Hubungan Kepatuhan Pengobatan Kombinasi Antidiabetes Oral dan Insulin Terhadap Luaran Trapi Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus Tipe 2 di RSA UGM
Intan Pelangi Gusti Mahadewi, Prof. Dr. apt. Zullies Ikawati
2025 | Skripsi | FARMASI
Seiring
dengan peningkatan jumlah kasus diabetes melitus, aspek kepatuhan penggunaan
obat menjadi bagian penting dari keberhasilan terapi pada pasien. Kepatuhan
yang rendah sering menjadi penyebab kegagalan terapi dan berhubungan dengan
peningkatan risiko morbiditas serta mortalitas. Kompleksitas terapi pada pasien
diabetes melitus lanjut, seperti penggunaan monoterapi hingga kombinasi tiga
obat dengan insulin, sering dikaitkan dengan penurunan kepatuhan yang dapat
memengaruhi luaran terapi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan
antara tingkat kepatuhan terhadap luaran terapi pada kelompok pasien tersebut.
Penelitian
ini merupakan penelitian observasional dengan metode pengambilan data cross-sectional,
melalui wawancara pasien secara concurrent sampling serta penelusuran
rekam medis secara retrospektif pada pasien diabetes melitus tipe 2 yang
memenuhi kriteria inklusi di instalasi rawat jalan RSA UGM pada periode bulan
Desember 2024–Februari 2025. Data kepatuhan pengobatan pasien diperoleh dari
wawancara kuesioner MMAS-8, data luaran terapi berupa HbA1C dari rekam medik,
serta data sosiodemografi dan pola pengobatan kombinasi diperoleh dari rekam
medik. Analisis hubungan tingkat kepatuhan dengan luaran terapi menggunakan Chi
square.
Hasil penelitian menunjukkan 97 pasien yang memenuhi kriteria inklusi, 61,8% tergolong tingkat kepatuhan patuh, sedangkan 38,1% tidak patuh. Luaran terapi pasien lebih banyak belum tercapai kadar HbA1c 84,5% dibanding yang tercapai 15,5%. Pengobatan kombinasi yang paling banyak digunakan adalah insulin dengan 1 obat oral dengan Ryzodeg dan Metformin sebanyak 13,4%. Terdapat hubungan signifikan antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan pengobatan (p= 0,008) dan tingkat kepatuhan pengobatan terhadap luaran terapi (p= 0,001). Alasan ketidakpatuhan pasien yang paling banyak ditemui adalah alasan lupa menggunakan obat, kurangnya dukungan keluarga dan ketiduran, serta lupa membawa obat saat bepergian. Selain itu, banyaknya luaran terapi yang belum tercapai dipengaruhi oleh kurang rasional perubahan regimen pengobatan dan pemeriksaan terapi tidak rutin sehingga memengaruhi evaluasi terapi pasien. Oleh karena itu, pasien maupun tenaga kesehatan khususnya apoteker perlu menaruh perhatian terhadap kepatuhan pengobatan untuk mencapai luaran terapi yang lebih optimal.
As the number of diabetes mellitus cases continues to
rise, medication adherence plays a critical role in achieving successful
therapeutic outcomes. Poor adherence often leads to treatment failure and is
associated with higher morbidity and mortality risks. Advanced diabetes melitus
type 2 therapies, such as monotherapy to triple-drug combinations with insulin,
are often linked to reduced adherence, potentially impacting treatment
outcomes. This study aimed to analyze the relationship between medication adherence
and therapeutic outcomes in type 2 DM patients receiving combination therapy.
An observational, cross-sectional study was conducted
from December 2024 to February 2025 at the outpatient unit of RSA UGM. Data
were collected through concurrent patient interviews using the MMAS-8
questionnaire and retrospective medical record reviews. Variables included
medication adherence, HbA1C levels as the therapeutic outcome, sociodemographic
factors, and therapy patterns. The Chi-square test was used to assess the
association between adherence and outcomes.
Among 97 patients who met the inclusion criteria,
61.8% were categorized as adherent, while 38.1% were non-adherent. A majority
(84.5%) had not achieved target HbA1C levels, while only 15.5% had. The most
common therapy was insulin combined with one oral drug (Ryzodeg and Metformin,
13.4%). A significant association was found between education level and
adherence (p= 0.008), as well as between adherence and therapeutic outcome (p=
0.001). Common reasons for non-adherence included forgetting to take medicine,
lack of family support, sleeping through medication times, and forgetting
medication while traveling. Suboptimal outcomes were also influenced by
irrational therapy adjustments and irregular monitoring, affecting treatment
evaluation. Therefore, healthcare providers—especially pharmacists—must support
patients in improving adherence to achieve better treatment outcomes.
Kata Kunci : diabetes melitus tipe 2, kepatuhan, luaran terapi, rawat jalan