Laporkan Masalah

Karakteristik air tanah pada dataran pantai kotamadya Semarang

Bhinukti Prapto Nugroho, Drs. Sudarmadji, M.Eng.Sc.

1989 | Skripsi | S1 GEOGRAFI DAN ILMU LINGKUNGAN

Secara garis besar Kotamadya Semarang dibagi meniadi 2 daerah, yaitu daerah perbukitan dan daerah dataran; Daerah penelitian mencakup seluruh daerah dataran pantai dan sebagian kecil daerah perbukitan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui letak, per-sebaran, kualitas dan kwantitas airtanah, sistem aliran airtanah dan pola agihan air tawar dan air asin. Dalam pe-nelitian ini dilakukan pengumpulan data primer dan sekun¬der. Data primer yang didapatkan di lapangan meliputi data kedalaman sumur, daya hantar listrik, temperatur, tinggi muka-airtanah, tinggi kenaikan airtanah dan jumlah pema-kaian airtanah. Data sekunder yang didapatkan meliputi da¬ta litologi sumur bor, analisa hidrokimia, geolistrik, tinggi kenaikan airtanah, peta dan pustaka yang berkaitan dengan daerah penelitian. Data litologi sumur bor diolah dengan analisa korelasi untuk mengetahui mintakat mengan¬dung airtanah dan mintakat kedap air. Dengan memasukkan data kimia dibuat gambaran letak dan persebaran akuifer dan airtanahnya secara regional di daerah penelitian. Data hidrokimia juga dianalisa dengan menggunakan diagram segi¬emat dari Piper (Square Piper Diagram) dan diagram pencar untuk mengetahui hubungannya dengan lingkungan geologinya, selain itu juga dianalisa tipe kimia airtanahnya dengan menggunakan klasifikasi tipe kimia dari P.J. Stuyfzand. Hasil dari beberapa analisa menunjukkan bahwa didaerah penelitian terdapat 5 lapisan akuifer tertekan dan lapisan akuifer tak tertekan. Secara umum batuan yang berfungsi se-bagai akuifer pada lapisan akuifer tertekan adalah batupa¬sir menengah sampai pasir menengah,kedalaman akuifer sangat bervariasi, yaitu berkisar antara 15 sampai 110 meter di bawah permukaan laut. Lapisan akuifer tertekan pertama dan keempat mempunyai tipe hidrokimia F-CaHCO + dan akuifer tertekan kedua, ketiga dan kelima mempunydi tipe F-NaHCO,+. Untuk airtanah tak tertekan secara umum litologinya bertpa pasir halus sampai pasir kasar yang tersisip dalam lapisan lempung pasiran mengandung kerang laut. Kedalaman akui-fer berkisar antara 3 sampai 12 meter di bawah permukaan tanah setempat, dengan tipe hidrokimia airtanahnya berva-riasi F-CaHCO3+,F-NaHCO,+, F-NaMix+ sampai B-NaC+.Air tanah tak tertekan daerah perbukitan yang berfungsi sebagai akuifer adalah lapisan batupasir tufaan dan batu-pasir. Kedalaman akuifer berkisar antara 10 sampai 30 me¬ter di bawah permukaan tanah setempat, dan dengan tipe hidrokimia airtanah F-CaHCO2+ dan F-MgHCO3+. Secara hidro-stratigrafi, yaitu dengan mtlihat susunan lapisan batuan, maters batuan dan tipe hidrokimia airtanahnya, maka terda¬pat hubungan antara akuifer perbukitan dan akuifer dataran pantai. Sehingga secara hidrolika sistem aliran airtanah daerah perbukitan sangat berpengaruh terhadap sistem air¬tanah pada daerah dataran pantai. Intrusi atau penerobosan air laut tidak dijumpai pada daerah dataran pantai Kotama¬dya Semarang. Tetapi salinitas airtanah yang tinggi dijum¬pal di beberapa tempat. Pada airtanah tak tertekan salini¬tas yang tinggi disebabkan karena pengaruh tambak bekas rawa, rawa, dan air laut secara langsung,pada airtanah tertekan disebabkan oleh lapisan lempung marln_dari Formasi Kalibiuk atau lapisan marin Kala Tersier. Secara keseluruhan persediaan airtanah di Kotamadya Semarang cukup memadai, diperkirakan airtanah di Kotamadya Semarang cukup memadai diperkirakan airtanah yang terbentuk dari aliran dasar (base flow) dan perespan (inflitrasi) mencapai 3640 liter/detik sedang airtanah yang disadap 1450 liter/detik. Tetapi pada akuifer airtanah tertekan ketiga daerah dataran panati terjadi penurunan tinggi kenaikan airtanah 1 sampai 2 menter pe rtahun, hal ini disebabkan karena sebagian besar sumur bor yang ada terkonsentrasi pada akuifer tertekan ketiga.

-

Kata Kunci : Karakteristik Airtanah, Dataran Tinggi,Semarang,Jawa Tengah

  1. S1-1989-43695-Bhinukti_Prapto_Nugroho-abstract.pdf  
  2. S1-1989-43695-Bhinukti_Prapto_Nugroho-bibliography.pdf  
  3. S1-1989-43695-Bhinukti_Prapto_Nugroho-tableofcontent.pdf  
  4. S1-1989-43695-Bhinukti_Prapto_Nugroho-title.pdf