Keberdayaan Berbasis Gender Pada Petani Lintas Generasi Perdesaan di kabupaten Sleman

Tutik Dalmiyatun, Dr. Ir. Siti Andarwati, SP., MP., IPM., ASEAN Eng

2025 | Disertasi | S3 Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan

Keberdayaan petani di perdesaan Indonesia menghadapi tantangan struktural kompleks, tingginya tingkat kemiskinan, kesenjangan gender dalam akses terhadap sumber daya pertanian, serta minimnya keterlibatan generasi muda dalam sektor pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberdayaan petani lintas generasi dalam perspektif gender, dengan pendekatan teoritis Pierre Bourdieu serta relasi kuasa Michel Foucault. Indeks Woman Empowerment Agriculture Index (WEAI) sebagai alat ukur mengidentifikasi keberdayaan gender di sektor pertanian Kabupaten Sleman. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam, observasi partisipatif, serta Focus Group Discussion (FGD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Generasi X mempertahankan doxa, yaitu pola pikir dan praktik pertanian konvensional yang mengandalkan metode turun-temurun. Adopsi inovasi teknologi dan cenderung lebih bergantung pada sistem agraris tradisional serta peran gender yang masih kaku. Generasi Y berada dalam fase transisi, dengan karakteristik heterodoksa, Petani perempuan generasi Y aktif dalam pengambilan keputusan dan kewirausahaan, meskipun masih menghadapi kendala struktural. Generasi Z menunjukkan karakteristik oktodoksa, aktif menentang sistem pertanian lama dan lebih memilih pendekatan berbasis inovasi dan teknologi canggih, seperti smart farming, IoT dalam pertanian, serta penggunaan drone dan big data untuk analisis pertanian. Penggunaan WEAI menunjukkan bahwa meskipun ada peningkatan keterlibatan perempuan dalam pertanian, karena leadership yang rendah dan beban ganda  membuat perempuan memiliki keterbatasan waktu untuk akses teknologi, pendidikan, dan kepemilikan lahan. Implikasi penelitian ini menyoroti urgensi pendekatan pemberdayaan terpersepsikan. intervensi kebijakan harus adaptif terhadap kebutuhan lintas generasi, seperti Pelatihan teknologi pertanian berbasis digital bagi Generasi X untuk meningkatkan daya saing mereka. Pendekatan kewirausahaan dan integrasi teknologi bagi Generasi Y untuk memperkuat regenerasi petani. Strategi digitalisasi dan insentif bagi Generasi Z untuk meningkatkan daya tarik sektor pertanian sebagai profesi masa depan. Penelitian ini menegaskan keberdayaan petani tidak hanya dilihat dari aspek ekonomi, tetapi juga akses pendidikan, jaringan sosial, dan modal simbolik. Kebijakan inklusif, berbasis gender, dan berorientasi regenerasi pertanian menjadi kunci mempercepat transformasi pertanian berkelanjutan.

The empowerment of farmers in rural Indonesia faces complex structural challenges, high poverty rates, gender gaps in access to agricultural resources, and the lack of involvement of the younger generation in the agricultural sector. This study analyzed the empowerment of farmers across generations in a gender perspective, with Pierre Bourdieu's theoretical approach and Michel Foucault's power relations. The Woman Empowerment Agriculture Index (WEAI) as a measuring tool identifies gender empowerment in the agricultural sector of Sleman Regency. This study uses qualitative methods with in-depth interviews, participatory observations, and Focus Group Discussions (FGD). The results of the study show that Generation X maintains doxa, which is a conventional agricultural mindset and practice that relies on hereditary methods. The adoption of technological innovations tends to rely more on the traditional agrarian system and the rigid gender role. Generation Y is in a transition phase, with heterodox characteristics, Generation Y women farmers are active in decision-making and entrepreneurship, although they still face structural constraints. Generation Z exhibits octodox characteristics, actively opposes the old agricultural system and prefers innovation-based approaches and advanced technologies, such as smart farming, IoT in agriculture, as well as the use of drones and big data for agricultural analysis. The use of WEAI shows that despite increased women's involvement in agriculture, low leadership and double burdens leave women with limited time for access to technology, education, and land ownership. The implications of this study highlight the urgency of a perceived empowerment approach. Policy interventions must be adaptive to cross-generational needs, such as digital-based agricultural technology training for Generation X to increase their competitiveness. An entrepreneurial approach and technology integration for Generation Y to strengthen farmer regeneration. Digitalization strategies and incentives for Generation Z to increase the attractiveness of agricultural sector as a future profession. This research emphasizes that farmers' empowerment is not only seen from the economic aspect, but also access to education, social networks, and symbolic capital. Inclusive, gender-based, and agricultural regeneration-oriented policies are the key to accelerating sustainable agricultural transformation. 

Kata Kunci : Keberdayaan, gender, petani lintas generasi, regenerasi, pertanian berkelanjutan.