Kritik Atas Penggunaan Virtual Reality dalam Industri Slow Fashion dari Perspektif Deep Ecology Arne Naess

Muhammad Arianegara Purnama Putra, Dr. Laily Mutmainnah, M.A, Prof. Dr. Rr. Siti Murtiningsih, S.S., M.Hum

2025 | Skripsi | ILMU FILSAFAT

Penggunaan virtual reality (VR) memiliki potensi untuk mendorong perubahan perilaku manusia menuju berkelanjutan dengan menampilkan dampak industri slow fashion terhadap lingkungan. Penerapan VR ke dalam industri slow fashion meningkatkan pemahaman masyarakat tentang model   produk fashion yang ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan virtual reality dalam  industri slow fashion terhadap lingkungan melalui prinsip deep ecology Arne Naess. Penilitian ini merupakan sebuah kajian alternatif terkait masalah lingkungan. Melalui penelitian ini  diharapkan akan tercapai kemajuan  dalam bentuk kepedulian terhadap alam  di sekitar.

Metode penelitian ini berbasis pada studi kepustakaan yang bersumber pada literatur berupa buku, jurnal ilmiah, dan artikel ilmiah dan pustaka penunjang lainnya. Jenis penelitian digunakan adalah jenis studi kepustakaan yang bersifat deskriptif-interpretatif. Metode kefilsafatan yang akan digunakan yaitu metode hermeneutika filosofis dengan unsur metodis antara lain, deskripsi, interpretasi, koherensi interen, refleksi kritis.Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan VR memiliki dampak positif dan negatif.

Penggunaan VR yang belandaskan konsep slow fashion menjadi instrumen untuk meningkatkan kesadaran semua pihak terhadap isu-isu lingkungan dan memperkuat posisi industri slow fashion sebagai industri yang mampu mengurangi dampak kerusakan lingkungan. Namun, VR  dapat juga digunakan sebagai alat greenwashing untuk menciptakan kesan tanggung jawab terhadap lingkungan, tanpa melakukan perubahan substansial. Oleh karena itu, dibutuhkan pengaturan eksplisit mengenai penggunaan VR dalam peraturan perundang-undangan, khususnya yang terkait dengan lingkungan hidup.

The use of Virtual Reality (VR) has the potential to encourage sustainable behavioral changes by illustrating the environmental impacts of the slow fashion industry. The integration of VR into the slow fashion industry enhances public understanding of environmentally friendly fashion products. This study aims to analyze the use of virtual reality in the slow fashion industry and its environmental implications through the lens of Arne Naess's deep ecology principles. This research is an alternative study on environmental issues, aiming to foster progress in the form of increased awareness and care for the natural world around us.

This research is based on a literature study, drawing from books, scientific journals, academic articles, and other supporting references. The research employs a descriptive-interpretative type of literature study. The philosophical method used is the hermeneutical-philosophical method, incorporating methodological elements such as description, interpretation, internal coherence, and critical reflection. 

Based on the findings, it can be concluded that the use of VR has both positive and negative impacts. When grounded in the concept of slow fashion, VR serves as an instrument to raise awarness among all stakeholders about enviromental issues and strengthens the position of the slow fashion industry as a sector capable of reducing enviromental damage. However, VR can also be ultilized as a tool for greenwashing, creating an illusion of enviromental responsibility without implementing substansial changes. Therefore, explicit regulations regarding the use of VR, particularly in connection with enviromental protection, are urgently needed. 

Kata Kunci : Deep ecology, industri slow fashion, keberlanjutan, dan virtual reality