Proses Pelintiran Kebecian oleh Elit Politik dalam Konflik Etnik di Perancis

Alsaira Azzahra, Yulida Nuraini Santoso, M.Sc.

2025 | Skripsi | Ilmu Hubungan Internasional

Perancis merupakan negara Eropa dengan populasi Muslim terbesar, namun negara ini juga merupakan negara yang paling diskriminatif terhadap populasi Muslim sekaligus menjadi salah satu negara target peristiwa yang dilabeli oleh elit politik dan kelompok asli Perancis sebagai "terorisme Islam". Kondisi ini pun mengindikasikan bahwa terdapat sebuah konflik etnik antara kelompok masyarakat asli Perancis atau native dan kelompok Muslim. Penelitian yang ada sejauh ini telah menjelaskan bahwa konflik etnik disebabkan oleh elit politik yang mengonstruksikan bingkai negatif terhadap hubungan antar kelompok native dan kelompok Muslim. Namun penelitian tersebut belum menjelaskan strategi spesifik yang digunakan oleh elit politik sehingga terlahir suatu konflik serta implikasi dari strategi tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki objektif untuk menelisik lebih lanjut mengenai proses penyusunan strategi elit politik dan implikasinya terhadap konflik etnik di Perancis. Berdasar pada teori instrumentalisme dan model tiga dimensi analisis diskursus kritis Fairclough, penelitian ini mengangkat argumen bahwa elit politik telah menggunakan suatu strategi politik yang disebut pelintiran kebencian melalui pembingkaian isu terkait hubungan kedua kelompok etnik guna memprovokasi kelompok native dan Muslim untuk menjalankan aksi pertikaian kolektif terhadap satu sama lain hingga terbentuk suatu siklus konflik etnik demi memperoleh keuntungan dalam kontestasi kekuasaan Perancis. Pelintiran kebencian digunakan karena elit politik telah menyebarkan narasi "kita lawan mereka" dan kelompok Muslim sebagai "musuh bersama". Elit politik berusaha mendorong kelompok native untuk mengarahkan kebenciannya terhadap kelompok Muslim yang direalisasikan dengan diskriminasi dan kekerasan fisik. Sementara itu, elit juga membuat kelompok Muslim merasa tertekan dan tidak diterima oleh Perancis sehingga lahirlah aksi "terorisme Islam" terhadap kelompok native sebagai bentuk perlawanan balik. Dengan demikian, elit politik berperan sebagai pahlawan bagi kelompok native dan terus menekan kelompok Muslim melalui pelintiran kebencian lebih lanjut. Akhirnya terbentuklah konflik etnik antara kelompok native dan Muslim yang berkepanjangan.

France is a European country with the largest Muslim population, yet it is also the most discriminatory country towards its Muslim population and one of the main targets of incidents labeled by political elites and native population as “Islamic terrorism.” This condition indicates the presence of an ethnic conflict between the native group and the Muslim group. Existing studies have so far explained that ethnic conflict is caused by political elites who construct negative frames surrounding the relationship between the native and Muslim groups. However, these studies have yet to explain the specific strategies used by political elites that give rise to such ethnic conflict and the implications of these strategies. Therefore, this study aims to further examine the process of political elite strategy formulation and its implications for ethnic conflict in France. Based on instrumentalism theory and Fairclough's three-dimensional model of critical discourse analysis, this study argues that political elites have employed a political strategy called the hate spin through the framing work related to the relationship between the two ethnic groups in order to provoke both native and Muslim groups into engaging in contentious collective action with one another, ultimately forming a cycle of ethnic conflict for the sake of gaining advantages in the contestation of power in France. Hate spin is used because political elites need support from the majority group, or the natives; thus, they have spread the narrative of “us versus them,” and portraying Muslims as the “common enemy.” Political elites attempt to encourage the native group to direct their hatred toward Muslim group, which manifests as discrimination and physical violence. At the same time, the elites also make the Muslim group feel oppressed and unwelcome in France, leading to the emergence of “Islamic terrorism” as a form of retaliation against the native group. In this way, political elites can position themselves as heroes to the native group while continuing to suppress Muslim group through further hate spin. Ultimately, this creates a prolonged cycle of ethnic conflict between native and Muslim groups.

Kata Kunci : konflik etnik; pelintiran kebencian; elit politik Perancis; siklus konflik