Laporkan Masalah

MINORITAS MEMBENCI MINORITAS: ANALISIS PERSEPSI ORMAS LUIS TERHADAP ETNIS TIONGHOA DI SURAKARTA

Fadil Ainur Rif'an, Evi Lina Sutrisno, S.Psi., M.A., Ph.D.

2025 | Tesis | S2 Ilmu Politik

Penelitian ini membahas konstruksi identitas keagamaan dan persepsi organisasi radikal Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS) terhadap etnis Tionghoa di Surakarta. Berangkat dari dua kasus konflik utama penolakan simbol budaya Tionghoa seperti lampion dan insiden kekerasan di restoran Social Kitchen. Penelitian ini mengkaji bagaimana LUIS membangun narasi keislaman yang eksklusif dan stereotip negatif terhadap kelompok minoritas. Menggunakan pendekatan etnografi dan teori konstruktivisme sosial dari Berger dan Luckmann, penelitian ini menyoroti tiga tahap konstruksi identitas: eksternalisasi, objektifikasi, dan internalisasi. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan teori radikalisme menurut Botticher serta teori konstruktivisme sosial untuk melihat konflik yang pernah terjadi antara LUIS sebagai masyarakat Muslim lokal Surakarta dengan etnis Tionghoa sebagai masyarakat pendatang di Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LUIS mengonstruksi identitas Tionghoa sebagai "kafir", "komunis", dan ancaman terhadap nilai-nilai Islam, yang diperkuat melalui berbagai aksi protes mulai dari mengirimkan surat teguran hingga tindakan kekerasan. Penelitian ini juga menelaah dinamika relasi etnis Tionghoa dan kelompok masyarakat Islam di Surakarta dalam konteks sejarah dan sosial, termasuk dampak dari kebijakan diskriminatif era kolonial seperti wijkenstelsel dan passenstelsel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stereotip dan prasangka terhadap etnis Tionghoa sering digunakan untuk memperkuat identitas kelompok mayoritas dan menjustifikasi aksi eksklusivitas keagamaan. Penelitian ini ditulis menggunakan pendekatan etnografi untuk mengetahui persepsi ormas LUIS terhadap etnis Tionghoa di Surakarta. Penelitian ini berkontribusi pada kajian radikalisme Islam, identitas keagamaan, dan dinamika hubungan antara kelompok masyarakat mayoritas dan minoritas di Indonesia khususnya di ranah lokal, terutama dalam menjelaskan peran LUIS sebagai organisasi minoritas Islam yang menciptakan segregasi sosial melalui simbol agama. Studi ini merekomendasikan penguatan dialog antar-agama dan pemahaman lintas budaya untuk mengurangi tensi sosial yang dihasilkan oleh narasi eksklusif keagamaan.

This study examines the construction of religious identity and the perception of the radical organization Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS) toward the Chinese ethnic group in Surakarta. It is based on two major conflict cases: the rejection of Chinese cultural symbols such as lanterns and the violent incident at Social Kitchen restaurant. This research explores how LUIS constructs an exclusive Islamic narrative and negative stereotypes against the minority group. Using an ethnographic approach and the social constructivism theory by Berger and Luckmann, this study highlights three stages of identity construction: externalization, objectification, and internalization. Additionally, it applies Botticher’s theory of radicalism and social constructivism to analyze the conflicts that have occurred between LUIS, as a local Muslim community in Surakarta, and the Chinese ethnic group as immigrants in Surakarta. The findings indicate that LUIS constructs the Chinese identity as "infidels," "communists," and a threat to Islamic values, reinforced through various protest actions ranging from warning letters to acts of violence. This research also examines the dynamics of relations between the Chinese ethnic group and the Islamic community in Surakarta within historical and social contexts, including the impact of discriminatory colonial policies such as wijkenstelsel and passenstelsel. The study finds that stereotypes and prejudices against the Chinese ethnic group are often used to strengthen the majority group's identity and justify religious exclusivism. This research employs an ethnographic approach to understand LUIS’s perception of the Chinese ethnic group in Surakarta. It contributes to the study of Islamic radicalism, religious identity, and the dynamics of majority-minority relations in Indonesia, particularly at the local level, by explaining the role of LUIS as a minority Islamic organization that creates social segregation through religious symbols. This study recommends strengthening interfaith dialogue and cross-cultural understanding to reduce social tensions caused by exclusive religious narratives.

Kata Kunci : Ormas LUIS, Etnis Tionghoa, Radikalisme Keagamaan, Persepsi

  1. S2-2025-486954-abstract.pdf  
  2. S2-2025-486954-bibliography.pdf  
  3. S2-2025-486954-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2025-486954-title.pdf