safety risks, while investigations into occupational diseases remain minimal. Poor management response to employee reports also leads to distrust and demotivation in the workplace.
Conclusion: The success of the safety culture at PT. XYZ depends on strengthening management’s commitment, improving reporting systems and follow-up actions, and optimizing safety training programs. By implementing these measures, PT. XYZ is expected to elevate its safety culture to a higher and more sustainable standard.
Kata Kunci : Kata Kunci: Budaya Keselamatan, Faktor Penghambat, Operator Sarana, European Railway Safety Culture Model.