Analisis Kelembagaan Dalam Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan Oleh Kelompok Tani Tirte Urip Desa Rembitan Kecamatan Pujut Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat
Lintang Afra Karisma, Ir. Wahyu Tri Widayanti, S.Hut., M.P., IPU.
2025 | Skripsi | KEHUTANAN
Analisis kelembagaan
dilakukan untuk mengetahui kondisi Kelompok Tani Hutan dalam melakukan
pengelolaan Hutan Kemasyarakatan. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menjelaskan sistem kelembagaan dalam
pengelolaan Hutan Kemasyarakatan oleh KTH Tirte Urip dan 2) menyusun strategi
penguatan kelembagaan KTH Tirte Urip dalam mengelola Hutan Kemasyarakatan.
Penelitian
menggunakan pendekatan kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah
studi kasus. Teknik pengumpulan data yang dilakukan meliputi observasi, indepth interview dengan pemilihan
informan secara snowball sampling,
dan Focus Group Discussion. Data
dianalisis menggunakan Analysis
Interactive Model menurut Miles dan Huberman untuk mengetahui bentuk kegiatan
dan sistem kelembagaan, dan Analisis SWOT untuk merumuskan strategi penguatan
kelembagaan.
Berdasarkan
hasil penelitian, Kelompok Tani Hutan berdiri sejak tahun 1998, dengan periode
kepengurusan selama tiga tahun. Kelompok Tani Hutan Tirte Urip mendapat hak
pengelolaan Hutan Kemasyarakatan, kelompok memiliki peraturan yang tercantum di
dalam AD/ART berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan kelompok. Anggota kelompok merupakan
petani pemegang hak kelola perhutanan sosial, anggota dengan bebas menyampaikan
pedapat. Daya akomodasi aspirasi disalurkan melalui musyawarah, pengurus dan
anggota belum memahami peran dan tanggung jawabnya sebagai anggota. Peraturan didukung
dengan awig-awig yang membahas
tentang kearifan lokal. Kelompok memiliki aset penting berupa alat penyulingan
minyak kayu putih. Gaya kepemimpinan bersifat demokratis sehingga pengambilan
keputusan berdasarkan hasil musyawarah. Peningkatan kapasitas dilakukan melalui
pendampingan oleh penyuluh kehutanan. Hambatan komunikasi menjadi salah satu
konflik dengan eksternal kelompk. Kegiatan yang dilakukan oleh kelompok
berbasis rencana yang sudah dibuat di RKPS dan RKT. Strategi penguatan kelembagaan
yang dapat dilakukan adalah menelaah ulang rencana kerja yang telah dibuat,
meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, dan mempersiapkan peran pemuda.
Institutional
analysis was conducted to assess the condition of the Forest Farmer Group in
managing community forests. This study aims to: 1) explain the institutional
system used by KTH Tirte Urip in community forest management, and 2) develop a
strategy to strengthen the institutional capacity of KTH Tirte Urip in managing
community forests.
The study used a qualitative approach with a
case study research method. Data collection techniques included observation,
in-depth interviews with informants selected through snowball sampling, and
Focus Group Discussions (FGDs). The data were analyzed using the Interactive
Analysis Model by Miles and Huberman to identify the types of activities and
institutional systems, followed by a SWOT analysis to formulate strategies for
institutional strengthening.
Based on the research results, the Forest
Farmer Group was established in 1998 with a management period of three years.
The Tirte Urip Forest Farmer Group received the right to manage the Community
Forest and has regulations outlined in its Articles of Association/Bylaws,
which serve as guidelines for group implementation. Group members are farmers
who hold the right to manage social forestry and are free to express their
opinions. The group accommodates members' aspirations through deliberation;
however, both administrators and members do not yet fully understand their
roles and responsibilities. The regulations are supported by customary laws
that reflect local wisdom. The group possesses important assets, including
eucalyptus oil distillation equipment. The leadership style is democratic, with
decisions made based on deliberation. Capacity building is facilitated through
mentoring by forestry extension workers. Communication barriers remain one of
the sources of conflict with external groups. Group activities are based on
plans outlined in the RKPS and RKT. Institutional strengthening strategies
include reviewing existing work plans, improving human resource capacity, and
preparing youth for active roles.
Kata Kunci : analisis kelembagaan, hutan kemasyarakatan, dan kelompok tani hutan