Evaluasi kecamatan sebagai pusat pertumbuhan Kabupaten Bantul Tahun 1999-2003 :: STudi kasus Kecamatan Pundong dan Piyungan
PURWANINGSIH, Ari, Dr. Budiono Sri Handoko, MA
2004 | Tesis | Magister Ekonomika PembangunanFokus penelitian ini adalah evaluasi kebijakan kecamatan sebagai pusat pertumbuhan (1999) dari aspek karakteristik wilayah dan Implementasi Program Pengembangan Kecamatan Pusat Pertumbuhan sebagai usaha untuk mengurangi kesenjangan wilayah dengan penguatan basis ekonomi yang bertumpu pada pengembangan ekonomi lokal. Evaluasi kecamatan sebagai pusat pertumbuhan ini merupakan penelitian “evaluasi formatif†(formative evaluation), dengan tujuan untuk mengungkapkan seberapa jauh program telah berhasil secara efektif mencapai sasaran dan tujuannya sesuai dengan desain atau rancangan program yang telah ditetapkan. Penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian yang mengkombinasikan antara metode deskriptif kualitatif dengan metode kuantitatif, mengambil lokasi di Kecamatan Pundong dan Piyungan, Kabupaten Bantul Tahun 1999-2003. Hasil penelitian ini menunjukkan dari aspek karakteristik wilayah, kegiatan sektor pertanian merupakan mata pencaharian utama penduduk di wilayah penelitian. Kegiatan sektor pertanian tersebut mempunyai spesialisasi dan keunggulan kompetitif, dan ditunjang dengan potensi sumberdaya lahan pertanian, ketersediaan air dan jumlah tenaga kerjanya. Kecamatan Pundong dan Piyungan selama kurun waktu 1999-2003 termasuk wilayah dengan tingkatan pembangunan manusia yang rendah dengan nilai rata-rata sebesar 38,54 (Pundong) dan 50,48 (Piyungan). Sumber daya sosial yang ada, menunjukkan bahwa budaya tradisional yang ada memiliki pengaruh positif bagi pembangunan. Jumlah perkumpulan tradisional, anggota budaya dan anggota seniman menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Kecamatan Pundong mempunyai interaksi yang kuat yaitu dengan Kecamatan Kretek, Imogiri dan Jetis. Untuk Kecamatan Piyungan mempunyai interaksi yang cukup kuat dengan Kecamatan Berbah dan Prambanan (Sleman), Kecamatan Patuk (Gunungkidul), Kecamatan Banguntapan dan Dlingo. Rasio panjang jalan dengan luas jalan di kedua wilayah kecamatan tersebut menunjukkan nilai lebih dari satu. Moda transportasi di kedua wilayah secara kuantitas cukup memadai, untuk fasilitas ekonomi dan sosial mengalami perkembangan, meskipun tidak terlalu besar. Penetapan dan Implementasi Program Kecamatan sebagai Pusat Pertumbuhan secara eksplisit tidak mempunyai landasan hukum serta tidak ditindak lanjuti dengan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis. Produk andalan kedua wilayah penelitian mengalami perubahan, perlu dilakukan evaluasi, sedangkan produk unggulan perlu dikembangkan lebih optimal. Untuk keberlanjutan program, maka perlu dilakukan redefinisi konsep Kecamatan sebagai Pusat Pertumbuhan. Sektor yang potensial yang dapat dikembangkan di Kecamatan Pundong sektor industri (industri kecil gerabah) dan sektor jasa, Kecamatan Piyungan sektor pertambangan, industri dan sektor jasa pariwisata.
The focus of this research was policy evaluation of districts as growth center by the region typical and implementation of development program in growth center districts as a mean to discourage cross regional disparities and strengthening economic base upon local economic development. This evaluation was formative to examine the extent to which effective programs implementations were successful. Combined methods of qualitative and quantitative was utilized analysis two pilot project, names Pundong and Piyungan, Kabupaten Bantul 1999- 2003 were the subject. Results showed, from region typical, that activitiy of the region observed was mainly specialized-competitive agriculture, supported by farming land resources, and water and workforce availabilty. Pundong and Piyungan 1999-2003 was the lowest human resources development with average value of 38.54 (Pundong) , and value of 50.48 (Piyungan). Tradition had positive significant impact on the development of each region observed. Art and cultural communities members were increased, confirming a steady-state development. Strong interactions were found to be existed between Pundong and Kretek, Imogiri, Jetis; so did between Piyungan and Berbah, Prambanan, Patuk, Banguntapan, and Dlingo. Transportation of the two observed region were appropriate quantitatively. Economic,social, and admonsitration facilities were also found developed enough. Growth center program implementation were lack of law foundation and had not been followed-up by operational and technical guidelines. Blue chip products of the two region were changed, so need to be evaluated and more optimally developed. Redefining concept of district as growth center was required for sustainable programs. Potential sector avilable for development as an economic driver in Pundong were industry (ceramics), and services; while that of Piyungan were mining, industry, and service tourism.
Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi,Peran Kecamatan