Laporkan Masalah

Tidak Memberikan ASI Eksklusif Sebagai Faktor Risiko Terhadap Kejadian Stunted (Pendek) Pada Bayi Usia 6-24 Bulan di Puskesmas Ngemplak I, Sleman, Yogyakarta

VIKA PUTRI SETIA UTAMI, Prof. dr. Mei Neni Sitaresmi, Sp.A(K)., Ph.D. ; Dr. dr. Neti Nurani, M.Kes., Sp.A(K).

2025 | Skripsi | PENDIDIKAN DOKTER

Latar Belakang: Permasalahan gizi seperti stunting dan stunted masih sering terjadi di Indonesia. Prevalensi di tahun 2013 pada kelompok anak usia 5-12 tahun yang menunjukkan angka prevalensi stunted 14,9% di Provinsi DIY. Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak balita yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, sehingga anak mengalami keterlambatan pertumbuhan dan menjadi terlalu pendek untuk usianya. Cakupan ASI eksklusif di Indonesia pada tahun 2022 mencapai 67,96%, mengalami penurunan dari angka 69,7% pada tahun 2021.


Tujuan: Untuk menganalisis tidak memberikan ASI eksklusif sebagai faktor risiko terhadap kejadian stunted (pendek) pada bayi usia 6-24 bulan di Puskesmas Ngemplak I, Sleman, Yogyakarta.


Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain case control. Sampel dipilih menggunakan teknik purposive sampling dari data yang tercatat dalam register data balita di Puskesmas Ngemplak I, Sleman, Yogyakarta pada bayi usia 6-24 bulan. Besar sampel sebanyak 76 bayi yang memenuhi kriteria inklusi maupun eksklusi. Analisis data secara univariabel, bivariabel menggunakan Chi-Square, dan multivariabel menggunakan uji regresi logistik.


Hasil: Penelitian menunjukkan sebanyak 55,3?yi mendapatkan ASI eksklusif dan 44,7% tidak mendapatkan ASI eksklusif. Analisis bivariabel menunjukkan ada hubungan bermakna antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunted (p= 0,006; OR= 3,764; CI= 1,446 - 9,794) sehingga dapat dikatakan bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif berisiko 3,8 kali mengalami stunted. Analisis multivariabel dengan mengontrol variabel tinggi badan ayah, tinggi badan ibu, dan pendidikan ayah menunjukkan hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunted pada bayi usia 6-24 bulan di Puskesmas Ngemplak I, Sleman, Yogyakarta tetap bermakna (p= 0,045; OR= 2,889; CI= 1,023 - 8,157) sehingga dapat dikatakan bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif berisiko 2,9 kali lebih besar mengalami kejadian stunted dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif.


Kesimpulan: Pemberian ASI eksklusif berpengaruh signifikan terhadap kejadian stunted, di mana bayi yang tidak menerima ASI eksklusif memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami stunted. Dengan demikian, ASI eksklusif memiliki peran penting dalam mencegah stunted pada bayi.

Background: Nutritional problems such as stunting and stunted still often occur in Indonesia. The prevalence in 2013 in the group of children aged 5-12 years showed a prevalence rate of stunted 14,9% in the Province of DIY. Stunting is a condition of growth failure in toodlers caused by chronic malnutrition, so that children experience growth delays and become too short for their age. The coverage of exclusive breastfeeding in Indonesia in 2022 reached 67,96%, decreasing from 69,7% in 2021.


Objective: To analyze not providing exclusive breastfeeding as a risk factor for the incidence of stunting in infants aged 6-24 months at the Puskesmas Ngemplak I, Sleman, Yogyakarta.


Method: This study is an analytical observational study using a case control design. The sample was selected using a purposive sampling technique from data recorded in the toodler data register at Puskesmas Ngemplak I, Sleman, Yogyakarta in infants aged 6-24 months. The sample size was 76 infants who met the inclusion and exclusion criteria. Data analysis was univariable, bivariable using Chi-Square, multivariable using logistic regression tests.


Results: The study showed that 55,3% of infants received  exclusive breastfeeding and 44,7% did not receive exclusive breastfeeding. Bivariable analysis showed a significant relationship between exclusive breastfeeding and the incidence of stunting (p= 0,006; OR= 3,764; CI= 1,446 - 9,794) so that it can be said that infants who do not receive exclusive breastfeeding have a 3,8 times greater risk of experiencing stunting. Multivariable analysis by controlling the variables of father's height, mother's height, and father's education showed that the relationship between exclusive breastfeeding and the incidence of stunting in infants aged 6-24 months at the Puskesmas Ngemplak I, Sleman, Yogyakarta remained significant (p= 0,045; OR= 2,889; CI= 1,023 - 8,157) so that it can be said that infants who do not receive exclusive breastfeeding have a 2,9 times greater risk of experiencing stunting than infants who receive exclusive breastfeeding.


Conclusion: Exclusive breastfeeding has a significant effect on the incidence of stunting, where babies who do not receive exclusive breastfeeding have a higher risk of experiencing stunting. Accordingly, exclusive breatfeeding has an important role in preventing stunting in babies.

Kata Kunci : Stunted, ASI Eksklusif, Status Gizi, Panjang Badan, Usia 6-24 Bulan

  1. S1-2025-458923-abstract.pdf  
  2. S1-2025-458923-bibliography.pdf  
  3. S1-2025-458923-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2025-458923-title.pdf