Laju Denudasi di Kawasan Karst Gunungsewu, Kabupaten Gunungkidul

AKHMAD SINGGIH, Prof. Dr. Eko Haryono, M.Si; Ahmad Cahyadi, S.Si., M.Sc.

2024 | Skripsi | GEOGRAFI DAN ILMU LINGKUNGAN

Denudasi karst merupakan proses menurunnnya permukaan karst akibat proses pelarutan. Kawasan Karst Gunungsewu termasuk karst yang mengalami proses denudasi. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui laju denudasi di Kawasan Karst Gunungsewu. Adapun tujuan penelitian dari penelitian ini sebagai berikut: 1) menghitung laju denudasi di Kawasan Karst Gunungsewu 2) membandingkan  laju denudasi pada sistem drainase epikarst dan sistem sungai bawah tanah.Laju denudasi dihitung berdasarkan kandungan CaCO3 terlarut, debit aliran, dan luas daerah tangkapan air selama 1 tahun. Data yang digunakan meliputi data primer hasil pengukuran lapangan dan data sekunder hasil penelitian-penelitian sebelumnya. Data yang telah diukur kemudian dihitung untuk mengetahui laju denudasi pada sistem drainase epikarst dan sistem sungai bawah tanah. Hasil penelitian ini menunjukkan laju denudasi di Kawasan Karst Gunungsewu sebesar 90,08 m3/km2/tahun atau 0,09 mm/tahun dengan kontribusi sistem drainase epikarst sebesar dua kali lipat dari sungai bawah tanah. Proses pelarutan mayoritas berada pada zona soil-bedrock interface dengan sumber karbondioksida berasal dari atmosfer dan tanah. Kondisi geomorfologi, geologi, dan tanah mempengaruhi laju denudasi di Kawasan Karst Gunungsewu. Pada sistem drainase epikarst yang dicirikan dengan sistem tertutup proses pelepasan gas karbondioksida lebih kecil dibandingkan pada sistem sungai bawah tanah dengan sistem terbuka. 

Karst denudation is the process of lowering the karst surface due to dissolution processes. The Gunungsewu Karst area is one such karst experiencing denudation processes. This research aims to determine the rate of denudation in the Gunungsewu Karst area. The objectives of this study are as follows: 1) to quantify the rate of denudation in the Gunungsewu Karst area, and 2) to compare the rate of denudation between the epikarst drainage system and the underground river system. The rate of karst denudation is calculated based on dissolved CaCO3 content, flow discharge, and the area of the water catchment area over one year. The data used include primary data from field measurements and secondary data from previous studies. The measured data is then calculated to determine the denudation rate in the epikarst drainage system and the underground river system. The results of this study indicate that the denudation rate in the Gunungsewu Karst area is 90.08 m³/km²/year or 0.09 mm/year, with the epikarst drainage system contributing to a denudation rate that is double that of the underground river system. The dissolution process mostly occurs in the soil-bedrock interface zone, with carbon dioxide sources originating from the atmosphere and soil. The geomorphological, geological, and soil conditions affect the denudation rate in the Gunungsewu Karst area. In the epikarst drainage system, characterized by a closed system, the degassing process of carbon dioxide is smaller compared to the underground river system with an open system.

Kata Kunci : denudasi, epikarst, sungai bawah tanah, pelarutan