Pemberdayaan Pemuda dalam Pengelolaan Pariwisata di Desa Wisata Pancoh
Tiara Sukma, Dr. Mohamad Yusuf, M,A. ; Dr. Sri Rahayu Budiani, S.Si., M.Si.
2025 | Tesis | S2 Magister Kajian PariwisataRegenerasi menjadi salah satu persoalan yang paling sering ditemui ketika berbicara mengenai desa wisata. Permasalahan seringkali terjadi ketika desa wisata tidak memiliki generasi penerus yang akan melanjutkan kepengelolaan desa wisata. Permasalahan tersebut dialami salah satu desa wisata di Kabupaten Sleman, yaitu Desa Wisata Pancoh. Saat ini, beberapa pemuda yang juga merupakan pengelola desa wisata memilih untuk meninggalkan desa dan bekerja di luar negeri. Sementara itu, sebagian pemuda lainnya masih belum memiliki ketertarikan untuk terlibat dalam pengelolaan desa wisata. Hal ini dapat menjadi permasalahan yang serius, sebab apabila terus dibiarkan dikhawatirkan justru akan mengikis keberadan pemuda. Oleh karena itu, pemberdayaan pemuda dalam pengelolaan pariwisata merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis upaya pemberdayaan pemuda dalam pengelolaan pariwisata di Desa Wisata Pancoh serta faktor pendukung dan penghambat upaya pemberdayaan pemuda tersebut. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilakukan terhadap 12 informan yang terdiri dari pengelola senior Desa Wisata Pancoh, pemuda desa yang telah terlibat dan belum terlibat dalam pengelolaan pariwisata di Desa Wisata Pancoh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya pemberdayaan pemuda dalam pengelolaan pariwisata di Desa Wisata Pancoh telah dilakukan oleh para pengelola sesuai dengan tahapan yang terdapat dalam proses pemberdayaan, yaitu tahap penyadaran, pengkapasitasan, dan pendayaan. Adanya upaya dari pengelola untuk menyadarkan para pemuda mampu membangkitkan semangat pemuda untuk terlibat secara langsung dalam aktivitas wisata yang diselenggarakan. Meski belum semua memiliki kemauan untuk terlibat, namun para pengelola tetap berupaya untuk mendorong setiap pemuda agar dapat terlibat dalam kepengelolaannya. Dalam upaya meningkatkan kapasitas para pemuda, pengelola telah berupaya menyelenggarakan maupun mengikutsertakan pemuda dalam berbagai pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan di wisata. Selain itu, untuk mengoptimalkan pengelolaan desa wisata, para pengelola telah berupaya melibatkan pemuda sebagai pengelola inti desa wisata. Adapun yang menjadi faktor internal sebagai pendukung upaya pemberdayaan, yaitu kesadaran pemuda sebagai generasi penerus serta adanya semangat dalam diri pemuda untuk menambah pengalaman dan relasi. Selain itu, adapun faktor eksternal sebagai pendukung upaya pemberdayaan, yaitu rasa kepercayaan, dukungan yang kuat, mudahnya akses pelatihan, serta semangat yang gigih. Sementara itu, adapun yang menjadi faktor internal sebagai penghambat upaya pemberdayaan pemuda, yaitu belum semua pemuda memiliki ketertarikan untuk terlibat serta masih rendahnya semangat dan rasa tanggung jawab dalam diri pemuda. Adapun faktor eksternal sebagai penghambat upaya pemberdayaan yaitu kondisi ekonomi lokal yang tidak menentu.
Regeneration has become one of the most common problems encountered issues when discussing about tourist villages. Problems often occur when a tourist village does not have next generation who will continue the management of the tourist village. This problem is experienced by one of the tourist villages in Sleman Regency, namely Pancoh Tourism Village. Currently, several young people who are also managers of the tourism village choose to leave the village and work abroad. Meanwhile, some other young people still do not have an interest in getting involved in the management of the tourist village. This can become a serious problem, because if it continues to be left gradually, it is feared that it will erode the presence of the youth. Therefore, empowering youth in tourism management is an important. This study aims to analyze the efforts of youth empowerment in tourism management in Pancoh Tourism Village, as well as the supporting and inhibiting factors of these youth empowerment efforts. This research design is descriptive using a qualitative approach. Data collection was conducted through observation, interviews, and documentation. Interviews were conducted with 12 informants consisting of senior managers of Pancoh Tourism Village, village youth who have been involved and those who have not been involved in the management of tourism in Pancoh Tourism Village.
Kata Kunci : desa wisata, Pancoh, pemberdayaan pemuda, pengelolaan pariwisata