ANALISIS KEBERLANJUTAN SOSIAL MELALUI SOCIAL LIFE CYCLE ASSESSMENT (S-LCA) PADA EARLY-STAGE PROJECT SMELTER NIKEL: STUDI KASUS PT BUMI MINERAL SULAWESI (BMS)

Prima Agung Palupi, Novi Paramita Dewi, S.IP., MDP., Ph.D.

2024 | Tesis | S2 Administrasi Publik

Hilirisasi Nikel mendorong tumbuhnya smelter di Pulau Sulawesi, salah satunya PT Bumi Mineral Sulawesi (PT BMS). Kesejahteraan masyarakat adalah semangat utama hadirnya industri tersebut, namun kegiatan ekstraktif (pengolahan sumber daya alam) dapat  mengganggu keseimbangan bagi keberlanjutan hidup masyarakat. Aspek Sosial dalam keberlanjutan mendapat perhatian sedikit dibandingkan aspek ekonomi dan lingkungan baik secara empiris maupun teoritis khususnya dalam kegiatan ekstraktif.  Adanya kesenjangan tersebut melatar belakangi penelitian ini. 

Keberlanjutan Sosial merupakan proses untuk menjaga keseimbangan kualitas hidup dan dapat dilihat melalui 4 (empat) dimensi yaitu Jaminan Sosial (Social Security), Pemberdayaan Sosial (Social Empowerment), Inklusi Sosial (Social Inclusion) dan Kohesi (Social Cohesion), dimana masing-masing dimensi tersebut memiliki  relevansi terhadap indikator setiap kategori potensi dampak pada Social Life Cycle Assessment (S-LCA) yang merupakan alat evaluasi untuk memahami potensi dampak sosial dan negatif dalam proses atau siklus produksi industri yang dapat mengganggu keseimbangan sosial.

Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan smelter PT BMS belum mencerminkan keberlanjutan sosial khususnya pada “Dimensi Jaminan Sosial”. Hal ini dikarenakan indikator pada kategori potensi dampak ”Kondisi Kehidupan yang Aman dan Sehat” bagi komunitas lokal dan ”Kesehatan dan Keselamatan” bagi pekerja dinilai berpotensi sangat negatif dan sejauh ini PT BMS belum melakukan kebijakan yang proaktif. Adanya ancaman nyata polusi udara PM 2.5, diskriminasi dalam rekrutmen yang akan memicu konflik, ancaman kerusakan mata pencaharian loka dan adanya potensi eksploitasi terhadap pekerja anak menunjukkan bahwa kegiatan smelter PT BMS belum mencerminkan Keberlanjutan Sosial. 

Nickel downstreaming drives the growth of smelters on Sulawesi, one such industry is PT Bumi Mineral Sulawesi (PT BMS). Community welfare is the main spirit , but extractive activities can disturb the balance for the sustainability of the community. Social aspects in sustainability receive less attention than economic and environmental aspects both empirically and theoretically, especially in extractive activities.  The existence of this gap is the background of this research. 

Social Sustainability is a process to maintain the balance of quality of life and can be seen through 4 (four) dimensions, namely Social Security, Social Empowerment, Social Inclusion and Social Cohesion, where each dimension has relevance to the indicators of each potential impact category in Social Life Cycle Assessment (S-LCA) which is an evaluation tool to understand the potential social and negative impacts in the industrial production process or cycle that can disrupt social balance.

The findings in this study show that PT BMS smelter activities do not reflect social sustainability, especially in the ‘Social Security Dimension’. Because indicators in the potential impact categories ‘Safe and Healthy Living Conditions’ for local communities and ‘Health and Safety’ for workers are considered potentially very negative and so far PT BMS has not carried out proactive policies. The real threat of PM 2.5 air pollution, discrimination in recruitment that will trigger conflict, the threat of damage to local livelihoods and the potential exploitation of child labourers show that PT BMS smelter activities do not yet reflect Social Sustainability. 

Kata Kunci : Social Sustainability, Nickel Downstream, Potential Social Impacts