INDONESIA’S MARKET REACTIONS TO ANNOUNCEMENT OF OJK REGULATION NUMBER 14 OF 2023 ON CARBON TRADING
I Gusti Agung Arvin Nanda Pratama, Jogiyanto Hartono M, Prof., Dr., MBA., Ak., CMA., CA.
2024 | Tesis | S2 Manajemen
Penelitian ini mengkaji reaksi pasar saham Indonesia
terhadap pengumuman Peraturan OJK Nomor 14 Tahun 2023 yang meresmikan mekanisme
perdagangan karbon pada 2 Agustus 2023. Dengan memperkenalkan perdagangan
karbon, regulasi ini bertujuan menyelaraskan Indonesia dengan komitmen iklim
global dan mendorong insentif berbasis pasar untuk pengurangan emisi. Namun,
regulasi ini juga menciptakan ketidakpastian yang memengaruhi sentimen
investor, khususnya di pasar negara berkembang.
Metodologi studi peristiwa digunakan untuk menganalisis
Return Taknormal dan Rerata Akumulasi Return Taknormal (RARTN) dengan
menggunakan data harga saham perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Dalam jendela peristiwa selama tujuh hari, RARTN seluruh saham turun
dari -0,65% sebelum pengumuman menjadi -1,35% setelahnya. Sektor keuangan
mengalami penurunan yang lebih tajam, dengan RARTN turun dari -0,75% menjadi
-1,87%, sementara sektor karbon-intensif mengalami penurunan RARTN dari -0,71%
menjadi -1,22%.
Reaksi negatif yang signifikan ini mencerminkan kekhawatiran
investor terhadap meningkatnya biaya kepatuhan dan tantangan operasional.
Temuan ini berkontribusi pada literatur mengenai reaksi pasar terhadap
kebijakan keberlanjutan di Indonesia, memberikan wawasan berharga bagi pembuat
kebijakan dalam merancang kerangka perdagangan karbon, bisnis dalam beradaptasi
dengan tuntutan regulasi, dan investor dalam menilai risiko di pasar karbon
yang terus berkembang.
An event study methodology was employed to analyze abnormal
returns and cumulative average abnormal returns (CAAR) using stock price data
from companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX). Over a seven-day
event window, the CAAR for all stocks dropped from -0.65?fore the
announcement to -1.35?ter. The financial sector saw a sharper decline, with
CAAR falling from -0.75% to -1.87%, while carbon-intensive sectors experienced
CAAR decrease from -0.71% to -1.22%.
These significant negative reactions highlight investor
concerns over increased compliance costs and operational challenges. The
findings contribute to the literature on sustainability-related market
reactions in Indonesia, offering valuable insights for policymakers designing
carbon trading frameworks, businesses adapting to regulatory demands, and
investors assessing risks in the evolving carbon market.
Kata Kunci : carbon trading, cumulative abnormal return, market reaction, event study, Indonesian stock market.