Laporkan Masalah

Kajian Spasial Perubahan Penggunaan Lahan di Kawasan Wisata Pantai Gunungkidul Berbasis Citra Penginderaan Jauh (Studi Kasus: Kecamatan Panggang, Saptosari, Tanjungsari, dan Tepus)

RAKA PRANADIPTA, Dr. Bowo Susilo, S.Si., M.T. ; Dr. Prima Widayani, S.Si., M.Si.

2025 | Tesis | S2 Penginderaan Jauh

Perubahan lahan menjadi isu paling mengemuka di banyak wilayah akibat pemanfaatan ruang untuk kepentingan tertentu, di antaranya untuk pengembangan wisata. Sebagai salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kabupaten Gunungkidul tidak terlepas dari kepentingan ini. Bagian terluas dari Kabupaten Gunungkidul yang membentang di bagian paling selatan dikenal sebagai karst Gunungsewu. Kelebihan wilayah ini dibandingkan bagian wilayah Gunungkidul lainnya adalah terdapatnya deretan tebing karang dan teluk yang kemudian menjadi andalan bagi kepariwisataan daerah. Dengan potensi pantai yang dimilikinya, wilayah karst Gunungsewu menjadi wilayah yang paling besar dan paling cepat perubahan lahannya. Alih fungsi lahan yang disertai pengubahan morfologi dan tata guna lahan, seperti pemangkasan bukit-bukit karst, pengurukan lembah-lembah, dan perataan lahan dipicu oleh peningkatan kebutuhan lahan bagi pengembangan wisata pantai. Penelitian ini bertujuan menganalisis pola perubahan lahan tersebut melalui metode penginderaan jauh multitemporal dengan analisis visual secara deskriptif kualitatif terhadap citra Sentinel-2. Empat kecamatan dipilih sebagai studi kasus, meliputi Kecamatan Panggang, Saptosari, Tanjungsari, dan Tepus. Klaster-klaster area sebagai unit analisis ditentukan berdasar variabel jarak (jarak antar pantai dan jarak setiap pantai ke rute JJLS) dan morfologi pantai. Selanjutnya, pola perubahan penggunaan lahan pada setiap klaster area dianalisis secara spatio-temporal menggunakan kriteria rona, bentuk, ukuran, situs/lokasi/asosiasi objek pada data penginderaan jauh tahun 2017 dan 2024. Hasil analisis menunjukkan bahwa semakin rapat sebaran pantai dan semakin dekat jarak pantai ke rute JJLS, perubahan penggunaan lahan pada klaster area bersangkutan semakin masif dan berpola mengelompok. Sementara klaster area dengan kondisi sebaliknya mengalami perubahan penggunaan lahan dengan pola sporadis atau linier. Persepsi masyarakat atas perubahan penggunaan lahan yang terjadi di wilayah penelitian dianalisis dan disintesiskan menjadi fase-fase perkembangan wisata pantai di wilayah penelitian.

Land transformation has become a prominent issue in many regions due to the utilization of space for certain interests, including tourism development. As one of the regencies in the Special Region of Yogyakarta (DIY), Gunungkidul Regency is inseparable from this interest. The largest part of Gunungkidul Regency, which stretches in the southernmost part, is known as the Gunungsewu karst. The advantage of this area compared to other parts of Gunungkidul is the existence of a series of coral cliffs and bays that have become the mainstay of regional tourism. With its beach potential, the Gunungsewu karst area is the largest and most rapidly changing land area. Land conversion accompanied by changes in morphology and land use, such as trimming karst hills, filling in valleys, and land leveling are triggered by the increasing demand for land for beach tourism development. This research aims to analyze the pattern of land transformation through a multitemporal remote sensing method with descriptive qualitative visual analysis of Sentinel-2 imagery. Four sub-districts were selected as case studies, including Panggang, Saptosari, Tanjungsari and Tepus. Clusters of areas as units of analysis were determined based on distance variables (distance between beaches and distance of each beach to the JJLS route) and beach morphology. Furthermore, the pattern of land use changes in each cluster area was analyzed spatio-temporally using the criteria of hue, shape, size, site/location/object association on remote sensing data in 2017 and 2024. The results of the analysis showed that the denser the distribution of beaches and the closer the distance of the beach to the JJLS route, the more massive and clustered the land use change in the cluster area. Meanwhile, cluster areas with the opposite condition experience land use change with sporadic or linear patterns. Community perceptions of land use changes that occurred in the research area were analyzed and synthesized into phases of beach tourism development in the research area.

Kata Kunci : Wisata pantai, Klaster area pantai, Pola perubahan penggunaan lahan, JJLS, Penginderaan jauh

  1. S2-2025-465567-abstract.pdf  
  2. S2-2025-465567-bibliography.pdf  
  3. S2-2025-465567-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2025-465567-title.pdf