Pengetahuan, Penerimaan, dan Kemauan Membayar Vaksin Human Papilloma Virus (HPV): Survei Pada Mahasiswi Klaster Medika Universitas Gadjah Mada
Aisyah Nur Khasanah, Dr. apt. Dwi Endarti, M.Sc.
2025 | Skripsi | FARMASI
Kanker serviks merupakan jenis kanker dengan insidensi dan mortalitas tertinggi kedua di Indonesia setelah kanker payudara, sebagian besar disebabkan oleh infeksi Human Papillomavirus (HPV). Vaksinasi HPV terbukti sebagai langkah pencegahan yang sangat efektif. Namun, rendahnya tingkat adopsi vaksinasi membuat banyak individu, khususnya remaja putri, berisiko tinggi terkena kanker serviks. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat pengetahuan, penerimaan, dan kemauan membayar (Willingness to Pay/WTP) vaksin HPV di kalangan mahasiswi klaster medika Universitas Gadjah Mada.
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, dengan pengumpulan data melalui kuesioner daring menggunakan Google Form. Kuesioner ini dimodifikasi dari penelitian terdahulu, mencakup variabel sosiodemografi, tingkat pengetahuan, penerimaan, dan kemauan membayar vaksin HPV. Data dianalisis menggunakan perangkat lunak SPSS untuk menguji hubungan antara variabel sosiodemografi dengan tingkat pengetahuan, penerimaan, dan kemauan membayar.
Dari 130 responden, 74,8% memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, dan tingkat penerimaan vaksin HPV mencapai 100%. Rata-rata (SD) kemauan membayar secara mandiri adalah Rp743.461,54 (±Rp670.831,61), dengan median (rentang) sebesar Rp500.000,00 (Rp0 – Rp3.000.000,00). Seluruh responden (100%) menyatakan setuju terhadap skema pembayaran bersama antara pemerintah dan masyarakat, serta skenario di mana biaya vaksin sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah. Analisis menunjukkan hubungan signifikan antara agama (p = 0,013) dan jumlah uang saku (p = 0,001) dengan kemauan membayar mandiri. Selain itu, agama (p = 0,009) dan jumlah uang saku (p = 0,000) juga memiliki hubungan signifikan dengan jumlah kemauan membayar.
Mahasiswi klaster medika Universitas Gadjah Mada menunjukkan kemauan membayar yang tinggi untuk vaksin HPV, terutama jika ditawarkan melalui skema pembayaran bersama atau sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah. Jumlah kemauan membayar secara mandiri yang ditemukan tidak jauh dari harga pasar saat ini. Oleh karena itu, intervensi untuk meningkatkan adopsi vaksin HPV pada kelompok ini dapat berkontribusi pada peningkatan cakupan vaksinasi nasional.
Cervical cancer ranks as the second most prevalent cancer in Indonesia after breast cancer in terms of incidence and mortality, largely caused by Human Papillomavirus (HPV) infection. HPV vaccination has been proven to be a highly effective preventive measure. However, the low adoption rate of HPV vaccination puts many individuals, especially young women, at a higher risk of developing cervical cancer. This study aims to evaluate the level of knowledge, acceptance, and willingness to pay (WTP) for the HPV vaccine among medical cluster students at Universitas Gadjah Mada.
This study utilized a cross-sectional design, with data collected at a single point in time through an online questionnaire distributed via Google Forms. The questionnaire, adapted from previous studies, covered sociodemographic variables, knowledge levels, acceptance, and willingness to pay for the HPV vaccine. Data were analyzed using SPSS software to examine the relationship between sociodemographic variables and the levels of knowledge, acceptance, and willingness to pay.
Among the 130 respondents, 74,8?monstrated a high level of knowledge, and 100% showed acceptance of the HPV vaccine. The average (SD) self-funded willingness to pay was IDR 743,461.54 (±IDR 670,831.61), with a median (range) of IDR 500,000.00 (IDR 0–IDR 3,000,000.00). All respondents (100%) agreed to scenarios involving shared payment between the government and society, as well as scenarios where the vaccine cost was fully covered by the government. Statistical analysis revealed significant relationships between religion (p = 0,013) and monthly allowance (p = 0.001) with self-funded willingness to pay. Additionally, significant relationships were observed between sociodemographic characteristics such as faculty (p = 0,001), religion (p = 0,009), and monthly allowance (p = 0,000) with respondents’ willingness to pay.
Medical cluster students at Universitas Gadjah Mada exhibited high willingness to pay for the HPV vaccine, especially under shared-payment or government-funded scenarios. The self-funded willingness to pay observed was close to the current market price. Therefore, interventions aimed at increasing HPV vaccine adoption among this group could contribute to improving national vaccination coverage.
Kata Kunci : HPV, pengetahuan, penerimaan, kemauan membayar, mahasiswi kesehatan.