Agen Bebas dan Cemas: Sebuah Proses Penyikapan Diri Remaja Gen Z (Studi Kasus Siswa SMA GEMILANG Wonosari, Gunungkidul)
Khairani Fitri Kananda, Dr. Realisa Darathea Masardi, M.A.
2025 | Tesis | S2 Antropologi
Topik seputar gen z belakangan menjadi
diskursus yang ramai diperbincangkan, sebagai wacana yang mempertegas jarak
antar generasi di tengah masyarakat. Generasi ini dianggap memiliki
karakteristik unik yang tidak ditemukan pada generasi sebelumnya. Media sosial
dipercaya menjadi faktor terbesar yang memengaruhi bagaimana generasi ini
berpikir dan bertindak, yang oleh generasi sebelumnya dianggap tidak ideal dan
tidak sesuai dengan norma masyarakat yang ada. Wonosari sebagai wilayah sub
urban di Kabupaten Gunungkidul, di satu sisi memperlihatkan kemajuan zaman
namun belum lepas dari nilai-nilai kelokalan. Penelitian ini dengan demikian
berupaya untuk melihat bagaimana remaja gen z Wonosari memandang diri serta
penyikapan yang terjadi di tengah kondisi sosial yang ada, dengan mengambil
fokus pada siswa di salah satu SMA prestisius di Wonosari. Dengan metode
penelitian etnografi selama 1,5 bulan, penelitian ini mencatat dan
mendiskusikan pandangan-pandangan gen z, memfasilitasi cerita subjektif mereka
untuk mendapatkan pemahaman tentang cara pandang dan idealisme gen z terhadap
kondisi sosial yang ada. Penelitian ini menggunakan kerangka berpikir Bourdieu
tentang agensi sosial untuk mempertajam analisis terhadap upaya agen membentuk
struktur (yang di sisi lain juga terbentuk oleh struktur). Dari sini kemudian
ditemukan bahwa praktik-praktik yang dilakukan gen z didorong oleh aspek-aspek
yang bekerja dalam tiga ranah: sekolah prestisius, relasi sebaya, dan keluarga.
Ketiga ranah ini saling bersinggungan, mendorong gen z menciptakan
praktik-praktik baru yang dipercaya lebih ideal dan realistis dalam konteks
sosial saat ini.
The topic of gen z has recently become a
widely discussed discourse, as a discourse that emphasizes the distance between
generations in society. This generation is considered to have unique
characteristics that are not found in previous generations. Social media is
believed to be the biggest factor influencing how this generation thinks and
acts, which previous generations considered not ideal and not in accordance
with existing societal norms. Wonosari as a sub-urban area in Gunungkidul
Regency, on the one hand shows the progress of the times but has not been
separated from local values. This research thus seeks to see how Wonosari's gen
z teenagers perceive themselves and the responses that occur in the midst of
existing social conditions, by focusing on students in one of the prestigious
high schools in Wonosari. Using ethnographic research methods for 1,5 months,
this study records and discusses gen z's views, facilitating their subjective
stories to gain an understanding of gen z's perspective and idealism towards
existing social conditions. This research uses Bourdieu's framework of social
agency to sharpen the analysis of the agent's efforts to shape the structure
(which on the other hand is also shaped by the structure). From this, it is
found that the practices of gen z are driven by aspects that work in three
domains: prestigious schools, peer relations, and family. These three domains
intersect, encouraging gen z to create new practices that are believed to be
more ideal and realistic in the current social context.
Kata Kunci : Gen Z, remaja, generasi, habitus