Laporkan Masalah

Perancangan Rumah Subsidi Jika Digunakan Untuk Lansia Berdasarkan Persepsi Penghuni

Putri Pratiwi Widasari, Ir. Rini Dharmastiti, M.Sc., Ph.D., IPM., ASEAN.Eng.

2025 | Tesis | S2 Teknik Industri

Perumahan yang layak dapat memengaruhi kemandirian dan kualitas hidup lansia dimana lansia sudah tidak bisa beraktifitas sebagaimana mestinya, ini menyebabkan lansia lebih banyak menghabiskan waktu didalam rumah. Angka jumlah penduduk miskin tidak sepenuhnya mencerminkan jumlah MBR yang belum memiliki hunian layak, tetapi memberikan gambaran umum tentang masyarakat berpenghasilan rendah di Indonesia. Kelompok ini juga menjadi sasaran utama Program Sejuta Rumah sehingga diharapkan luas rumah subsidi dapat dipergunakan hingga masa tua tanpa perlu adanya renovasi yang terlalu banyak.

Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan 117 penghuni rumah subsidi dari segala usia untuk mengetahui keinginan penghuni rumah tersebut pada masa tua dikarenakan batasanya usia pada saat pembelian rumah subsidi. Penelitian dilakukan dengan survei menggunakan kuesioner. Setelah hasil kuesioner didapatkan maka mengidentifikasi keinginan dan keluhan dari responden yang kemudian menentukan solusi atas keinginan hunian subsidi sebagai konsep mentah dalam melakukan perancangan ulang rumah subsidi. Kemudian menentukan dimensi tubuh antropometri lansia yang sesuai serta persentil yang digunakan dengan perabot minimal pada rumah subsidi.

Persepsi penghuni rumah subsidi terkait keluhan dan keinginan renovasi oleh responden terbanyak terdapat pada penyesuaian ketinggian meja dapur dan sink kemudian renovasi pada toilet yang awalnya kloset jongkok menjadi kloset duduk. Pada urutan berikutnya yaitu penataan ruang yang tidak sesuai seperti letak kamar mandi yang jauh dengan kamar tidur sehingga diperlukan renovasi pada denah rumah. Salah satu rekomendasi perancangan rumah subsidi yang terdiri dari kamar tidur orang tua memiliki luas 11,59 m², yang dapat diakses oleh pengguna kursi roda. Dengan ukuran ini, kamar bisa tediri tempat tidur utama (double bed), lemari pakaian, dan meja kecil. Kamar tidur anak lebih kecil, dengan luas 7,08 m². Ini sudah cukup untuk satu tempat tidur tunggal atau ranjang susun, lemari pakaian kecil, dan meja belajar. Kamar mandi memiliki luas 2,25 m², yang kecil namun cukup untuk kebutuhan dasar yang terdiri dari kloset dan area shower. Dapur dan ruang keluarga/tamu digabungkan dalam satu area seluas 15,08 m² yang berisikan tv, sofa dengan 2 seater, area memasak dan sink. Rekomendasi dari teras/carport menuju ke bangunan tidak terdapat anak tangga (landai), penataan kamar mandi berada di tengah-tengah antara dua kamar tidur, ketinggian maksimal jendela yaitu 120 cm, meja dapur dan sink berbentuk siku dengan panjang masing-masing 1,7 m, lebar 0,63 m, serta ketinggian meja dapur 0,75 m dan sink 0,9 m. Berdasarkan data kuesioner ruang yang paling sering digunakan aktivitas sehari-hari adalah kamar tidur sehingga kamar tidur dianggap terlalu sempit bagi penghuni rumah subsidi.

    Decent housing can influence the independence and quality of life of the elderly, as they are no longer able to perform activities as they used to. This leads to seniors spending most of their time indoors. The number of poor households does not fully represent the number of low-income groups (MBR) without adequate housing but provides a general overview of the low-income population in Indonesia. This group is the main target of the One Million Houses Program, with the expectation that subsidized housing can be utilized well into old age without requiring extensive renovations.

    This study involved 117 subsidized house users of various ages to understand the residents’ expectations for their homes in old age, considering the age limitation at the time of purchasing subsidized houses. The research was conducted through a survey using questionnaires. Once the responses were collected, the desires and complaints of the respondents were identified, followed by determining solutions for subsidized housing requirements. This serves as a preliminary concept for redesigning subsidized housing. Additionally, the anthropometric dimensions of elderly bodies were determined, along with appropriate percentiles and minimal furniture for subsidized houses.

    The perception of subsidized house users regarding complaints and renovation desires was mostly focused on adjusting the height of kitchen counters and sinks, followed by toilet renovations from squat toilets to sitting toilets. Another significant issue was the arrangement of spaces, such as the placement of bathrooms far from bedrooms, necessitating floor plan renovations. One of the recommendations for subsidized house designs includes a master bedroom with a size of 11.59 m², accessible for wheelchair users. This size accommodates a double bed, wardrobe, and small table. The children's bedroom is smaller, measuring 7.08 m², which is sufficient for a single bed or bunk bed, a small wardrobe, and a study table. The bathroom is compact, with an area of 2.25 m², and accommodates basic needs, including a toilet and shower area. The kitchen and living room/guest area are combined into single space of 15.08 m², including a TV, a two-seater sofa, cooking area, and sink. Recommendations also include a step-free transition from the terrace/carport to the main building (ramp), bathroom placement centrally between two bedrooms, a maximum window height of 120 cm, L-shaped kitchen counters and sinks with each with a length of 1.7 m, a width of 0.63 m, and a height of 0.75 m for the counter and 0.9 m for the sink. respectively. Based on the questionnaire data, the bedroom was identified as the most frequently used space for daily activities, indicating that the bedroom is considered too small for subsidized house users.

Kata Kunci : lansia, rumah subsidi, antropometri, perancangan

  1. S2-2025-508852-abstract.pdf  
  2. S2-2025-508852-bibliography.pdf  
  3. S2-2025-508852-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2025-508852-title.pdf