Analisis Nilai Laju dan Arah Pergeseran Titik-titik Pantau GNSS Campaign Sesar Opak Tahun 2020 s.d. 2023 dengan Metode Precise Point Positioning
NOVIANA FIRDHA DEVIRA RAMADHANTI, Dr. Ir. Dwi Lestari, S.T., M.E., IPM.
2025 | Skripsi | TEKNIK GEODESI
Sesar Opak merupakan
salah satu sesar aktif di wilayah Yogyakarta. Interaksi Lempeng Eurasia dengan
Indo-Australia menghasilkan zona subduksi di sekitar Sungai Opak dan membuat
Yogyakarta sebagai wilayah dengan tingkat kerawanan gempa cukup tinggi.
Pemantauan aktivitas lempeng di sekitar Sesar Opak telah dilakukan oleh Tim
Lab. Geodesi Geometri dan Geodesi Fisis (GGGF) departemen Teknik Geodesi, FT
UGM secara periodik menggunakan teknologi GNSS sejak 2013. Pengamatan
pergerakan lempeng sudah banyak dilakukan, di antaranya menggunakan metode
jaring dan absolut. Metode jaring dianggap lebih akurat apabila dibandingkan
metode lain, tetapi memerlukan biaya pengamatan yang cukup tinggi. Metode
jaring memerlukan lebih dari satu receiver dan
pengolahan datanya memiliki keterikatan antar titik, sehingga membuat metode
tersebut menjadi tidak efisien waktu. Sebaliknya, metode absolut PPP mampu
menekan biaya karena hanya memerlukan satu receiver. Penelitian
metode jaring sudah banyak dikembangkan, salah satunya menggunakan
perangkat lunak GAMIT/GLOBK. Perangkat lunak ini mampu menyajikan hasil lebih
akurat karena parameter yang diberikan lebih kompleks, namun kurang dalam
efisiensi waktu pengolahan. Saat ini pengolahan data GNSS metode PPP banyak
dikembangkan, seperti perangkat lunak PRIDE PPP-AR yang sangat relevan karena
mampu memberikan hasil estimasi posisi dengan ketelitian yang cukup baik dan
lebih efisien waktu maupun biaya. Estimasi posisi kemudian digunakan untuk
analisis lebih lanjut dalam perhitungan laju pergeseran titik pantau yang
kemudian hasilnya dikomparasikan dengan metode jaring menggunakan GAMIT/GLOBK.
Penelitian ini juga dapat digunakan untuk analisis pemantauan pergeseran Sesar
Opak.
Penelitian
terkait dinamika di sekitar Sesar Opak telah dilakukan pada segmen utara
sebanyak enam titik. Untuk melengkapi analisis, diperlukan penelitian lebih
lanjut dengan menganalisis enam titik lain pada segmen timur. Penelitian ini
menggunakan data pengamatan GNSS campaign di sekitar Sesar
Opak pada 12 stasiun pantau pada rentang waktu 2020 s.d. 2023. Pengolahan data
dilakukan menggunakan metode PPP dengan perangkat lunak PRIDE PPP-AR. Hasil
pengolahan berupa nilai posisi yang mengacu pada referensi ITRF2014 beserta
nilai ketelitiannya. Analisis laju pergeseran kemudian dilakukan berdasarkan
posisi antar epoch dengan memperhitungkan pengaruh laju pergerakan Blok Sunda.
Arah pergeseran titik pantau dapat dianalisis dengan perhitungan nilai azimuth berdasarkan
data laju pergeseran. Hasil pengolahan posisi dan laju pergeseran menggunakan
PPP kemudian dikomparasikan berdasarkan hasil pengolahan dengan metode jaring
menggunakan GAMIT/GLOBK.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 12 titik pantau memiliki nilai posisi dengan ketelitian komponen X, Y, dan Z berturut turut pada rentang 0,29 s.d. 5,77 mm; 0,63 s.d. 10,71 mm; dan 0,17 s.d. 2,81 mm. Nilai tersebut didominasi fraksi milimeter, kecuali pada titik OPK3 komponen Y yang memiliki ketelitian hingga sentimeter. Nilai laju pergeseran yang dihasilkan sebesar -22,52 s.d. 6,54 mm/tahun untuk komponen EW dan -3,50 s.d. 31,22 mm/tahun untuk komponen NS. Arah pergeseran titik pantau sebelum direduksi Blok Sunda cenderung mengarah ke timur, sedangkan setelah direduksi memiliki arah yang beragam. Hasil uji signifikansi beda dua parameter untuk posisi titik pantau menunjukkan bahwa hasil pengolahan dengan metode PPP berbeda signifikan bila dibandingkan dengan GAMIT/GLOBK, sedangkan untuk laju pergeseran tidak berbeda secara signifikan. Selain itu, terdapat dua dari enam titik yang berbeda arah pergeserannya.
The Opak
Fault is one of the active faults located in Yogyakarta. The interaction between
the Eurasian Plate and the Indo-Australian Plate creates a subduction zone
around the Opak River, causing Yogyakarta high earthquake vulnerability area. Since
2013, Geometrical and Physical Geodesy Laboratory member of the Geodetic
Engineering Department UGM has been periodically monitoring plate activity
around the Opak Fault using GNSS. Plate movement analysis has been conducted
using differential and absolute methods. The differential method is considered
more accurate than other methods, but requires high observation costs.
Observations using the differential method require more than one receiver and interconnected
data processing, making the method time-inefficient. On the other hand, the
absolute PPP method is more cost-effective because it only requires one
receiver. Research using the differential method has
often utilized software like GAMIT/GLOBK. This software can
present more accurate results because the parameters given are more complex, but
is less efficient in processing time. Currently, GNSS data processing using the
PPP method has been developed quite a
bit, such as open-source PRIDE PPP-AR software. This software is more relevant
because it provides highly accurate position estimates while being more time
and cost-efficient. These position estimates can be used for further analysis,
such as determining monitoring point displacement rates and comparing them with
the differential methods results processed with GAMIT/GLOBK. The result of this
research can also be used for monitoring and analysing the displacement rate of
the Opak Fault.
Research
on the dynamics around the Opak Fault has
been conducted on six points in the northern segment. Additional
study at six other points on the eastern segment was conducted to improve the
analysis. This research uses GNSS campaign observation data around the Opak
Fault at 12 monitoring stations from 2020 to 2023. The data was processed
using
the PPP method with PRIDE PPP-AR software, producing position values referenced
to the ITRF2014 and its accuracy value. The displacement rates analysis were
calculated based on the inter-epoch positions by
considering the influence of the Sunda Block movement speed. The direction of
the monitoring point displacement was analyzed by
calculating the azimuth value based on the displacement rate data. The PPP-based
results were compared with the differential method using GAMIT/GLOBK.
The estimation
of monitoring points positions in this study gave an accuracy level for the X,
Y, and Z components ranging from 0.29 to 5.77 mm; 0.63 to 10.71 mm; and 0.17 to
2.81 mm respectively. Almost all points have millimetre accuracy, except for
point OPK3 in the Y component, which reaches centimetre-level accuracy. The displacement
rates are -22.52 to 6.54 mm/year for the EW component and -3.50 to 31.22
mm/year for the NS component. Before the Sunda Block reduction, the
displacement directions mostly pointed eastward, while after the reduction, the
directions varied. The results of the significance test of the position
estimation using the PPP method showed significant differences when compared to
GAMIT/GLOBK, but the displacement rates were not significantly different.
Moreover, two out of the six points have different shift directions.
Kata Kunci : Sesar Opak, GNSS, Precise Point Positioning, Posisi, Laju Pergeseran