Potensi Strategi Alternatif Penyelesaian Kasus DS592 di WTO dan Implikasinya Bagi Ekspor Nikel di Indonesia
Salsabilla Dinda Listyaningrum, Prof. M. Hawin, S.H., LL.M., Ph.D
2025 | Skripsi | ILMU HUKUM
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi strategi
dan forum alternatif dalam menyelesaikan sengketa DS592 antara Indonesia dan
Uni Eropa di WTO mengenai kebijakan larangan ekspor bijih
nikel kadar rendah di Indonesia yang sedang dalam tahap penundaan perkara Badan
Banding WTO. Penelitian ini mempertimbangkan solusi penyelesaian yang dapat
dilakukan oleh Indonesia walaupun sebagai pihak yang kalah dalam sengketa kasus
DS592, sesuai dengan kerangka hukum WTO. Analisis forum alternatif tersebut
mencakup opsi-opsi seperti penyelesaian melalui arbitrase ad hoc di bawah Pasal
25 DSU, mekanisme Multi-Party Interim
Arbitration (MPIA), solusi
yang disepakati bersama
atau Mutually Agreed Solutions (MAS),
dan negosiasi kompensasi yang diatur dalam Pasal 22.2 DSU. Selain menganalisis
kemungkinan penyelesaian melalui mekanisme-mekanisme tersebut, penelitian ini
juga mengulas pertimbangan cost and
benefit didukung dengan kajian pustaka dan situasi nyata yang sedang dikaji
atau diupayakan oleh pemerintah Indonesia dengan instansi pemerintahan terkait
agar sengketa ini dapat diselesaikan sembari memberikan keuntungan yang
disepakati (win-win solution) bagi
para pihak yang terlibat serta dampaknya bagi ekspor nikel di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis-normatif yang dilengkapi dengan data hasil
wawancara. Data penelitian terdiri dari dua jenis utama: pertama, data primer
yang diperoleh melalui wawancara langsung dan pengamatan lapangan; kedua, data
sekunder yang dikumpulkan melalui studi literatur terkait. Data yang terkumpul
kemudian disusun secara sistematis dengan pendekatan deskriptif dan dianalisis
menggunakan metode kualitatif untuk menghasilkan pemahaman yang komprehensif.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa strategi adaptif dalam
penyelesaian sengketa DS592 di WTO yang berdampak pada kebijakan hilirisasi nikel dan ekspor
Indonesia memiliki sebuah urgensi,
karena tidak hanya mempengaruhi hubungan
diplomatis antarnegara,
tetapi juga mempengaruhi transaksi perdagangan nikel di Indonesia dalam skala
global. Dengan keterbatasan mekanisme formal WTO, alternatif seperti arbitrase ad hoc, MPIA, MAS,
dan negosiasi kompensasi dengan masing-masing pertimbangan implementasinya
untuk dilaksanakan oleh Indonesia dapat
menjadi solusi fleksibel untuk menjaga stabilitas kebijakan hilirisasi nikel dan lalu lintas perdagangan dalam
sektor ini. Diplomasi dagang dan kemitraan strategis dengan perusahaan asing
berteknologi tinggi dapat
mendukung inovasi dan daya saing global, sekaligus meredakan ketegangan perdagangan dengan Uni Eropa. Pendekatan negosiasi yang konstruktif, melibatkan pemangku kepentingan
domestik dan internasional, menjadi kunci untuk mencapai solusi yang saling
menguntungkan tanpa mengorbankan kepentingan strategis Indonesia. Dengan
strategi yang inovatif dan konsisten, Indonesia dapat mempertahankan kebijakan
hilirisasi, memperkuat posisi di pasar global, dan mendukung keberlanjutan
ekonomi nasional.
This study aims to examine
potential alternative strategies and forums for resolving the DS592 dispute between Indonesia and the European
Union at the WTO regarding Indonesia's low- grade nickel ore export ban policy, which is
currently in the appellate body suspension phase. The study considers potential
resolution solutions available to Indonesia, even as the losing party in the DS592 dispute,
in accordance with the WTO legal framework. The analysis of alternative forums includes options
such as ad hoc arbitration under Article 25 of the DSU,
the Multi-Party Interim
Arbitration (MPIA) mechanism, Mutually Agreed Solutions (MAS), and
compensation negotiations as stipulated in Article 22.2 of the DSU. In addition
to exploring possible resolutions through these mechanisms, the study also
reviews the cost- benefit considerations supported by literature review and
real-time assessments conducted by the Indonesian government and related
agencies to ensure
the dispute is resolved while achieving
a mutually beneficial solution (win-win solution) for all parties involved and
its impact on Indonesia's nickel exports.
This research employs a juridical-normative
approach, complemented by interview data. The research data consists of two
primary types: first, primary data obtained through direct interviews and field
observations; second, secondary data collected through relevant literature
studies. The collected data is systematically compiled using a descriptive
approach and analyzed qualitatively to provide a comprehensive understanding.
The study concludes that an adaptive strategy in resolving the DS592 dispute at the WTO, which impacts Indonesia's nickel downstream policy and exports, is of utmost urgency, as it affects not only diplomatic relations between countries but also Indonesia's nickel trade transactions on a global scale. Given the limitations of WTO's formal mechanisms, alternatives such as ad hoc arbitration, MPIA, MAS, and compensation negotiations, with their respective implementation considerations, could serve as flexible solutions to maintain the stability of Indonesia's nickel downstream policies and trade flows in this sector. Trade diplomacy and strategic partnerships with high-tech foreign companies can support innovation and global competitiveness while easing trade tensions with the European Union. A constructive negotiation approach involving both domestic and international stakeholders is key to achieving mutually beneficial solutions without compromising Indonesia's strategic interests. With innovative and consistent strategies, Indonesia can uphold its downstream policies, strengthen its position in the global market, and support national economic sustainability.
Kata Kunci : WTO, DS592, DSU, Arbitrase ad hoc, MPIA, MAS, Negosiasi Kompensasi, Ekspor, Nikel/WTO, DS592, DSU, Ad hoc arbitration, MPIA, MAS, Compensation Negotiation, Export, Nickel