Keluhan kesehatan dan perilaku pencarian pengobatan penduduk propinsi D.I. Yogyakarta : Analisis data susenas kor tahun 1999

Ellmin Yuli Asri, Drs. Alip Sontosudarmo, M.S.

2002 | Skripsi | S1 GEOGRAFI DAN ILMU LINGKUNGAN

Kesehatan merupakan salah satu faktor yang penting dalam kehidupam Keluhan kesehatan yang dialami dapat mempengaruhi produktivitas, yang pada akhimya dapat mempengaruhi status sosial ekonomi masyarakat. Sehingga perilaku pencarian pengobatan menjadi hal yang mama untuk dikaji, didasarkan pada karakteristik masing-masing daerah didukung dengan variabel demografi„ sosial, maupun ekonomi. Penelitian mengenai keluhan kesehatan dan perilaku pencarian pengobatan di Propinsi D.I.Yogyakarta bertujuan untuk : I) Mengetahui karakteristik demograti, sosial, ekonomi, dan ketersediaan fasilitas kesehatan penduduk Propinsi DI.Yogyakarta menurut Kabupaten/Kota, 2) Mengetahui bagaimana keluhan kesehatan yang dialami penduduk Propinsi D.I. Yogyakarta menurut Kabupaten/Kota, 3) Mengetahui bagaimana perilaku pencarian pengobaran penduduk Propinsi D.I.Yogyakarta menurut Kabupaten/Kota. Sumber data yang digunakan adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor Tahun 1999. Dari hasil analisis diperoleh gambaran mengenai penduduk Propinsi D.I.Yogyakarta. Sebagian besar penduduk masih berpendidikan rendah, terutama di Kabupaten Gunung Kidul, masih 41,2 % penduduknya yang tidak tamat Sekolah Dasar, Kabupaten Gunung Kidul memiliki rata-rata jumlah anggota rumah tangga tertinggi, dengan persentase jumlah ART > 5 sebesa¬r 55,2 %, Sedangkan persentase tertinggi penduduk yang memiliki kegiatan yang menggunakan waktu terbanyak untuk bekerja, terdapat di Kabupaten Bantul (54,8 %). Persentase keluhan kesehatan tertinggi terjadi di Kabupaten Gunung Kidul (49,8 %), Namun rata-rata lama sakit tertinggi (1,54 hari) terjadi di Kabupaten Kulon Progo. Hasil uji tabel silang menunjukkan, bahwa terdapat perbedaan keluhan kesehatan menurut kelompok umur, besarnya anggota rumah tangga, dan kegiatan yang menggunakan waktu terbanyak. Penduduk Kota Yogyakarta kelompok umur 15 — 44 tahun memiliki kecenderungan mengalami keluhan kesehatan lebih besar (47,5 %), sementara penduduk di Kabupaten Gunung Kidul yang memiliki jumlah ART 5 berpeluang lebih besar mengalarni keluhan kesehatan, demikian halnya penduduk yang memiliki kegiatan yang menggunakan terhanyak bekerja lebih berpeluang mengalami keluhan kesehatan di kabupaten ini. Dari hasil uji tabel silang juga terdapat perbedaan perilaku pencarian pengobatan menumt kelompok umur, tingkat pendidikan, dan tingkat pengeluaran. Penduduk Kabupaten Kulon Progo kelompok umur l - 4 tahun memiliki kecenderungan lebih besar menggunakan sistem perawatan kesehatan modern, hal yang sama terjadi pada penduduk dengan tingkat pendidikan SLTP di kabupaten ini. Selain itu penduduk dengan tingkat pengeluaran rendah di Kabupaten Kulon Progo juga memiliki kecenderungan menggunakan sistem perawatan kesehatan modern.

Health is an important factor in our life. The health complaint can affect the productivity, which finally can affect the social-economic status of the society. Thus, the altitude of medicine seeking becomes an interesting thing to study h is based on each characteristic of district supported by the demographic, social, and economic. The study on the health claim and the attitude of medicine seeking in D.I.Yogyakarta Province was aimed to: (1) Find nut the demographic, social, economic, and the availability of society's health in D.I.Yogyakarta Province according to Regency/Country, (2) Find out what the claim on health is about in D.1 Yogyakarta according to Regency/Country, (3) Find out how is the attitude of medicine seeking of the society in D.I.Yogyakarta Province according to Regency-Country. The data source used was National Socio-Economic Survey (SUSENAS) of 1999, in the form of core data. From the result of the analysis, it was gained a view about the society in D. I. Yogyakarta Province based on the demographic, social, and economic variables. Most of the society had low educational level, mainly in Gunung Kidul Regency, having of 41.2 percent of its society, who did not graduate from elementary school Gunung Kidul Regency, had the highest average of family member, with the number of ART >5 of 55,2 per cent. While, the highest percentage of the society having activities using most of the time to work, was in Bantul Regency (54.8 per cent). The highest claim percentage happened in Gunung Kidul Regency (49.8 per cent). But, the average of the highest sick period (1.54 per cent) happened in Kulon Progo. The result of the cross table testing showed that there was different health claim according to the age group, the number of the family member, and the activities consuming most of the time. The society of Yogyakarta Country, with age group between 15 44 years had a tendency to have bigger health claim (47.5 per cent). While, the Gunung Kidul society had the number or ART > 5, had a bigger chance to have health claim, similarly, to the society activities consuming most of the time in this regency. From the result of cross table testing, there was also different medicine seeking attitude according to the age group, educational level, and the expense level. The society in Kulon Progo, age group of 1 — 4 years, had bigger tendency to uses modern health taking care system, Similarly in the educational level of junior high school in this regency. Besides, the society with low expense level in Kulon Progo Regency also had a tendency to use modern health taking care system.

Kata Kunci : Keluhan kesehatan,Perilaku Pengobatan,Daerah Istimewa Yogyakarta,DIY