Pengembangan Metode Pelatihan Perawat Medikal Bedah Dasar Berbasis Elektronik sebagai Model Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan untuk Perawat Klinis
Novita Kurnia Sari, Prof. dr. Titi Savitri Prihatiningsih, M.A., M.Med.Ed., Ph.D; Lely Lusmilasari, S.Kp., M.Kes., Ph.D.
2024 | Disertasi | S3 Kedokteran Umum
Latar belakang: Pendidikan keperawatan berkelanjutan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan dan mempertahankan kompetensi, menjamin keselamatan pasien, dan kualitas pelayanan keperawatan. Namun, pelaksanaan PKB belum terstruktur, belum relevan dengan jenjang karir perawat, belum merata, kurangnya dukungan finansial dan waktu, penjadwalan dinas yang tidak mendukung, tidak adanya bimbingan dan umpan balik paska mengikuti PKB menjadi kendala yang dihadapi. Sementara itu, perkembangan teknologi dan berbagai metode pembelajaran dan bimbingan untuk perawat telah dikembangkan dan tersedia. Dan perawat medikal bedah jumlahnya hampir 80?ri keseluruhan perawat yang ada di Indonesia. Oleh karena diperlukan suatu strategi untuk menjembatani hal tersebut.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode pelatihan perawat medikal bedah dasar berbasis elektronik sebagai model pendidikan keperawatan berkelanjutan.
Metode: Penelitian ini merupakan exploratory action research yang dilakukan dalam empat tahap. Tahap I bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pengembangan, tahap II pengembangan desain instruksional, tahap III pengembangan LMS, dan tahap IV uji kegunaan dengan SUS dan evaluasi terbuka menggunakan Gform. Subyek penelitian meliputi perawat, manajemen rumah sakit, dan organisasi profesi perawat yang direkrut secara purposive sampling.
Hasil: Penelitian tahap I diidentifikasi kebutuhan pendidikan keperawatan berkelanjutan gambaran mengenai pertimbangan partisipasi PKB perawat, pertimbangan penyelenggaraan PKB perawat, manajemen penyelenggaraan PKB, dan strategi untuk meningkatkan partisipasi PKB perawat. Tahap II tersusunnya kurikulum pelatihan perawat medikal bedah dasar. Tahap III dihasilkan desain LMS menggunakan Moodle yang telah melewati validasi kelayakan multimedia pembelajaran oleh pakar. Tahap IV didapatkan uji pengguna melalui instrumen SUS pada skor 66,45 yang menunjukkan LMS ini memiliki tingkat kegunaan yang memadai.
Kesimpulan: Pengembangan metode pelatihan perawat medikal bedah dasar berbasis elektronik ini dapat digunakan sebagai model pendidikan keperawatan berkelanjutan. Model PKB ini masih perlu terus disempurnakan agar dapat digunakan dan memberikan output optimal baik bagi karir perawat, kualitas asuhan keperawatan maupun sistem pelayan keperawatan di Indonesia. Diperlukan peran aktif dan dukungan dari perawat, manajemen rumah sakit, maupun organisasi profesi serta studi lanjutan untuk menilai luaran kompetensi, penerimaan teknologi, dan kinerja perawat.
Background: Continuing nursing education is one of the efforts to improve and maintain competence, ensure patient safety, and provide quality nursing services. However, the implementation of CPD has not been structured, is not yet relevant to the career path of nurses, is uneven, lacks financial and time support, unsupportive service scheduling, and lacks guidance and feedback after participating in CPD are the obstacles faced. Meanwhile, technological developments, as well as various learning and guidance methods for nurses, have been developed and made available. Approximately 80% of all nurses in Indonesia are medical-surgical nurses. Therefore, we require a strategy to bridge this gap.
Objective: This study aims to develop an electronic-based basic surgical medical nurse training method as a model of continuing nursing education.
Methods: We conducted this study in four stages of exploratory action research. Phase I aims to identify development needs, followed by phase II instructional design development, phase III LMS development, and phase IV feasibility study with SUS and open evaluation using Gform. The study's subjects include nurses, hospital management, and nursing professional organizations recruited through purposive sampling.
Results: The first phase of the research yielded five key themes: 1) the context of CPD; 2) the consideration of nurse participation in CPD; 3) the implementation of CPD for nurses; 4) strategies to boost nurse participation in CPD; and 5) the management of CPD implementation, which served as an investigation into CPD requirements. In Phase II, the curriculum book for basic surgical medical nurse training was prepared. In Phase III, experts validated the feasibility of multimedia learning through the LMS design using Moodle. User tests using the SUS instrument yielded a score of 66.45 for Phase IV, indicating a high level of user acceptance.
Conclusion: The development of this electronic-based basic surgical medical nurse training method can serve as a model for continuing nursing education. We still need to refine this CPD model to ensure its optimal use and output for nurses' careers, nursing care quality, and the Indonesian nursing service system. We need active participation and support from nurses, hospital management, and professional organizations, along with advanced studies to assess competency outputs, technology acceptance, and nurse performance.
Kata Kunci : CPD, continuing professional development, design, e-learning, exploratory action research, nurses, LMS