Laju Jatuhan Serasah Tegakan Jati dan Formis Umur Delapan Tahun pada Musim Kemarau di Gunungkidul
Rahmi Putri, Dr. Arom Figyantika, S.Hut., M.Sc.; Dr. Ir. Handojo Hadi Nurjanto, M.Agr.Sc., IPU.
2025 | Skripsi | KEHUTANAN
Jati (Tectona grandis) dan formis (Acacia auriculiformis) banyak ditanam pada lahan-lahan hutan di Gunungkidul. Serasah yang dihasilkan oleh tegakan bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah di hutan. Informasi mengenai laju jatuhan serasah tegakan jati dan formis umur 8 tahun pada musim kemarau di Gunungkidul masih terbatas. Tujuan penelitian ini adalah menguantifikasi laju jatuhan serasah, menganalisis fluktuasi laju jatuhan serasah, menganalisis fraksi jatuhan serasah, serta menguantifikasi kandungan C-organik dan N-total jatuhan serasah jati dan formis umur 8 tahun pada musim kemarau di Gunungkidul.
Penelitian dilakukan pada bulan April hingga September di Petak 160, RPH Mulo, BDH Paliyan dan Desa Bendungan, Karangmojo. Tegakan jati dan formis yang digunakan pada penelitian ini berumur 8 tahun. Pada setiap tegakan dibuat 3 plot berukuran 25 m x 40 m. Pengambilan data laju jatuhan serasah dilakukan menggunakan metode littertrap. Pada setiap plot dipasang 3 littertrap berukuran 50 cm x 50 cm. Pengujian kandungan C-organik dan N-total jatuhan serasah dilakukan menggunakan metode spektrofotometer.
Laju jatuhan serasah tegakan jati dan formis umur 8 tahun pada musim kemarau di Gunungkidul adalah 5,11 ton/ha/6 bulan dan 3,83 ton/ha/6 bulan. Laju jatuhan serasah tegakan jati meningkat pada bulan September, sedangkan laju jatuhan serasah tegakan formis tertinggi pada bulan April dan cenderung stabil pada bulan Mei hingga September. Fraksi jatuhan serasah daun lebih mendominasi pada tegakan jati (5,10 ton/ha/6 bulan atau 99,93%) dan formis (3,22 ton/ha/6 bulan atau 77,49%). Kandungan C-organik jatuhan serasah daun jati sebesar 36,05?n formis sebesar 36,11%. Kandungan N-total jatuhan serasah daun jati sebesar 1,05?n formis sebesar 1,97%.
Tectona grandis and Acacia auriculiformis are widely planted in forest areas in Gunungkidul. The litter produced by the stands is useful for increasing soil fertility in the forest. There is limited information on the litterfall rate of 8 years old teak (Tectona grandis) and earleaf acacia (Acacia auriculiformis) stands during the dry season in Gunungkidul. The research aimed to quantify the litterfall rate, analyze the fluctuation of the litterfall rate, analyze the litterfall fraction, and quantify the C-organic and N-total content of 8 years old teak and earleaf acacia litterfall during the dry season in Gunungkidul.
The study was conducted from April to September in Compartment 160, RPH Mulo, BDH Paliyan and Bendungan Village, Karangmojo. The teak and earleaf acacia stands used in this study were 8 years old. Three plots measuring 25 m x 40 m were made in each stand. Litterfall rate data collection using the littertrap method. Three littertraps measuring 50 cm x 50 cm were installed in each plot. Testing of C-organic and N-total litterfall content using the spectrophotometer method.
The litterfall rate of 8 years old teak and earleaf acacia stands during the dry season in Gunungkidul was 5,11 tons/ha/6 months and 3,83 tons/ha/6 months. The litterfall rate of teak stands increased in September, while the litterfall rate of earleaf acacia stands was highest in April and relatively stable from May to September. The leaf litterfall fraction was more dominant in teak (5,10 tons/ha/6 months or 99,93%) and earleaf acacia (3,22 tons/ha/6 months or 77,49%). The C-organic content of teak leaf litterfall was 36,05% and earleaf acacia was 36,11%. The N-total content of teak leaf litterfall was 1,05% and earleaf acacia was 1,97%.
Kata Kunci : jati, formis, laju jatuhan serasah, C-organik, N-total