The Association between Adolescent Pregnancy with Low Birth Weight in Indonesia: Analysis Data of IDHS 2017
Devinta Nailul Husna, Dr. Drs. Abdul Wahab, MPH; dr. Firdaus Hafidz, MPH, AAK, Ph.D.
2025 | Skripsi | PENDIDIKAN DOKTER
Latar Belakang: Indonesia memiliki prevalensi berat badan lahir rendah sebesar 9,9% pada
tahun 2020. Salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan berat badan lahir rendah adalah
usia ibu. Adapun di Indonesia menikah di bawah umur masih banyak terjadi. Berdasarkan
data dari UNICEF, prevalensi pernikahan anak di bawah 18 tahun pada tahun 2018 sebesar
16%. Mereka yang menikah di bawah umur dapat mempengaruhi kehamilan remaja. World
Bank memperkirakan sebanyak 34?ri 1.000 remaja perempuan di Indonesia berusia 15-19
tahun pernah melahirkan. Beberapa dampak kehamilan remaja dapat berdampak pada
neonatal, ibu, dan sosial. Salah satunya adalah berat badan lahir rendah
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan kehamilan remaja dengan berat badan lahir rendah di
Indonesia berdasarkan data SDKI 2017.
Metode: Jenis penelitian ini adalah cross-sectional yang menggunakan data sekunder SDKI
2017. Sampel penelitian adalah wanita usia subur usia 15-35 tahun dan melahirkan dalam 5
tahun sebelum survei (2013-2017) dengan bayi lahir hidup. Analisis data menggunakan
analisis deskriptif, beda proporsi menggunakan uji chi-square, dan regresi logistik. Sampel
dipilih dengan dengan kriteria inklusi yaitu ibu yang melahirkan pada rentang usia 15-35
tahun dan memiliki data yang diperlukan secara lengkap di SDKI 2017. Jumlah sampel yang
digunakan sebanyak 12.546 dengan 1.051 sampel berusia 15-19 tahun dan 11.495 sampel
berusia 20-35 tahun.
Hasil: Angka kejadian BBLR pada kelompok remaja sebanyak 83/1.051 atau 7,9?n
angka kejadian BBLR pada kelompok dewasa sebanyak 684/11.495 atau 6,52%. Hasil
analisis bivariat antara umur ibu dengan BBLR menunjukkan nilai p value sebesar 0,1772.
Hasil multivariat menunjukkan OR 1,164 dan p value 0,217 (95%CI: 0,914-1,482).
Sedangkan hasil bivariat menunjukkan bahwa tempat tinggal ibu tidak memiliki hubungan
dengan BBLR, dengan nilai p value 0,945. Tingkat pendidikan ibu memiliki hubungan
dengan BBLR dengan nilai 0,0091. Indeks Kekayaan mempunyai hubungan dengan BBLR
mempunyai nilai p sebesar 0,0044. Status merokok ibu tidak berhubungan dengan BBLR,
mempunyai nilai p value sebesar 0,4592.
Kesimpulan: Meskipun kehamilan remaja saja tidak signifikan berhubungan dengan BBLR,
peningkatan pendidikan ibu serta mengatasi kesenjangan sosial ekonomi merupakan langkah
penting dalam mengurangi angka BBLR dan meningkatkan hasil Kesehatan ibu dan anak di
Indonesia.
Background: In 2020, Indonesia had 9.9% low birth weight prevalence. One of risk factors that can caused low birth weight is maternal age. Whereas in Indonesia underage married is
still common. According to UNICEF, it is estimated that there are 1,220,900 girls marry before 18 years old. While the prevalence of child marriage under 18 years old in 2018 was 16%. Those underage married may influence adolescent pregnancy. A report from The World Bank estimates that as many as 34% of 1,000 teenage girls in Indonesia aged 15-19 years have given birth. Several impacts of adolescent pregnancy can affect the neonatal, maternal, and social impacts. One of those is low birth weight.
Objective: To determine the association between adolescent pregnancy and low birth weight in Indonesia five years pre-survey (2013-2017) based on data from IDHS 2017.
Methods: This is a cross-sectional study which uses secondary data from IDHS 2017. The sample from this study are women of childbearing age with an age range of 15-35 years and
give birth 5 years pre-survey (2013-2017) who were successfully interviewed and whose data were recorded in IDHS 2017. Data analysis that used is univariate analysis, bivariate analysis
used chi-square test, and multivariate analysis used logistic regression. The inclusion criteria were mothers who gave birth between the ages of 15-35 years and had complete data required
in the 2017 IDHS. The number of samples used was 12,546 with 1,051 samples aged 15-19 years and 11,495 samples aged 20-35 years.
Results: The incidence of LBW in the adolescent group was 83/1,051 or 7.9% and the incidence of LBW in the adult group was 684/11,495 or 6.52%. The results of bivariate analysis between adolescent pregnancy and LBW showed that the p value was 0.1772. Multivariate results showed OR 1.164 and p value 0.217 (CI: 0.914-1.482). Maternal residence is not related to LBW, it has a p value 0.9449. Maternal level of education is related with LBW having a p value 0.0091. The Wealth Index has relationship with LBW having a p value of 0.0044. Maternal smoking status is not related to LBW, it has a p value of 0.4592.
Conclusion: In conclusion, while adolescent pregnancy alone was not significantly associated with LBW, improving maternal education and addressing socioeconomic disparities are crucial steps in reducing LBW rates and enhancing maternal and child health outcomes in Indonesia.
Kata Kunci : LBW, adolescent pregnancy, IDHS