Analisis distribusi lalulintas udara dan konsumsi bahan bakar pesawat sebelum dan sesudah implementasi Reduced Vertical Separation Minimum (RVSM)
SURATMAN, Eman, Dr.Ir. Sigit Priyanto, MSc
2004 | Tesis | Magister Sistem dan Teknik TransportasiPeningkatan volume lalulintas udara dan biaya bahan bakar pesawat menimbulkan tuntutan efisiensi dan peningkatan kapasitas ruang udara. Untuk itu, International Civil Aviation Organization (ICAO), organisasi penerbangan sipil internasional, memberlakukan Reduced Vertical Separation Minimum (RVSM), dimana antara Flight Level/FL290 (29.000 kaki; ketinggian dalam satuan 100 kaki) sampai FL410 terdapat pengurangan jarak pisah vertikal antar pesawat dari 2.000 kaki menjadi 1.000 kaki dan penambahan 6 buah Flight Level. Implementasi RVSM di Indonesia dilakukan secara exclusive, sehingga pesawat non RVSM tidak boleh terbang pada ruang udara RVSM. Penghematan bahan bakar merupakan salah satu manfaat dari RVSM, karena lebih memungkinkan untuk terbang pada ketinggian yang optimum. Kenyataannya, masih banyak perusahaan penerbangan di Indonesia yang belum mengimplementasikan RVSM. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi distribusi lalulintas udara dan besarnya penghematan bahan bakar pesawat sesudah adanya implementasi RVSM. Penelitian ini dilakukan pada rute W-45 (antara Jakarta-Surabaya) dan W-32 (antara Surabaya-Makassar) dan PT. Garuda Indonesia pada semua tipe pesawat Boeing 737-400. Data distribusi lalulintas udara dan data penerbangan (post flight data) dianalisis dengan metode statistika secara deskriptif dan inferensial melalui program aplikasi SPSS 11.5 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi RVSM secara exclusive berpengaruh besar terhadap perubahan distribusi lalulintas udara, dimana terjadi peningkatan proporsi penggunaan ketinggian pada FL310, FL350 dan FL390, sedangkan pada ketinggian terbang lainnya mengalami penurunan rata-rata sebesar 3,14%. FL290 paling banyak digunakan oleh pesawat non RVSM dengan proporsi penggunaan sebesar 24,46%, sedangkan FL330 paling banyak digunakan oleh pesawat RVSM sebesar 28,88%. Rata-rata penghematan bahan bakar pesawat sesudah implementasi RVSM untuk penerbangan jarak dekat (Jakarta-Surabaya) adalah sebesar 0,8% atau sebanyak 25,37 kg untuk setiap penerbangan dan sebesar 1,1% atau sebanyak 64,5 kg untuk setiap penerbangan jarak menengah (Jakarta-Makassar).
The series of air traffic density and escalation of fuel cost, allied to the growing demand for a more efficient of available airspace. Hence International Civil Aviation Organization (ICAO) implement Reduced Vertical Separation Minimum (RVSM), which 1.000 feet vertical separation and 6 flight level added between Flight Level/FL290 (29.000 feet; 100 feet nominal altitude) and FL410. RVSM was implemented in Indonesia exclusively, thus prohibited for non RVSM aircraft to fly in RVSM airspace. Fuel savings was the principal benefit of RVSM, which have much probable to fly at an optimum flight level. The fact was only several airlines of Indonesia implemented this procedures. This research was RVSM implementation impact analysis to air traffic distribution and aircraft fuel efficiency. Research was conducted on route W-45 (from Jakarta to Surabaya) and W-32 (from Surabaya-Makassar) and all B737-400 of PT. Garuda Indonesia. Air traffic distribution and post flight data was analyzed with descriptive and inference statistical method by SPSS 11.5 for Windows. The result showed that RVSM implementation exclusively affected to air traffic distribution change, which proportional flight level use increase at FL310, FL350 and FL390 while 3,14% average decrease at the other flight level. Mostly, FL290 used by non RVSM compliant aircraft with 24,46% of proportional flight level use and 28,88% at FL330. Aircraft fuel saving average for short range (Jakarta-Surabaya) was 0,8% or 25,37 kg each flight and 1,1% or 64,5 kg each flight for medium range (Jakarta-Makassar).
Kata Kunci : Lalu Lintas Udara,Konsumsi Bahan Bakar,RVSM, RVSM, air traffic distribution, aircraft fuel efficiency