Pengaruh Konsentrasi Natrium Hidroksida pada Tahap Delignifikasi untuk Pembuatan Mikrokristalin Selulosa dari Serabut Siwalan (Borassus flabellifer L.)

Iin Gita Rahmawati, Apt. Farida Nur Aziza, S.Farm., MGMP; Prof. Dr. apt. Teuku Nanda Saifullah Sulaiman, S.Si., M.Si

2025 | Skripsi | FARMASI

Mikrokristalin selulosa banyak digunakan sebagai eksipien sebab memiliki sifat alir, kompatibilitas, dan kompresibilitas yang baik. Pemenuhan kebutuhan mikrokristalin selulosa di Indonesia saat ini bergantung pada kegiatan impor. Serabut siwalan mengandung 68,94% selulosa dan berhasil diisolasi melalui proses alkali dengan menggunakan NaOH sebagai pelarut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari konsentrasi NaOH sebagai pelarut pada proses delignifikasi terhadap kandungan selulosa hasil isolasi dan karakteristik mikrokristalin selulosa yang dihasilkan.

Penelitian ini meliputi tahap isolasi alfa-selulosa dan hidrolisis. Konsentrasi NaOH untuk memperoleh alfa-selulosa terbaik yaitu 17,5?ngan kandungan hemiselulosa 9,811%, selulosa 78,311%, dan lignin 7,874%. Meningkatnya konsentrasi NaOH berpengaruh pada kadar alfa-selulosa yang semakin besar. Mikrokristalin selulosa hasil hidrolisis alfa-selulosa dilakukan karakterisasi sesuai dengan persyaratan pada USP dan diperoleh hasil uji organoleptik berupa serbuk berwarna krem. Hasil lain seperti uji identifikasi menunjukkan hasil berwarna ungu, uji pH dengan nilai 5,01-7,57, susut pengeringan dengan rerata 2,540±1,344%, kelarutan senyawa dalam air dengan rerata 0,295±0,021 g/cm3 telah memenuhi persyaratan USP. Pada penelitian ini juga dilakukan pengujian dengan instrumen FTIR, SEM, dan XRD. Kerapatan serbuk ruahan merupakan parameter yang diujikan secara statistik menggunakan one sample t-test diperoleh hasil tidak berbeda signifikan dengan sampel mikrokristalin selulosa komersial yang memiliki spesifikasi nilai kerapatan serbuk ruahan sebesar 0,26-0,31 g/cm3. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa serabut siwalan berpotensi sebagai bahan baku alternatif untuk pembuatan mikrokristalin selulosa.  

Microcrystalline cellulose is widely used as an excipient due to its good flowability, compatibility, and compressibility properties. The current demand for microcrystalline cellulose in Indonesia relies on import activities. Siwalan fiber contains 68.94 of cellulose and has been successfully isolated through an alkaline process using NaOH as a solvent in the delignification process on the cellulose content of the isolated product and the characteristics of the resulting microcrystalline cellulose.

This study includes the alfa-cellulose isolation and hydrolysis stages. The NaOH concentration to obtain the best alfa-cellulose is 17.5%, with hemicellulose content of 9.811%, 78.311?llulose, and 7.874% lignin. Increasing the concentration of NaOH has an effect on increasing of alfa-cellulose content. The microcrystalline cellulose resulting from hydrolysis of alfa-cellulose was characterized in accordance with USP requirement, and based on organoleptic testing results were obtained in the form of a cream colored powder. Other test result included an identification test showing a violet color, a pH value is 5.01-7.57, loss on drying is 2.540±1.344%, water soluble substances is 0.146±0.023%, and bulk density is 0.295±0.021 g/cm3, all of which met USP requirements. This study also conducted testing using FTIR, SEM, and XRD instruments. The bulk density is a parameter that was tested statistically using a one sample t-test. The results were not significantly difference from commercial microcrystalline cellulose sample which have a bulk density specification is 0.26-0.31 g/cm3. Therefore, it can be concluded that siwalan fiber has potential as an alternative raw material for making microcrystalline cellulose. 

Kata Kunci : delignifikasi, mikrokristalin selulosa, serabut siwalan, alfa-selulosa