Laporkan Masalah

Perkembangan Tradisi Sinoman di Desa Sraten Kabupaten Semarang Ditinjau dari Teori Strategi Kebudayaan Van Peursen

ALFINA RIZKI AMALIA, Drs. Budisutrisna, M.Hum.; Fitri Alfariz, S.Fil., M.Phil.

2024 | Skripsi | ILMU FILSAFAT

Penelitian ini memiliki latar belakang tradisi sinoman di desa Sraten mengalami perkembangan sebagai tantangan dari zaman yang semakin maju. Kondisi ini mengakibatkan terjadi berbagai pergeseran pada tradisi sinoman, baik dalam aspek substansial ataupun aksidensial. Perkembangan pada tradisi sinoman menjadi kesempatan untuk tetap mempertahankan eksistensinya dengan mempertimbangkan kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat modern. Tujuan penelitian ini berfokus dalam dua hal. Pertama, analisis perkembangan tradisi sinoman di Desa Sraten berdasarkan teori strategi kebudayaan C. A. Van Peursen. Kedua, analisis makna perkembangan tradisi sinoman pada generasi muda di desa Sraten berdasarkan teori strategi kebudayaan C. A. Van Peursen. 


Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan data kualitatif yang didapatkan dari observasi data lapangan dan wawancara serta diperkuat dengan data kepustakaan. Data-data lapangan dan kepustakaan selanjutnya diolah dengan menggunakan unsur-unsur metodis diantaranya seperti deskripsi, interpretasi, dan refleksi kritis, sehingga akan diperoleh suatu hasil baru yang dapat disajikan dalam bentuk yang lebih sistematis dan mudah dipahami. 


Hasil yang dicapai pada penelitian perkembangan tradisi sinoman di desa Sraten menghasilkan dua temuan. Pertama, pada tahap mitis kepercayaan mengenai ora srawung rabimu suwung masih melekat kuat pada generasi muda tradisi sinoman. Pada tahap ontologis tradisi sinoman menjadi wadah untuk menanamkan nilai kebersamaan, gotong royong, dan kerja sama kepada generasi muda. Pada tahap fungsionil terjadi perkembangan pada pelaksanaan tradisi sinoman, terdapat perubahan pada aspek praktis tanpa menghilangkan nilai-nilai luhur tradisi sinoman. Kedua, terjadi penurunan pada partisipasi pemuda dalam pelaksanaan sinoman yang disebabkan oleh kerenggangan tali persaudaraan antar sesama anggota. Menyebabkan mulai lunturnya pemaknaan oleh generasi muda mengenai nilai kebersamaan, gotong royong, dan kerja sama seperti yang termuat pada tradisi sinoman. Anggota sinoman secara proaktif melakukan perubahan untuk mengembalikan pemaknaan generasi muda mengenai makna otentik tradisi sinoman.  

This research is grounded in the tradition of sinoman in Sraten village, which is undergoing a transformation due to the challenges of an increasingly modern era. This condition has resulted in various shifts in the sinoman tradition, both in substantial and accidental aspects. The development of the sinoman tradition presents an opportunity to maintain its existence by considering the needs of modern society. This research focuses on two objectives. First, it analyzes the development of the sinoman tradition in Sraten Village based on C.A. Van Peursen's theory of cultural strategy. Second, it analyzes the meaning of the development of the sinoman tradition for the younger generation in Sraten Village based on C.A. Van Peursen's theory of cultural strategy. 


This research is a field study using qualitative data obtained from field observations and interviews, reinforced by library data. The field and library data are then processed using methodical elements such as description, interpretation, and critical reflection, resulting in a new finding that can be presented in a more systematic and understandable form. 


The results of the research on the development of the sinoman tradition in Sraten village yield two findings. First, at the mythical stage, the belief in "ora srawung rabimu suwung" is still strongly attached to the younger generation of the sinoman tradition. At the ontological stage, the sinoman tradition becomes a medium for instilling values of togetherness, mutual cooperation, and teamwork in the younger generation. At the functional stage, there is a development in the implementation of the sinoman tradition, marked by changes in its practical aspects without compromising the tradition's noble values. Secondly, there is a decline in youth participation in the implementation of sinoman due to the weakening of fraternal ties among members. This causes a decline in the younger generation's understanding of the values of togetherness, mutual cooperation, and teamwork as embedded in the sinoman tradition. Sinoman members proactively make changes to restore the younger generation's understanding of the authentic meaning of the sinoman tradition. 

Kata Kunci : Tradisi sinoman, tahap perkembangan budaya, strategi kebudayaan, C. A. Van Peursen.

  1. S1-2024-454932-abstract.pdf  
  2. S1-2024-454932-bibliography.pdf  
  3. S1-2024-454932-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2024-454932-title.pdf