Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan perumahan di Kota Bandar Lampung :: Perbandingan perumahan yang cepat dan lambat terjual
EHWAN, Yeri, Ir. Kawik Sugiana, M.Eng.,PhD
2004 | Tesis | Magister Perencanaan Kota dan DaerahTingginya pertambahan penduduk di Kota Bandar Lampung menyebabkan kebutuhan rumah semakin meningkat. Pada tahun 2002 kebutuhan perumahan yang belum terpenuhi mencapai 43.335 unit, sementara pertumbuhan kebutuhan perumahan baru setiap tahun mencapai 3.000 unit. Untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal bagi penduduk, strategi yang ditempuh oleh pemerintah daerah adalah melibatkan pengembang dalam pembangunan perumahan. Namun, faktanya tidak seluruh perumahan yang dibangun memperoleh sambutan positif dari masyarakat. Sebagian perumahan kurang diminati konsumen, sementara perumahan yang lain cepat terjual. Kondisi ini menyebabkan sebagian lokasi perumahan menjadi lahan tidur yang tidak produktif, serta tidak bernilai secara ekologis dan ekonomis. Fenomena ini menarik untuk dijadikan bahan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antar faktor yang mempengaruhi tingkat penjualan rumah, serta membandingkan nilai (value) dari faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan penjualan rumah di Kota Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif kuantitatif. Penelitian dimulai dari teori-teori kemudian diuji di lapangan. Pengujian dan perbandingan dilakukan pada setiap variabel penelitian yang telah ditetapkan. Lokasi penelitian berjumlah 16 perumahan yang tersebar di seluruh wilayah Kota Bandar Lampung. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pengembang, serta pengajuan kuesioner kepada 187 responden penghuni perumahan yang diambil melalui teknik simple random sampling. Hasil kuesioner dianalisis dengan analisis univariat dan bivariat. Analisis bivariat menggunakan uji korelasi dan tabulasi silang (crosstab). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kecepatan penjualan rumah sangat dipengaruhi oleh harga rumah dan jarak perumahan terhadap fasilitas perkotaan. Tingkat penjualan yang lambat disebabkan karena harga rumah yang relatif tinggi, serta jarak perumahan yang cukup jauh dari fasilitas pendidikan, olah raga, dan terminal. Sebaliknya perumahan yang cepat terjual adalah yang dijual dengan harga rendah, jarak perumahan yang berdekatan dengan fasilitas pendidikan, olah raga, dan terminal. Rumah yang cepat terjual ditandai dengan ukuran fisik rumah yang relatif kecil dan harga rumah yang terjangkau oleh kelompok masyarakat ekonomi menengah ke bawah yang bekerja sebagai karyawan, pegawai negeri, pensiunan, dan pekerja sektor informal lainnya. Sistem pembiayaannya sebagian besar melalui sistem kredit, dengan jumlah uang muka dan angsuran yang rendah, serta jangka waktu angsuran yang lama. Berdasarkan hasil penelitian ini direkomendasikan bahwa perlu keterpaduan semua pihak dalam pembangunan sektor perumahan, perlu diketahui jumlah kebutuhan dan karakteristik sosial ekonomi masyarakat yang membutuhkan rumah, serta perlu dilakukan penelitian penjualan rumah pada masing-masing kategori rumah yang sama (sederhana, menengah dan mewah) yang kemudian dibandingkan hasilnya.
The fast growth of population in Bandar Lampung city results in a high demand for housing. In 2002, the unfulfilled demand for houses was 43,335 units, while the annual growth of demand for new housing reaches 3,000 units. In order to fulfil the demand for housing, the regional government adopts a strategy of involving developers in the housing developments. However, not all housings developed get positive responses from the society. Some sell very well, but some others cannot attract consumers. This makes some locations for housing unproductive and abandoned, having no economic and ecological values. This phenomenon is interesting to be researched. This research aims to analyse the relation among the factors that affect the rate of housing purchase in Bandar Lampung city, and to compare the values of these factors. This research adopted a quantitative deductive approach. It started from theories, and then tested them in the field. The test and comparison were made for each decided variable. The research locations were 16 housings in Bandar Lampung city. Primary data were obtained from interviews with the developers, and from questionnaires distributed to 187 respondents, i.e., the housing inhabitants determined based on simple random sampling technique. The questionnaire results were analysed using univariat and bivariat analyses. The latter uses correlation and cross tabulation tests. The research results show that the rate of housing purchase was greatly influenced by the price and distance from urban facilities. Slow rate of housing purchase happened due to relatively high price and far distance from education, sport, and transport facilities. On the other side, quickly sold houses were relatively affordable houses, and close to education, sport, and transport facilities. They are characterized with small size and affordable price for middle to low class who are employees in private companies, civil servants, retired people, or work in other informal sectors. The payment relied mostly on a credit system with small down payment and low instalment in a long-term arrangement. Based on the results, the research recommends the needs for integration among all parties in the housing development sector, identification of the need and social economic characteristic of the people, and further researches on housing purchase for each same housing-category (simple, medium, and luxurious) and comparison of the findings.
Kata Kunci : Perumahan,Kebutuhan,Kecepatan Penjualan