Hubungan antara Tingkat Kesadaran (GCS) dan Lama Rawat Pasien Perdarahan Intraserebral Spontan dengan Terapi Konservatif di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Denays Violina Oktivani, dr. Mawaddah Ar Rochmah, Ph.D., Sp.N; dr Dhite Bayu Nugroho, M.Sc., Ph.D
2025 | Skripsi | PENDIDIKAN DOKTER
Latar Belakang: Stroke merupakan salah satu penyakit tidak menular yang insidensinya mengalami peningkatan sejak tahun 2000 hingga menjadi penyebab kematian nomor dua di dunia pada tahun 2019. Di Indonesia, stroke juga mengalami peningkatan prevalensi sejak 2013 hingga 2018 dan Yogyakarta menjadi provinsi kedua yang memiliki tingkat prevalensi tertinggi. Perdarahan intraserebral spontan (PIS) merupakan salah satu jenis stroke yang paling banyak terjadi setelah stroke iskemik, serta memiliki tingkat keparahan dan disabilitas lebih tinggi. PIS dapat menyebabkan defisit neurologis global maupun lokal, seperti penurunan kesadaran. Salah satu modalitas yang digunakan untuk menilai defisit neurologis pasien adalah Glasgow Coma Scale (GCS). Selain itu, GCS juga dapat menilai prognosis serta mempengaruhi lama rawat dan pemilihan terapi pasien. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa GCS dapat mempengaruhi lama rawat pasien cedera kepala. Namun, penelitian mengenai hubungan GCS dan lama rawat pasien PIS, khususnya dengan terapi konservatif, masih terbatas.
Tujuan: Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui hubungan antara GCS dan lama rawat pasien PIS dengan terapi konservatif di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain kohort retrospektif. Data yang digunakan pada penelitian adalah data sekunder yang berasal Registri Stroke Departemen Neurologi RSUP Dr. Sardjito mulai dari Januari 2020 hingga Desember 2022.
Hasil: Terdapat 125 pasien PIS yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian ini. Berdasarkan tingkat kesadaran, terdapat 79 pasien (63,2%) dengan GCS ringan (13- 15), 23 pasien (18,4%) dengan GCS sedang (9-12), dan 23 pasien (18,4%) dengan GCS berat (3-8). Apabila dilihat dari lama rawatnya, mayoritas pasien memiliki lama rawat lebih dari 10 hari, yaitu sebanyak 65 pasien (52%). Selain itu, sebagian besar pasien, yaitu 106 pasien (84,8%) memiliki ketergantungan berat dengan skor indeks barthel 0-50. Berdasarkan hubunganya, GCS tidak memiliki hubungan signifikan dengan lama rawat dengan p-value > 0,05 (0,187), sedangkan indeks barthel memiliki hubungan yang signifikan secara statistik dengan lama rawat dengan p-value ? 0,05 (0,047). Akan tetapi, setelah melakukan kontrol variabel perancu pada analisis regresi logistik, diketahui bahwa GCS dan lama rawat pasien PIS dengan terapi konservatif memiliki hubungan yang signifikan secara statistik dengan p-value 0,022. Lebih lanjut, pasien dengan GCS ringan berisiko 6,62 kali lebih tinggi dirawat >10 hari dibandingkan pasien GCS berat.
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kesadaran (GCS) dan lama rawat pasien PIS dengan terapi konservatif di RSUP Dr. Sardjito.
Background: Stroke is a non-communicable disease which incidence has increased since 2000, becoming the second leading cause of death worldwide by 2019. In Indonesia, the prevalence of stroke has also risen from 2013 to 2018, with Yogyakarta being the second province with the highest prevalence rate. Spontaneous intracerebral hemorrhage (sICH), a common type of stroke second to ischemic stroke, is associated with higher severity and disability levels. ICH can cause global or local neurological deficits, such as decreased consciousness. The Glasgow Coma Scale (GCS) is a tool used to assess neurological deficits and evaluate prognosis. GCS can also influence the patient's length of stay and choice of therapy. Previous study showed that GCS can influence the length of stay for patients with head injury. However, research regarding the relationship between GCS and length of stay in ICH patients, especially with conservative therapy, is still limited.
Objective: The study aims to determine the relationship between GCS and length of stay for ICH patients with conservative therapy at RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Method: This research is an observational analytical study with a retrospective cohort design. The data used in the research is secondary data sourced from the RSUP Dr. Sardjito Department of Neurology’s stroke registry, from January 2020 to December 2022.
Results: A total of 125 ICH patients met the inclusion and exclusion criteria of this study. Among them, 79 patients (63,2%) had mild GCS (13-15), 23 patients (18,4%) had moderate GCS (9-12), and 23 patients (18,4%) had severe GCS (3-8). The majority of ICH patients in this study had a length of stay of more than 10 days (65 patients, 52%). Furthermore, 106 patients (84,8%) had severe dependence with barthel index score 0-50. The GCS did not show a significant relationship with length of stay (p-value > 0,05; 0,187), while the barthel index showed a statistically significant relationship with length of stay (p-value ? 0,05; 0,047). After controlling confounding variables using logistic regression analysis, a statistically significant relationship between GCS and length of stay for spontaneous ICH patients with conservative therapy was found (p-value 0,022). Patients with mild GCS have a 6,62 times higher risk to stay more than 10 days in the hospital compared to patients with severe GCS.
Conclusion: There is a significant relationship between the level of consciousness (GCS) and length of stay for sICH patients with conservative therapy at RSUP Dr. Sardjito.
Kata Kunci : stroke, PIS, GCS, lama rawat, mortalitas