Kajian agihan permukiman kumuh menggunakan citra satelit ikonos di kota Yogyakarta

Dety Eka Pratidina, Drs. R. Suharyadi, M.Sc.

2004 | Skripsi | S1 KARTOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH

Penelitian ini dilakukan di Kota Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini untuk : 1). Mengkaji iingkat kemampuan citra IKONOS untuk mengidentifikasi variabel kuatitas permukiman untuk pemetaan permukiman kumuh 2) Pemodelan spasial agihan permukiman kumuh di Kota Yogyakarta 3). Mengkaji faktor-faktor dominan yang mempengaruhi suatu permukiman kumuh 4). Menyusun rekomendasi prioritas perbaikan permukiman kumuh di Kota Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan citra IKONOS skala 1:3.000 sebagai sumber data utama. Citra IKONOS digunakan untuk memperoleh data parameter kualitas permukiman berupa kepadatan rumah, ukuran rumah, jenis bangunan rumah, kualitas plan lingkungan, tata letak dan pola permukiman serta situs. Untuk mendukung penelitian kualitas lingkungan permukiman, maka data kualitas permukiman dilengkapi dengan data lapangan yang terdiri dari variabel air minum, sanitasi dan ketersediaan Listrik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif berjenjang tertimbang, dimana setiap variabel diberi harkat sesuai dengan kriteria yang diterapkan, Untuk selanjutnya setiap kategori akan diberi faktor penimbang sesuai dengan besar kecilnya pengaruh tiap variabel terhadap kualitas permukiman. Hasti penelitian ini terdiri dari 3 bagian, yang pertama ketelitian interpretasi citra IKONOS skala 1: 3,000 untuk mengjderitifikasi variabel fisik pemukiman kumuh sebesar 98.23%. Kedua, luas permukiman kumuh di Kota Yogyakarta mencapai 153,28 Ha atau 10.27% dari total luas permukiman yang dapat diinterpretasi melalui citra Permukiman kumuh tersebut dikelompokkan menjadi 3 bagian, terdiri dari pemukiman agak kumuh seluas 150,50 Ha atau 1032% dari total luas permukiman, permukiman kumuh seluass 2.37 Ha atau 0.16% dari total luas permukiman, permukiman sangat kumuh seluas 0,41 Ha atau 0.02% dari total luas permukiman di Kota Yogyakarta. Pemukiman kumuh di Kota Yogyakarta sebagian besar berada di pinggiran sungai yang mengalir di kota ini yaitu Sungai Code dan Sungai Winongo. Ketiga, faktor yang paling dominan dalam pengenalan permukiman kumnh adalah sanitasi sehingga dalam menyusun prioriitas perbaikan permukiman kumuh, perbaikan sanitasi lebih diutamakan untuk meningkatkan kualitas permukiman.

The research was conducted in Yogyakarta. The objectives of the research were'. I) to examine the level of capability of IKONOS image in identifying the variable of settlement quality which was used for the mapping of slum areas; 2) to model the spatial distribution of slum areas in Yogyakarta: 3) to examine the dominant factors that influence a slum area; 4) to set a priority recommendation in improving the quality of slum areas in Yogyakarta. The research used IKONOS image scale 1:3000 as the primary data source. EKONOS image was med to obtain the parameter quality of settlement such as the houses density, the houses size, the type of houses construction, the interconnection road quality, the settlement pattern, and site. In order to support the research of settlement environment quality, the data of settlement quality was completed with variable from secondary data that consists of drinking water, sanitation, and the availability of electricity. The quantitative gradual weighting method. Each variable had value that was given appropriate with the criteria applied to the variable. Furthermore, every category got weighing-factor appropriate with the influence given toward the settlement quality. The result of this research were: first the accuracy of IKONOS image interpretation scale TOW in identifying the physical variable of slum area was about 98.23%, Second, the slum areas in Yogyakarta reached 153.28 Ha or 10.72% of the total settlement areas that was interpreted through image. This area was divided into three parts: the rather slum-like area reached 150.05 Ha or 10.52% of the total settlement area, the slum area reached 2.37 Ha or 0.16% of the total, the most seriously deteriorated area reached 0.41 Ha or 0,02% of the total settlement in Yogyakarta. The slum area in Yogyakarta, mostly, is in the bank of rivers flowing across the city. Those are Code and Winongo River. Third, the most dominant factor in identifying slum areas was sanitation Therefore, in setting the priority of improving the slum areas, the development of sanitation facility is the primary action to be done in increasing the quality of the settlement.

Kata Kunci : Permukiman kumuh,Citra satelit ikonos,Kota Yogyakarta,DIY