Bisnis dan Politik: Keluarga Keturunan Arab Basalamah di Kota Purwokerto, Jawa Tengah
Tika Mardianti Lestari, Prof. Dr. Amalinda Savirani, S.IP, M.A
2025 | Tesis | S2 Ilmu Politik
Tesis ini mengelaborasi tentang
bisnis dan politik keluarga Arab Basalamah di Kota Purwokerto, Jawa Tengah; dan
strateginya mereka dalam berinteraksi sosial dengan kelompok lain (termasuk
kelompok mayoritas Jawa) dalam rangka memperkuat bisnis mereka. Temuan ini
berbeda dengan temuan riset tentang bisnis dan politik sebelumnya yang
cenderung terfokus pada modal ekonomi (tanpa modal sosial). Studi ini
melengkapi kajian ekonomi politik bahwa bisnis dan politik pada ranah lokal
dipengaruhi oleh kekuatan ekonomi, politik serta identitas keagamaan.
Penelitian ini menjawab
pertanyaan tentang; mengapa keluarga Arab mampu menguasai ekonomi di Kota
Purwokerto termasuk strategi yang mereka gunakan, dan bagaimana dinamika
interaksi antara keluarga Arab dengan kelompok lain (termasuk kelompok
mayoritas Jawa). Menggunakan metode kualitatif dan pendekatan studi kasus,
pemilihan informan dengan teknik purposive sampling dan snowball
sampling, pengumpulan data dengan observasi, wawancara mendalam sebanyak 16
orang informan serta dokumentasi.
Hasil penelitian ini menjelaskan;
pertama, kemampuan keluarga Arab menguasai ekonomi di Kota Purwokerto
karena berhasil memperkuat jaringan patronase dengan strategi politik dan
strategi sosial terhadap bisnis dan politiknya di ranah lokal. Upaya penguatan
patronase ditunjukkan dari membangun interaksi dengan elit politik lokal yaitu
Bupati Joko Sudantoko (1988-1998), Bupati Aris Setiono (1998-2008), Bupati
Mardjoko (2008-2013) dengan mendapatkan pertukaran sumber daya seperti masuk
Partai Golkar di Banyumas, berhasil mengakuisisi lahan strategis perkotaan
untuk pengembangan bisnisnya. Jaringan patronase semakin kuat ketika Pilkada
Banyumas tahun 2008 di mana pengusaha Arab sebagai kekuatan politik kemenangan
Bupati Mardjoko dan kemudahan bisnis yang didapatkan sebagai timbal balik yang
saling menguntungkan dan masuknya Ali Umar Basalamah sebagai Ketua Komisi D
DPRD Banyumas sebagai ekspansi terhadap bisnisnya. Memperkuat patronase
(sebagai strategi politik) dengan menjalin relasi erat dengan elit politik lokal menjadi
penting karena (diperlukan konektivitas informal) dan terjun langsung ke
politik (kemampuan mengatur kebijakan) untuk kepentingan bisnisnya dan anggota
keluarga lainnya ada yang masuk Partai PKS dan Golkar. Strategi sosial yang digunakan adalah
membentuk jaringan sosial dengan memperkuat ruang sosial keagamaan melalui
Yasyasan Sosial Al Irsyad dengan membangun masjid, musala, pondok pesantren dan
koperasi berbasis syariah. Jaringan sosial sebagai pengikat kekuatan ekonomi
dan politik terhadap kepentingan bisnis dan etnisnya.
Kedua, dinamika interaksi keluarga Arab dengan kelompok
mayoritas Jawa menunjukkan pola interaksi yang cenderung resisten, dengan
adanya dua kelompok, yaitu (Islam Salafisme keluarga Arab) dengan Islam
Sinkretik (arus utama Islam kelompok mayoritas Jawa). Pola interaksi tersebut
menunjukkan dua hal yaitu; pertama, kekuatan sosial Islam Salafisme
berusaha meresistensi kelompok abangan dan Islam lokal sebagai misi
puritanisme keluarga Arab. Kedua, melakukan ekspansi terhadap basis
massa di wilayah basis masa NU dan Islam lokal di Purwokerto sebagai sumber
daya yang bisa dimanfaatkan ketika pemilu.
Bisnis
dan politik keluarga Arab sebagai refleksi bekerjanya tiga kekuatan, yaitu
ekonomi, politik dan identitas keagamaan berhasil menguatkan patronase dalam
rangka membangun dinasti bisnis dan upaya membangun dinasti politik di ranah
lokal sebagai fenomena baru untuk melengkapi
studi bisnis dan politik di ranah lokal.
This thesis elaborates on the
business and politics of the Arab Basaamah family in Purwokerto City, Central
Java; and their strategies in interacting socially with other groups (including
the Javanese majority group) in order to strengthen their business. This finding
differs from previous research findings on business and politics which tend to
focus on economic capital (without social capital). This study complements
political economy studies that business and politics in the local realm are
influenced by economic power, politics and religious identity.
This study answers the question
of; why Arab families are able to dominate the economy in Purwokerto City
including the strategies they use, and how are the dynamics of interaction
between Arab families and other groups (including the Javanese majority group).
Using qualitative methods and case study approaches, selection of informants
with purposive sampling and snowball sampling techniques, data collection with
observation, in-depth interviews with 16 informants and documentation.
The results of this study
explain; first, the ability of Arab families to control the economy in
Purwokerto City because they have succeeded in strengthening the patronage
network with political strategies and social strategies for their business and
politics in the local realm. Efforts to strengthen patronage are shown by
building interactions with local political elites, namely Regent Joko Sudantoko
(1988-1998), Regent Aris Setiono (1998-2008), Regent Mardjoko (2008-2013) by
getting an exchange of resources such as joining the Golkar Party in Banyumas,
successfully acquiring strategic urban land for developing their business. The
patronage network became stronger during the 2008 Banyumas Pilkada where Arab
businessmen as a political force won Regent Mardjoko and the ease of business
obtained as a mutually beneficial reciprocity and the entry of Ali Umar
Basalamah as Chairman of Commission D of the Banyumas DPRD as an expansion of
his business. Strengthening patronage (as a political strategy) by establishing
close relations with local political elites is important because (informal
connectivity is needed) and directly involved in politics (the ability to set
policies) for the interests of his business and other family members who have
joined the PKS and Golkar parties. The social strategy used is to strengthen
the socio-religious space through the Al Irsyad Social Foundation by building
mosques, prayer rooms, Islamic boarding schools and cooperatives based on
sharia. The social strategy used is to form a
social network by strengthening the religious social space through the Al
Irsyad Social Foundation by building mosques, prayer rooms, Islamic boarding
schools and sharia-based cooperatives. Social networks as a binder of economic
and political forces against their business and ethnic interests.
Second, the dynamics of
interaction between Arab families and the Javanese majority group show a
pattern of interaction that tends to be resistant, with the existence of two
groups, namely (Islamic Salafism of Arab families) with Syncretic Islam
(mainstream Islam of the Javanese majority group). This pattern of interaction
shows two things, namely; first, the social power of Islamic Salafism tries to
resist the abangan group and local Islam as a mission of Arab family
puritanism. Second, expanding the mass base in the NU mass base area and local
Islam in Purwokerto as a resource that can be utilized during the election.
Arab
family business and politics as a reflection of the workings of three forces,
namely economics, politics and religious identity, have succeeded in
strengthening patronage in order to build business dynasties and efforts to
build political dynasties in the local realm.as a new phenomenon to complement business and political
studies in the local realm.
Kata Kunci : Arab, Bisnis, Politik, Purwokerto