Selubung Kuasa Simbolik dalam Bahasa Binan pada Akun Instagram Markonah Tonggek
Maura Aviolis, Dr. Phil. Oki Rahadianto Sutopo
2025 | Tesis | S2 Kajian Budaya dan Media
Bahasa binan merupakan register yang dipakai oleh subkultur waria dan gay Indonesia dan telah menjadi populer di media. Penggunaan bahasa binan di media sosial Instagram selain menghibur dapat menjadi alternatif bahasa dalam berstrategi dan bernegosiasi dengan UU ITE dan aturan main Instagram terkait pencemaran nama baik di media sosial Instagram. Bourdieu berpendapat bahwa orang-orang berbahasa memiliki tujuan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Orang-orang di media sosial, khususnya media sosial Instagram turut berbahasa denga tujuan serupa. Mereka menyuarakan pendapat di media sosial menggunakan strategi-strategi tertentu agar mendapatkan atensi publik. Dari berbahasa, terbentuklah presentasi diri yang menjadi bagian dari identitas diri di media sosial Instagram dan juga dapat mereproduksi wacana dominan sehingga terbentuk kuasa simbolik yang membentuk perlakuan terhadap perempuan di media sosial Instagram. Penelitian ini menggunakan metode netnografi yang hasilnya banyak penggunaan kata “pelakor” dalam unggahan di Instagram. Ditemukan pula bahwa penggunaan emoji dalam penggunaan bahasa binan mendukung ekspresi berbahasa dan menciptakan suasana komunikasi yang lebih hangat dan cair, serta dapat dipakai untuk menyindir dan tujuan politis. Pada akhirnya, perempuan dalam Instagram justru kerap mendapat perundungan sementara laki-laki menjadi subjek yang cenderung pasif dalam kasus perselingkuhan.
Gay word is a register used by Indonesian transgender and gay subcultures and has become popular in the media. The use of gay word on Instagram social media in addition to being entertaining can be an alternative language in strategizing and negotiating with the ITE Law and Instagram rules related to defamation on Instagram social media. Bourdieu argues that people use language to gain and maintain power. People on social media, especially Instagram, also speak with similar goals. They voice their opinions on social media using certain strategies to gain public attention. From language, a self-presentation is formed that becomes part of self-identity on Instagram and can also reproduce dominant discourses so that symbolic power is formed that shapes the treatment of women on Instagram. This research uses the netnography method, the results of which are many uses of the word “pelakor” in uploads on Instagram. It was also found that the use of emojis in the use of gay word supports language expression and creates a warmer and more fluid communication atmosphere and can be used for satirical and political purposes. In the end, women on Instagram are often bullied while men become passive subjects in cases of infidelity.
Kata Kunci : Bahasa Binan, Bourdieu, Kuasa Simbolik