Perancangan laboratorium dan kinerja campuran Split Mastic Asphalt (SMA 0/11) menggunakan agregat bernilai abrasi tinggi (Kurang lebih 50 persen) yang diperbaiki dengan serat limbah plastik ember (Jenis HDPE)
BATUBARA, Marton, Dr.Ir. Latif Budi Suparma, MSc
2004 | Tesis | Magister Sistem dan Teknik TransportasiAgregat sebagai bahan campuran lapis perkerasan jalan menurut persyaratan harus bernilai abrasi <40%. Penggunaan agregat kasar bernilai abrasi tinggi (>40%) tidak diperbolehkan karena tingkat keausan dan porositasnya yang tinggi akan menyebabkan degradasi dan mempunyai tingkat penyerapan yang tinggi. Namun pada kenyataannya untuk mendapatkan agregat dengan nilai abrasi <40% semakin sulit sehingga kemungkinan penggunaan agregat bernilai abrasi tinggi yang akan mempengaruhi kinerja campuran sehingga perlu dilakukan perbaikan terlebih dahulu terhadap sifat-sifat fisik agregat tersebut. Untuk itu perlu diteliti penggunaan agregat kasar bernilai abrasi tinggi yang diselaputi serat limbah plastik ember (jenis HDPE) pada campuran Split Mastic Asphalt (SMA 0/11). Penyelaputan agregat kasar dibuat dalam tiga variasi kadar plastik yaitu 1% (variasi I), 2% (variasi II) dan 3% (variasi III). Pengujian pada masing-masing variasi dilakukan dengan metode Marshall dengan kadar aspal 6,0%; 6,5%; 7,0%; 7,5%; dan 8,0%. Selanjutnya dilakukan pengujian pada kadar aspal optimum (untuk variasi I dan variasi II). Pada variasi III diperoleh nilai MQ terlalu tinggi sehingga mengakibatkan campuran akan menjadi kaku. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian Marshall dengan perendaman standar, 24 jam dan 48 jam pada suhu 60ºC untuk mengetahui stabilitas dan durabilitasnya. Pengujian kepadatan mutlak (refusal density) untuk mengetahui nilai VITM dan pengujian Cantabro untuk menentukan prosentase kehilangan berat campuran. Persyaratan yang digunakan didasarkan pada spesifikasi Departemen Kimbangwil Tahun 1999. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan variasi kadar plastik yang semakin besar akan menurunkan nilai abrasi yaitu sebesar 39,60% pada variasi I; 35,85% pada variasi II dan 28,59% pada variasi III. Kadar aspal optimum yang diperoleh sebesar 7,60% untuk variasi I dan 6,50% untuk variasi II. Nilai stabilitas pada variasi I sebesar 1574 kg naik menjadi 1811 kg pada variasi II, sedangkan indeks stabilitas Marshall sisa untuk variasi I dan II adalah 93,04% dan 85,11% lebih besar dari persyaratan yaitu >85%. Nilai VITM pada kepadatan mutlak variasi I sebesar 2,54% menurun menjadi 1,51% pada variasi II. Nilai prosentase kehilangan berat meningkat yaitu pada variasi I sebesar 3,81% dan variasi II sebesar 4,62%. Dengan demikian penggunaan agregat kasar berabrasi tinggi (±50%) yang diselaputi serat limbah plastik ember (jenis HDPE) sebesar 1% pada campuran SMA 0/11 secara umum mampu memberikan kinerja campuran yang lebih baik khususnya untuk melayani lalulintas ringan dan sedang.
Aggregate as road pavement mixture based on the regulation has to have abrasive value <40%. Utilising the high abrasive value of the coarse aggregate (>40%) can not be used because of the high level of abrasion and porosity will cause to degradation and has the high absorption. Due to increasing demand of aggregate in the future as well as to cope with the problem of aggregate deposite and the abration value requirement of using the high abrasive of the coarse aggregate then it is necessity to conduct in improvement of the characteristics of the coarse aggregate physically. It is needed to perform an investigation with the high abrasive of coarse aggregate coating with waste fiber of bucket plastic (HDPE type) in Split Mastic Asphalt (SMA 0/11) mixture. Coating of the coarse aggregate would be conducted in three variation of plastic content, i.e.; 1% (variation I), 2% (variation II), and 3% (variation III). Testing on each variation has been carried out with Marshall Method at asphalt content of 6.0%, 6.5%, 7.0%, 7.5%, and 8.0%. Furthermore, testing at optimum asphalt content has been conducted for variation I and variation II. For variation III, the MQ value was too high, it lead to the mixture will become too rigid. Test has been performed by Marshall test with standard immersion; 24 hour and 48 hour in temperature 60°C to determine its stability and durability. Refusal density test has been done to find out the VITM value, and also Cantabro test to study the percentage of weight loss of mixture. The requirement based on the specification of Kimbangwil Department on 1999. The results of this research showed that by more plastic content would decrease abrasive value; there was 39.60% in variation I, 35.85% in variation II, and 28.59% in variation III. The optimum asphalt content was 7.60% for variation I and 6.50% for variation II. The stability value of variation I was 1574 kg increase to 1811 kg in variation II, on the other side retained Marshall stability index for variation I and II are 93.04% and 85.11% that satisfy the requirement (>85%). VITM value in certain density for variation I was 2.54% decrease to 1.51% in variation II. The percentage of weight loss values were decrease, i.e. 3.81% for variation I and 4.62% for variation II. Utilising of the high abrasive of the coarse aggregate (±50%) coating by waste fiber of bucket plastic (HDPE type) for 1% in SMA 0/11 mixture generally could improve the performance of the mixture particularly to carry out heavy and medium traffic.
Kata Kunci : Konstruksi Jalan,Agregat,Limbah Plastik Ember,high abrasive of coarse aggregate, waste plastic fiber, Split Mastic Asphalt (SMA 0/11), refusal density, Cantabro test