Diagnosis Konjungtivitis yang Disebabkan oleh Staphylococcus aureus pada Anjing di Wilayah Sleman

Habib Prasetyo Harjono, Prof. Dr. drh. Ida Tjahajati, MP.; Prof. Dr. Drh. Soedarmanto Indarjulianto

2025 | Tesis | S2 Sain Veteriner

Konjungtivitis pada anjing dapat disebabkan beberapa agen penyakit yang dapat menimbukan perubahan klinis dan gambaran darah. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan diagnosis konjungtivitis secara klinis dan laboratoris pada anjing yang disebabkan S. aureus di wilayah Sleman. Penelitian ini menggunakan 20 ekor anjing yang menunjukkan gejala klinis konjungtivitis bilateral seperti hiperemi, inflamasi, hiperlakrimasi, dan adanya eksudat. Semua anjing diperiksa kondisi matanya secara klinis serta diambil sampel darah (0,5 ml) dan swab matanya. Sampel darah diperiksa menggunakan hematology analyzer dan swab konjungtiva diinokulasi pada media kultur untuk isolasi dan identifikasi adanya S. aureus. Identifikasi fenotip dilakukan dengan metode konvensional dan diteguhkan secara genotip menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan target gen spesifik Staphylococcus sp. dan Staphylococcus aureus dalam gen 23S rRNA. Staphylococcus aureus selanjutnya diuji sensitivitas terhadap antibiotik gentamisin, chloramphenicol, amoxicillin, dan ciprofloxacin dengan metode kirby bauer. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa semua sampel anjing didiagnosis konjungtivitis berdasarkan gejala klinis. Hasil identifkasi bakteri secara fenotip dan genotip didapatkan 17/20 (85%) dari sampel adalah Staphylococcus sp., termasuk 7/17 (41,1%) sebagai S. aureus. Gejala klinis konjungtivitis yang disebabkan S. aureus adalah hiperemi, inflamasi pada konjungtiva, hiperlakrimasi, adanya eksudat pada mata, serta 2 sampel mengalami kerusakan pada mata. Isolat S. aureus pada penelitian ini sensitif terhadap amoxicillin, chloramphenicol, gentamisin, dan ciprofloxacin. Penelitian lanjutan ke tahap sekuensing untuk menentukan sub spesies S. aureus, dan clonal complex untuk mengetahui karakteristik sifat S. aureus serta PCR untuk mengetahui spesies Staphylococcus sp. lainnya yang menjadi agen penyebab konjungtivitis perlu dilakukan.

Conjunctivitis in dogs can be caused by various pathogens, leading to clinical changes and hematological alterations. This study aims to clinically and laboratory diagnose conjunctivitis in dogs caused by Staphylococcus aureus in the Sleman region. The study involved 20 dogs exhibiting clinical signs of bilateral conjunctivitis, including hyperemia, inflammation, excessive lacrimation, and ocular exudates. All dogs underwent a clinical eye examination, and samples of blood (0.5 ml) and conjunctival swabs were collected. Blood samples were analyzed using a hematology analyzer, while conjunctival swabs were inoculated onto culture media for the isolation and identification of S. aureus. Phenotypic identification was conducted using conventional methods and confirmed genotypically via Polymerase Chain Reaction (PCR), targeting specific genes for Staphylococcus sp. and S. aureus in the 23S rRNA gene. The S. aureus isolates were then tested for antibiotic susceptibility to gentamicin, chloramphenicol, amoxicillin, and ciprofloxacin using the Kirby-bauer disk diffusion method. The results revealed that all dogs were diagnosed with conjunctivitis based on clinical symptoms. Bacterial identification through phenotypic and genotypic methods revealed that 17 out of 20 samples (85%) were identified as Staphylococcus spp., including 7 out of 17 (41.1%) confirmed as S. aureus. The clinical signs of conjunctivitis caused by S. aureus included hyperemia, conjunctival inflammation, excessive lacrimation, ocular exudates, and ocular damage in two cases. The S. aureus isolates in this study were found to be sensitive to amoxicillin, chloramphenicol, gentamicin, and ciprofloxacin. Further studies involving sequencing to determine S. aureus subspecies, clonal complex analysis to characterize S. aureus traits, and PCR to identify other Staphylococcus species responsible for conjunctivitis are recommended.

Kata Kunci : Identifikasi fenotip, identifikasi genotip, konjungtivitis, Staphylococcus aureus.