Produksi Embrio Sapi dengan Program Superovulasi yang Berbeda di Balai Embrio Ternak Cipelang Periode Januari-Mei 2024
Ma'rufah Nur'Aini, drh. M.Rosyid Ridlo, M.Sc., Ph.D.
2025 | Tugas Akhir | D4 Teknologi Veteriner
Multiple ovulation and embryo transfer (MOET) adalah teknologi
reproduksi yang menerapkan manipulasi hormonal dalam siklus birahi sapi dengan
tujuan induksi ovulasi lebih dari sapi yang dilakukan bersamaan dengan
inseminasi buatan (IB). Kualitas produksi embrio dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain metode superovulasi, umur sapi donor, pakan, dan
musim. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan dua metode superovulasi
yang berbeda pada produksi embrio in vivo. Penelitian dilakukan di Balai
Embrio Ternak Cipelang selama ±3,5
bulan pada bulan Januari-Mei 2024 berdasarkan 40 catatan produksi embrio yang
terbagi menjadi dua metode superovulasi berbeda. Masing-masing kelompok
perlakuan menggunakan ternak sejumlah 20 ekor sapi donor dari berbagai macam breed.
Metode A dilakukan penyuntikan follicle stimulating hormone (FSH) hari
ke-4 dan penambahan hormon estrogen progesteron pra superovulasi. Metode B
dilakukan penyuntikan FSH hari ke-9. Variabel yang diamati meliputi response
rate (RR), jumlah corpus luteum (CL), embryo recovery rate
(ERR), total embrio yang terkoleksi, embrio layak transfer (LT), embrio degenerative
(DG), dan unfertilized (UF). Data yang diperoleh kemudian
dianalisis menggunakan aplikasi Graphpad 9.5.1 dengan analisis independent
sample T-test (Uji T). Hasil penelitian menunjukkan metode A
menghasilkan respon superovulasi maupun embrio yang lebih baik secara
signifikan (p<0>response rate, recovery rate, total embrio,
dan kualitas embrio.
Multiple ovulation and embryo transfer (MOET) is a promising reproductive procedure that uses hormonal manipulation in the cow’s breeding cycle to induce ovulation in conjunction with artificial insemination (AI). Bovine embryo production quality can be influenced by various factors, including the superovulation methods used, donor age, nutrition status, and season. The study compared two superovulation methods for in vivo embryo development. This research was conducted at Cipelang Livestock Embryo Center over approximately ±3,5 months, from January to May 2024, with 40 embryo production records divided into two distinct superovulation methods. Each treatment group consisted of 20 donor cows of various breeds. In method A, follicle-stimulating hormone (FSH) was injected on the 4th day, followed by the addition of estrogen and progesterone before superovulation. In method B, FSH was injected on the 9th day. The observed variables included response rate, corpus luteum (CL), recovery rate, number of embryos collected, number of transferable embryos, number of degenerated cells, and number of unfertilized. The data obtained were then analyzed using GraphPad 9.5.1 with an Independent Sample T-test. The results showed that method A induced significantly better superovulation and embryo responses (p<0>
Kata Kunci : Corpus luteum, Inseminasi buatan, Progesteron, Response rate, Transfer embrio.
