Kerentanan Air Tanah terhadap Intrusi Air Laut dengan Menggunakan Metode GALDIT di Sekitar Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan
IQBAL FUADY AHMAD LATHIF, Prof. Dr.Eng. Ir. Wahyu Wilopo ST, M.Eng., IPM.;Ir. Esti Handini, S.T., M.Eng., D.Sc., IPM.
2025 | Skripsi | TEKNIK GEOLOGI
Kota Makassar yang berkembang pesat banyak menghadapi
tantangan pemenuhan kebutuhan air bersih, terutama dari air tanah yang secara
kualitas lebih baik. Di wilayah pesisir, pemanfaatan air tanah yang berlebihan dapat
memicu intrusi air laut, yang menyebabkan penurunan kualitas air tanah di
beberapa daerah di Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan metode GALDIT yang
dimodifikasi dengan menambahkan parameter kepadatan penduduk untuk menilai
kerentanan air tanah terhadap intrusi air laut. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa wilayah pesisir Makassar memiliki dua tipe akuifer, yaitu akuifer bebas
pada bagian atas yang tersusun dari pasir dan pasir lempungan, serta akuifer
semi tertekan di bagian bawah yang tersusun dari batupasir, batupasir
lempungan, dan batupasir tufan. Aliran air tanah bergerak dari daerah tinggian
di tenggara menuju barat laut, dengan daerah pembuangan di laut Selat Makassar.
Terdapat tiga zona kerentanan air tanah: tinggi, sedang, dan rendah. Zona
kerentanan tinggi ditemukan di Kecamatan Mariso, Wajo, dan Tallo, yang
dipengaruhi oleh genangan air laut akibat reklamasi pantai dan interaksi suplai
air sungai dengan air tanah di daerah muara. Analisis menunjukkan bahwa
kepadatan penduduk adalah parameter paling signifikan dalam menentukan
kerentanan, diikuti oleh muka air tanah, jarak dari garis pantai, konduktivitas
hidraulika, tebal akuifer, tipe akuifer, dan dampak status intrusi.
The rapidly developing city of Makassar faces
challenges in meeting the demand for clean water, primarily sourced from
groundwater, which is of better quality. In coastal areas, excessive groundwater utilization has triggered
seawater intrusion, leading to a decline in groundwater quality in several
locations. This study employs the GALDIT method, modified by
adding a population density parameter, to assess groundwater vulnerability to
seawater intrusion. The findings reveal that the
coastal areas of Makassar comprise two types of aquifers: an unconfined aquifer
in the upper layer composed of sand and sandy clay, and a semi-confined aquifer
in the lower layer composed of sandstone, clayey sandstone, and tuffaceous
sandstone. Groundwater flow moves from the southeastern highlands toward the
northwest, discharging into the Makassar Strait. Three groundwater
vulnerability zones were identified: high, medium, and low. The high
vulnerability zones are located in Mariso, Wajo, and Tallo sub-districts,
influenced by seawater pooling caused by coastal reclamation and the
interaction of river water supply with groundwater in estuarine areas. The
analysis indicates that population density is the most significant parameter in
determining vulnerability, followed by groundwater table, distance from the
coastline, hydraulic conductivity, aquifer thickness, aquifer type, and the
impact of seawater intrusion status.
Kata Kunci : Kota Makassar, Air Tanah, Intrusi Air Laut, Metode GALDIT