The UAE's Religious Tolerance Policy at the Brink of Anti-Islamism: An Ontological Security Analysis
Alif Zulfadhli Taradisa, Dr. Siti Muti'ah Setyawati, M.A.
2025 | Skripsi | Ilmu Hubungan InternasionalSejak tahun 2016, Uni Emirat Arab telah membuat langkah signifikan dalam melembagakan toleransi beragama. Namun, UEA menghadapi kritik dari negara-negara tetangga dan para cendekiawan yang berpendapat bahwa negara memanipulasi wacana agama guna meningkatkan legitimasi politik, terutama mengingat sentimen anti-Islamis yang secara konsisten ditunjukkannya. Terlepas dari kritik-kritik ini, terdapat kesenjangan dalam penelitian akademis hubungan internasional yang membahas implikasi dari dugaan "manipulasi" ini terhadap keamanan nasional UEA, yang mana penelitian ini bertujuan untuk menganalisisnya. Dengan mengadopsi kerangka konsep keamanan ontologis, penelitian ini berusaha untuk memeriksa bagaimana toleransi beragama telah menjadi elemen utama dari narasi otobiografi UEA dan menyatakan bahwa kebangkitan pengaruh Islamis di Timur Tengah merupakan ancaman eksistensial yang substansial terhadap narasi-narasi ini. Oleh karena itu, promosi dan pengagungan kebijakan toleransi beragama secara inheren terkait dengan upaya melawan Islamisme. Pada akhirnya, penelitian ini menemukan bahwa para pejabat di UEA menunjukkan keterikatan pada narasi toleransi beragama yang secara signifikan meningkatkan citra global negara tersebut. Hal ini mengindikasikan adanya transisi ke arah kebijakan yang melanggengkan diri sendiri dalam praktik pencarian keamanan ontologis negara.
Since 2016, the UAE has made significant strides in institutionalising religious tolerance. However, it has faced criticism from neighbouring countries and scholars who argue that the state manipulates religious discourses to bolster political legitimacy, particularly in light of its anti-Islamist sentiment. Despite these critiques, there is a notable gap in IR academic research addressing the implications of this alleged "manipulation" for the UAE's national security, which this study aims to analyse. By adopting an ontological security framework, this research seeks to examine how religious tolerance has become a central element of the UAE's autobiographical narratives and posits that the rise of Islamist influence represents a substantial existential threat to these narratives. Therefore, the promotion and glorification of religious tolerance policy are inherently linked to efforts countering Islamism. Ultimately, the study finds that Emirati officials exhibit rigid attachments to narratives of religious tolerance, which significantly enhance the nation's global image, indicating a transition toward a self-perpetuating policy path within the practices of state ontological security-seeking.
Kata Kunci : Tolerance, Islamism, Narratives, Ontological Security, the UAE