Laporkan Masalah

Analisa pola perkembangan kawasan perdagangan di Kota Samarinda

ARNAINS, Muhammad, Dr.Ir. Bondan Hermanislamet, MSc

2004 | Tesis | Magister Perencanaan Kota dan Daerah

Kota Samarinda, sebagai kota perdagangan tidak hanya memfasilitasi dan melayani kebutuhan masyarakatnya saja, tetapi juga berkembang menjadi kota pelayanan perdagangan regional yang mensuplai kebutuhan kota-kota sekitarnya. Aktivitas perdagangan tumbuh secara cepat dan berimplikasi pada intensitas pemanfaatan ruang kota. Perubahan fungsi lahan non komersial ke fungsi perdagangan yang lebih menjanjikan secara ekonomis, tidak bisa dielakkan dan akan terus mendesak guna lahanguna lahan lainnya ke pinggiran kota. Namun pada saatnya, kawasan perdagangan pusat kota pada akhirnya tidak mampu lagi menampung dan menahan berkembangnya kegiatan komersial ke arah bagian kota yang lain. Lokasi-lokasi strategis menjadi incaran perkembangan, kualitas lingkungan kerap tidak terjaga, dan kawasan penyangga kawasan konservasi pun terancam bila tidak segera diantisipasi. Penelitian ini bertujuan mempelajari pola persebaran dari perkembangan kawasan perdagangan yang terjadi di Kota Samarinda dan menemukenali faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kawasan perdagangan di Kota Samarinda. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu dengan mengamati dan menggali berbagai data dan informasi untuk mendeskripsikan fenomena yang terjadi di lapangan lalu kemudian menjustifikasinya berdasarkan teori-teori yang ada, dan merupakan kajian spasial dengan mencoba mengkaji proses perkembangan kawasan perdagangan Kota Samarinda dalam kurun waktu 1968-2004. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa kawasan perdagangan menunjukkan pola konsentris yang lebih tinggi atau memadat di kawasan pusat perdagangan kota lama di Samarinda Ilir. Perkembangan kawasan perdagangan juga menunjukkan pola yang bersifat menyebar atau ekstensif dari pusat kota ke sisi-sisi jalur transportasi darat utama. Di sekitar jembatan Mahakam yaitu Kecamatan Sungai Kunjang dan Samarinda Ulu yang dulu merupakan daerah komuter, daerah permukiman warga yang sebagian besar bekerja di daerah perkotaan, terjadi bangkitan kawasan perdagangan baru dengan adanya jembatan Mahakam sebagai pemicu aktivitas perdagangan dengan penyebaran awal meloncat (leap frog) di sekitar penghubung tersebut, kemudian terjadi penyebaran linear sentripetal (keluar) dari pusat kota. Dilalui oleh sungai terbesar di Kalimantan yakni Sungai Mahakam, secara keseluruhan hingga 2004 Kota Samarinda relatif berkembang hanya di bagian utara sungai saja, sedang di Kecamatan Samarinda Seberang perdagangan berkembang secara lompat kotak (leap frog), sehingga secara keseluruhan mengekspresikan bentuk kota seperti setengah lingkaran atau sebuah kipas. Letak geografis, aglomerasi, aksesibilitas, kebijakan pemerintah, dan fungsi kota adalah faktor-faktor yang telah mempengaruhi perkembangan kawasan perdagangan di Kota Samarinda.

As a trade city, Samarinda does not only facilitate and serve the needs of its citizen, but also develops itself into a city of regional trade service by supplying the needs of the surrounding cities. Trade activities grow fast and give implication to the intensity of urban spatial use. The change from non-commercial land use into commercial land use that promises better economy is inevitable and consequently pushes other land uses back to suburban. However, the capacity of trade area in the city centre is unable to accommodate and keep the growth of commerce activities from moving towards the other parts of the city. Strategic locations become targets of the development and the quality of environment is uncontrolled. Furthermore, the supporting areas for conservation will be threatened if it is not immediately anticipated. This research aims to study the distribution pattern of trade area development in Samarinda city and to identify and understand the factors affecting the trade area development in this city. The research uses a descriptive, qualitative method by observing and exploring data and information to describe phenomena in the field, and then justifying them based on the existing theories. It is a spatial study through an attempt to study the process of trade area development in Samarinda city in the 1968- 2004 periods. The research results reveal that the trade area shows a concentric pattern in the trade centre of old city in Samarinda Ilir. The trade area development also shows a spreading or extensive pattern from the city centre to areas alongside the main land transportation networks. A generation of new trade areas happens around Mahakam bridge, i.e Sungai Kunjang and Samarinda Ulu sub-districts, which used to be a commuters area, or a settlement area for those working in the urban areas. This owes to the bridge development that serves as a trigger for trade activities the distribution of which is leapfrog, starting from around the bridge and then followed by a linear centripetal (outward) pattern from the city centre. Intersected by Mahakam River, the biggest river in Kalimantan, Samarinda city has in general experienced a development only in the northern area of the river until 2004. In the other side of the river, i.e., Samarinda Seberang sub-district, the development is leapfrog. All in all, it expresses a shape of a half circle or a fan. The geographical locations, agglomeration, accessibility, government policy, and city function are the factors contributing to the development of trade area in Samarinda city.

Kata Kunci : Kawasan Perdagangan,Pola Perkembangan,Pattern-Development-Trade Area


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.