Ruwahan Lintas Agama
Anisa Ratih Sekar Duaty, Hakimul Ikhwan Ph.D
2025 | Skripsi | Sosiologi
Tulisan ini menjelaskan bagaimana pandangan masyarakat Dusun Sorowajan mengenai ruwahan atau nyadran yang diadakan pada setiap tahunnya dengan berbagai umat beragama sehingga dapat berjalan dengan baik tanpa ada perselisihan dengan antar umat yang lainnya. Bertujuan untuk membuktikan terhadap pandangan masyarakat Dusun Sorowajan yang mampu menerapkan sikap multikulturalisme dengan damai tanpa adanya konflik antar warga melalui kegiatan ruwahan yang diselenggarakan. Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah kualitatif deskriptif. Peneliti melakukan observasi partisipatif dan wawancara mendalam dengan narasumber, antara lain Kepala Dusun, Ketua KKLPMD, tokoh masyarakat, dan masyarakat Dusun Sorowajan, dengan menggunakan instrumen yang memiliki keterbatasan.?Berdasarkan hasil wawancara, menurut pandangan masyarakat Dusun Sorowajan, Ruwahan Lintas Agama merupakan sarana untuk bersilaturahmi antar umat beragama dan sudah terstruktur dalam pelaksanan setiap tahunnya karena terstruktur dalam suatu sistem sesuai dengan teori fungsionalisme struktural. Dusun Sorowajan merupakan salah satu daerah yang melestarikan Ruwahan. Hingga kini mereka berusaha untuk menjaga budaya ini bukan hanya peninggalan para leluhur mereka tetapi juga karena telah melekatnya nilai-nilai Ruwahan dalam kehidupan masyarakat. Dimana setiap masyarakat yang tinggal di Dusun Sorowajan terdiri dari berbagai umat agama dan dapat berkesinambungan satu antara lain sehingga menimbulkan keseimbangan antar umat beragama. Sikap multikulturalisme sudah akan tertanaman sejak ia dilahirkan, karena secara tidak langsung dia dituntut untuk bertindak sesuai dengan lingkungan sosial dimana tempat ia dibesarkan dan dididik. Sehingga akan bersifat turun temurun dalam menerapkan sikap multikulturalisme tersebut sehingga Ruwahan Lintas Agama Dusun Sorowajan dapat dilestarikan hingga saat ini.
This paper explains how the views of the people of Sorowajan Hamlet regarding ruwahan or nyadran which is held every year with various religious communities so that it can run well without any disputes with other people. It aims to prove the views of the people of Sorowajan Hamlet who are able to apply multiculturalism attitudes peacefully without any conflict between residents through the ruwahan activities held. The research method used by researchers is descriptive qualitative. Researchers conducted participatory observations and in-depth interviews with resource persons, including the Head of the Hamlet, the Head of KKLPMD, community leaders, and the people of Sorowajan Hamlet, using instruments that have limitations.?Based on the results of the interviews, according to the view of the people of Sorowajan Hamlet, Ruwahan Lintas Agama is a means to stay in touch between religious communities and has been structured in the implementation of each year because it is structured in a system in accordance with the theory of structural functionalism. Sorowajan Hamlet is one of the areas that preserve Ruwahan. Until now, they try to maintain this culture not only because of the legacy of their ancestors but also because of the inherent values of Ruwahan in people's lives. Where every community that lives in Sorowajan Hamlet consists of various religious communities and can be sustainable with one another so as to create a balance between religious communities. The attitude of multiculturalism will already be planted since he was born, because indirectly he is required to act in accordance with the social environment where he was raised and educated. So that it will be hereditary in applying the attitude of multiculturalism so that the Interfaith Ruwahan of Sorowajan Hamlet can be preserved until now.
Kata Kunci : Ruwahan Lintas Agama , Dusun Sorowajan , Fungsionalisme Struktural