Analisis Kecukupan Obat Penyakit Kronis untuk Peserta JKN di Rumah Sakit dan Apotek Rujuk Balik di Jakarta Timur
Jessica Tabita Putri. S, Prof. Dr. apt. Chairun W, M.Kes., M.App.Sc.; Dra. apt. Selma Arsit Selto Siahaan, MHA.
2025 | Skripsi | FARMASI
Tingginya prevalensi pasien penyakit kronis di Indonesia turut menyebabkan permintaan obat yang melonjak, sedangkan ketersediaan obat di fasilitas kesehatan terbatas. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) harus menjamin obat-obatan yang cukup bagi pasien penyakit kronis. Kendati demikian, permasalahan ketersediaan dan kecukupan obat di Indonesia masih kerap terjadi.
Penelitian ini menggambaran ketersediaan dan kecukupan 16 obat penyakit kronis bagi peserta JKN di dua rumah sakit pemerintah dan satu apotek PRB di Jakarta Timur tahun 2023. Penelitian noneksperimental kuantitatif ini menggunakan metode cross sectional dengan pengambilan data secara observasi dan retrospektif. Data yang dikaji adalah data jumlah kebutuhan obat berdasarkan perencanaan, stok awal tahun, pengadaan obat, penjualan obat, stok akhir tahun, serta catatan kekosongan obat pada tahun 2023. Data dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam tabulasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di dua rumah sakit pemerintah, yaitu rumah sakit tipe A dan B serta satu apotek rujuk balik, hasil observasi yang dilakukan secara langsung terhadap 16 item obat indikator menujukkan bahwa seluruh item obat yang diteliti tersedia dalam kondisi baik di RS A dan Apotek C. Sementara di RS B, terdapat satu item obat yang tidak tersedia ketika pengambilan data dilakukan. Terkait kecukupan obat, RS A memiliki enam dari 16 item obat dengan profil kecukupan kurang dari satu bulan. RS B memiliki 14 dari 16 item obat dengan profil kecukupan obat lebih dari 18 bulan. Apotek C memiliki profil kecukupan kurang dari tiga bulan untuk semua item obat yang diteliti. Sementara itu, RS A memiliki sistem pencatatan logistik paling baik dilihat dari kesesuaian antara pencatatan stok dan mutasi obat dengan stok riil di gudang farmasi. RS B tidak cukup baik dan Apotek C cukup baik dalam melakukan pencatatan logistik. RS A tidak memiliki riwayat obat kosong selama tahun 2023. RS B memiliki dua dari 16 item obat dan Apotek C memiliki sembilan dari 16 item obat yang pernah mengalami kekosongan stok di tahun 2023. Terkait realisasi RKO, RS A, RS B, dan Apotek C belum dapat memenuhi rentang realisasi pengadaan berdasarkan RKO 2023 yang telah disusun.
The high prevalence of chronic disease patients in Indonesia has caused a surge in demand for drugs, while the availability of drugs in health facilities is limited. In this regard, the government through the Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), must guarantee sufficient drugs for chronic disease patients. However, the availability and adequacy of drugs in Indonesia still a problem that needed to be solved.
This study describes the availability and adequacy of 16 chronic disease drugs for JKN participants in two government hospitals and one PRB pharmacy in East Jakarta in 2023. This quantitative non-experimental study used a cross-sectional method with observational and retrospective data collection. The data studied were data on the number of drug demand based on planning, initial year stock, drug procurement, drug sales, end-of-year stock, and drug shortage records in 2023. The data were analyzed descriptively and presented in tabulations.
Based on this study conducted in two government hospitals, namely type A and B hospitals and one referral pharmacy, the results of direct observations of 16 indicator drug items showed that all drug items studied were available in good condition at Hospital A and Pharmacy C. Meanwhile, at Hospital B, there was one drug item that was not available when data collection was carried out. Regarding drug adequacy, Hospital A had six out of 16 drug items with a sufficiency profile of less than one month. Hospital B had 14 out of 16 drug items with a drug sufficiency profile of more than 18 months. Pharmacy C had a sufficiency profile of less than three months for all drug items studied. Meanwhile, Hospital A had the best logistics recording system as seen from the conformity between the recording of stock and drug mutations with the real stock in the pharmacy warehouse. Hospital B was not good enough and Pharmacy C was good enough in recording logistics. Hospital A has no history of drug shortage during 2023. Hospital B has two out of 16 drug items and Pharmacy C has nine out of 16 drug items that have experienced stock shortages in 2023. Regarding the realization of RKO, Hospital A, Hospital B, and Pharmacy C have not been able to perform in accordance with the realization range of the 2023 RKO procurement.
Kata Kunci : JKN, kecukupan, ketersediaan, penyakit kronis, PRB