Analisis Faktor Lingkungan Fisik Rumah dan Perilaku Terhadap Kejadian Tuberkulosis Paru di Provinsi Sulawesi Tenggara (Analisis Riskesdas Tahun 2018)
Okta Avishia Widyaningrum, Bayu Satria Wiratama, S.Ked., MPH., Ph.D; Aditya Lia Ramadona, S.Si., M.Sc., Ph.D
2025 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Latar Belakang: Tuberkulosis hingga saat ini masih menjadi masalah yang sangat serius di seluruh dunia dikarenakan angka morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Delapan negara menjadi kontributor terbesar angka kematian akibat TB global. Salah satu dari delapan negara tersebut adalah Indonesia yang mengkontribusikan 10% angka kematian akibat TB di tahun 2022. Berdasarkan data Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2022, jumlah orang terduga TB di wilayah ini mencapai 21.953, namun yang berhasil tertangani hanya berjumlah 5.077 orang (23%). Tingginya angka kasus TB ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah pengaruh kondisi lingkungan fisik rumah yang buruk dan perilaku yang buruk.
Tujuan: Untuk mengetahui faktor lingkungan fisik rumah dan perilaku yang dapat menjadi penyebab kejadian Tuberkulosis Paru di Sulawesi Tenggara. Faktor lingkungan fisik rumah meliputi ventilasi dan pencahayaan, sedangkan faktor perilaku meliputi kebiasaan merokok dan kebiasaan membuka jendela.
Metode: Penelitian ini merupakan studi cross sectional, yang memanfaatkan data Riskesdas Tahun 2018. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk yang berada di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018, dan sampel dalam penelitian ini adalah anggota rumah tangga usia ?15 tahun yang berhasil diwawancarai dalam Riskesdas Tahun 2018. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis univariat, analisis bivariat dengan melakukan uji chi-square dengan nilai pembobotan, serta analisis multivariat dengan menggunakan uji logistic regression dan melakukan analisis pembobotan.
Hasil: Uji statistik menunjukan tidak ditemukan hubungan antara ventilasi (kamar, dapur, dan ruang keluarga), pencahayaan (kamar, dapur, dan ruang keluarga), kebiasaan merokok, dan kebiasaan membuka jendela (kamar, dapur, dan ruang keluarga) dengan kejadian Tuberkulosis Paru. Namun, uji statistik terhadap variabel perancu menunjukan terdapat hubungan signifikan antara pendidikan, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan riwayat Diabetes Melitus dengan kejadian Tuberkulosis Paru. Analisis multivariat dengan mempertimbangkan semua variabel kovariat menunjukan bahwa faktor yang paling mempengaruhi kejadian Tuberkulosis Paru adalah riwayat Diabetes Melitus (OR: 12,53). Selain itu, pendidikan (OR: 4,7) dan IMT (OR: 3,6) juga merupakan faktor risiko kejadian Tuberkulosis Paru.
Kesimpulan: Ventilasi, pencahayaan, kebiasaan merokok, dan kebiasaan membuka jendela tidak memiliki hubungan secara statistik dengan kejadian Tuberkulosis Paru berdasarkan analisis sampel data Riskesdas di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018. Setelah di-adjust dengan variabel kovariat, faktor yang paling mempengaruhi kejadian Tuberkulosis Paru adalah riwayat Diabetes Melitus.
Background: Tuberculosis remains a significant global health issue due to its high rates of morbidity and mortality. Eight countries are the largest contributors to the global TB death rate. One of these eight countries is Indonesia, which contributes 10% of the death rate due to TB in 2022. Based on data from the Southeast Sulawesi Provincial Health Office in 2022, the number of people suspected of having TB in this region reached 21.953, but only 5.077 people were successfully treated (23 %). The high number of TB cases can be influenced by many factors, including the influence of poor physical environmental conditions at home and bad behavior.
Objective: To determine the physical environmental factors at home and behavior that can contribute the incidence of pulmonary tuberculosis in Southeast Sulawesi. Home physical environmental factors include ventilation and lighting, while behavioral factors include smoking habits and window opening habits.
Method: This research is a cross sectional study, which utilizes data Indonesian Basic Health Research (IBHR) 2018. The population in this study is the entire population in Southeast Sulawesi Province in 2018, and the sample in this study is household members aged ?15 years who were successfully interviewed in the IBHR 2018. The data analysis in this research includes univariate analysis, bivariate analysis using chi-square test with weighting values, and multivariate analysis employing logistic regression with weighting values.
Results: Statistical tests showed that there was no relationship between ventilation (room, kitchen and family room), lighting (room, kitchen and family room), smoking habits and the habit of opening windows in rooms, kitchens and family rooms) and the incidence of pulmonary tuberculosis. However, statistical tests on confounding variables showed that there was a significant relationship between education, Body Mass Index (BMI) and history of Diabetes Melitus with the incidence of Pulmonary Tuberculosis. Multivariate analysis taking into account all covariate variables showed that the factor that most influenced the incidence of Pulmonary Tuberculosis was a history of Diabetes Melitus (OR: 12,53). Apart from that, education (OR: 4,7) and BMI (OR: 3,6) are also risk factors for the incidence of pulmonary tuberculosis.
Conclusion: Ventilation, lighting, smoking habits, and the habit of opening windows have no statistical relationship with the incidence of pulmonary tuberculosis based on sample analysis of data IBHR in Southeast Sulawesi Province in 2018. After adjusted with covariate variables, the factor that most influences the incidence of pulmonary tuberculosis is a history of diabetes melitus.
Kata Kunci : Tuberkulosis Paru, Riskesdas, Lingkungan fisik rumah, Perilaku, Sulawesi Tenggara