Slow Tourism di Kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta: Tinjauan Kebijakan dan Penerapannya pada Kampung Wisata
Anna Rizky Anggraeni, Dr. Erda Rindrasih, S.Si., M.U.R.P
2025 | Skripsi | ILMU ADMINISTRASI NEGARA (MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PUBLIK)
Pergeseran preferensi wisatawan pasca pandemi COVID-19 yang menekankan pengalaman perjalanan secara bertanggung jawab telah mendorong perkembangan slow tourism sebagai alternatif pariwisata yang semakin relevan dalam menggambarkan dinamika sektor pariwisata kontemporer. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik slow tourism di kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta dengan berfokus pada kampung wisata dalam konteks kebijakan pemerintah atau faktor di tingkat makro. Sumbu Filosofi merupakan Situs Warisan Budaya Dunia sebagai modal dasar budaya yang melebur dalam bentuk tata ruang dengan makna dan nilai filosofi serta historis yang terkandung di dalamnya. Melalui pendekatan kualitatif, penelitian ini berusaha memberikan perspektif dalam literatur tentang slow tourism, khususnya dari faktor level makro berdasarkan studi kasus di negara berkembang. Hasil penelitian menunjukkan adanya potensi besar bagi kampung wisata di kawasan Sumbu Filosofi untuk mengembangkan paket wisata yang mengusung konsep slow tourism, dengan menawarkan produk wisata berbasis pengalaman (experience based). Meskipun konsep slow tourism masih relatif baru di Indonesia, Pemerintah Daerah DIY memberikan respon positif akan tren ini sebagai role model pariwisata di masa depan. Beberapa kebijakan pariwisata dan kebijakan manajemen Sumbu Filosofi menunjukkan relevansi untuk mengimplementasikan praktik-praktik yang sejalan dengan konsep slow tourism. Namun demikian, masih terdapat tantangan seperti kurangnya penerimaan istilah ‘slow tourism’ di kalangan stakeholders pariwisata, kurangnya dukungan dokumen perencanaan, dilema pengelolaan secara sektoral, dan dominasi pasar wisatawan massal. Beberapa peluang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan slow tourism di kawasan Sumbu Filosofi, diantaranya seperti peluang untuk mempraktikkan pariwisata berkelanjutan sekaligus melestarikan warisan budaya, menciptakan niche market dan branding untuk destinasi, serta pengembangan paket walking tour.
The shift in tourist preferences after COVID-19, emphasizing responsible travel experiences, has driven the development of slow tourism as an increasingly relevant alternative for depicting the dynamics of the contemporary tourism sector. This study aims to explore slow tourism practices in the Sumbu Filosofi area of Yogyakarta, focusing on tourism villages within the context of government policies or macro-level factors. Sumbu Filosofi, recognized as a World Cultural Heritage Site as a fundamental cultural asset that integrated into spatial planning and carries philosophical and historical values. Using a qualitative approach, this research seeks to contribute to the literature on slow tourism, particularly from a macro-level perspective through a case study in a developing country. The findings indicate significant potential for tourism villages in the Sumbu Filosofi area to develop tourism packages embracing the slow tourism concept, offering experience-based tourism products. Although slow tourism remains a relatively new concept in Indonesia, the Yogyakarta Special Region Government has responded positively to this trend as a future tourism role model. Several tourism policies and Sumbu Filosofi management policies demonstrate relevance in implementing practices aligned with the slow tourism concept. However, challenges persist, such as the lack of acceptance of the term 'slow tourism' among tourism stakeholders, insufficient support in planning documents, the dilemma of sectoral management, and the dominance of the mass tourism market. Nonetheless, several opportunities can be leveraged to develop slow tourism in the Sumbu Filosofi area, including the potential for practicing sustainable tourism while preserving cultural heritage, creating a niche market and strengthening destination branding, and developing walking tour packages.
Kata Kunci : slow tourism, Sumbu Filosofi, Yogyakarta, pariwisata lambat, kampung wisata, pariwisata berkelanjutan, pengembangan pariwisata, warisan budaya