Aplikasi SIG Untuk Pemetaan Kawasan Resiko Bencana Banjir Lahar di Kabupaten Lumajang Tahun 2023
FADHIL RIZQ FAUZAN, Ir. Waljiyanto, M.Sc.
2025 | Tugas Akhir | D4 TEKNOLOGI SURVEI DAN PEMETAAN DASAR
Gunung berapi
merupakan fenomena alam yang dapat memicu berbagai bencana, seperti gempa
vulkanik, aliran lava, dan banjir lahar. BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Lumajang mencatat, sejak 1895 – 2023 terdapat 30 kejadian banjir lahar.
Hal itu menjadi peringatan adanya upaya mitigasi bencana agar tidak terjadi
korban jiwa maupun kerugian di masa mendatang. Pembuatan peta risiko
adalah salah satu dari upaya mitigasi bencana banjir lahar. Pembuatan peta
risiko menghasilkan area yang memiliki risiko bencana rendah, sedang, dan
tinggi. Proyek akhir ini memiliki tujuan untuk menyajikan lokasi desa dengan
tingkat risiko sekaligus potensi jiwa terpapar, kerugian fisik, ekonomi, dan
lingkungan yang terdampak banjir lahar di Kabupaten Lumajang.
Pembuatan peta risiko
bencana banjir lahar di Kabupaten Lumajang diawali dengan pengumpulan data dari
berbagai sumber dan diolah menggunakan software
ArcMap 10.8.2. Data yang diperlukan dalam penyusunan peta risiko bencana
ini meliputi data Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Semeru, DEMNAS, data history banjir lahar, batas administrasi
desa, data InaRISKpop, data jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin, umur
renta, disabilitas, dan kemiskinan, data PDRB (Produk Domestik Regional
Bruto), data sebaran sekolah, data sebaran rumah sakit, data sebaran
puskesmas, data penutupan lahan, data daerah kawasan hutan, data kapasitas.
Peta risiko bencana tersusun dari parameter bahaya, kerentanan, dan kapasitas.
Proses pengolahan peta risiko menggunakan metode dasymetric sesuai dengan Peraturan Kepala Badan
Penanggulangan Bencana Nasional Nomor 02 Tahun 2012 tentang Pendoman Umum
Pengkajian Risiko Bencana.
Hasil proyek akhir menunjukkan total
area terdampak risiko banjir lahar di Kabupaten Lumajang seluas 16.115,58 ha,
terdiri atas risiko rendah (2.202,03 ha atau 13,6%), sedang (14.021,19 ha atau
87%), dan tinggi (0,09 ha di Desa Condro). Mayoritas wilayah memiliki bahaya
sedang, dengan luas terbesar di Desa Pronojiwo (2.213,06 ha) dan Pasrujambe
(2.045,54 ha), sementara bahaya tinggi terdapat di Desa Bago (133,07 ha) dan
sekitarnya. Kerentanan dominan pada kategori sedang (11.949,1 ha), terbesar di
Desa Supiturang (1.536,12 ha). Kapasitas wilayah bernilai 0,54 (kategori
sedang). Sebanyak 57.854 jiwa terdampak, dengan potensi kerugian fisik Rp48,7
miliar, kerugian ekonomi Rp251,5 miliar, dan kerusakan lingkungan 1.862 ha.
Volcanoes
are natural phenomena that can trigger various disasters, such as volcanic
earthquakes, lava flows, and lahar floods. The Lumajang Regional Disaster
Management Agency (BPBD) recorded 30 lahar flood incidents from 1895 to 2023.
This should serve as a warning to implement disaster mitigation efforts to
prevent casualties and losses in the future. Risk mapping is one of the efforts
to mitigate lahar flood disasters. Risk mapping can identify areas with low,
medium, and high disaster risk levels. This final project aims to present the
location of villages based on their risk levels, as well as the potential
exposure of populations, physical damages, economic losses, and environmental
impacts caused by lahar floods in Lumajang Regency.
The
development of the lahar flood disaster risk map in Lumajang Regency began with
data collection from various sources, which were processed using ArcMap 10.8.2
software. The data required for creating this disaster risk map included the
Hazard-Prone Areas (KRB) of Mount Semeru, DEMNAS, lahar flood history data,
village administrative boundaries, InaRISKpop data, population data categorized
by gender, age, disabilities, and poverty levels, Gross Regional Domestic
Product (PDRB) data, school distribution data, hospital distribution data,
health center distribution data, land cover data, forest area data, and
capacity data. The disaster risk map was composed of hazard, vulnerability, and
capacity parameters. The risk map processing utilized the dasymetric method in accordance with
the Indonesian National Disaster Management Agency Regulation No. 02 of 2012 on
General Guidelines for Disaster Risk Assessment.
The
final project results indicate that the total area affected by lahar flood risk
in Lumajang Regency covers 16,115.58 hectares, consisting of low risk (2,202.03
ha or 13.6%), medium risk (14,021.19 ha or 87%), and high risk (0.09 ha in
Condro Village). Most areas fall under medium hazard, with the largest coverage
in Pronojiwo Village (2,213.06 ha) and Pasrujambe Village (2,045.54 ha), while
high-hazard areas are found in Bago Village (133.07 ha) and its surroundings.
Vulnerability is predominantly in the medium category (11,949.1 ha), with the
largest area in Supiturang Village (1,536.12 ha). The region's capacity index
is 0.54 (medium category).A total of 57,854 people are affected, with potential
physical losses of IDR 48.7 billion, economic losses of IDR 251.5 billion, and
environmental damage covering 1,862 hectares.
Kata Kunci : Kabupaten Lumajang, Banjir Lahar, Risiko Bencana, Peta Risiko, Mitigasi Bencana, Dasymetric.