Gaya Hidup Remaja Pelaku Prostitusi di Yogyakarta
Zakaria Efendi, Prof. Dr. Irwan Abdullah
2024 | Tesis | S2 Antropologi
Prostitusi remaja di Yogyakarta sebagai bagian dari gaya
hidup pop dipengaruhi oleh faktor yang kompleks. Pengalaman buruk seksual dalam
komitmen hubungan sosial romantis dan pemaksaan seksual telah meninggalkan
trauma mendalam. Hal tersebut mempengaruhi sebelas remaja perempuan pada perilaku
destruktif, termasuk terlibat dalam prostitusi. Melalui media sosial dan
konsumsi budaya populer, norma-norma tradisional mengenai seksualitas mulai
bergeser dan gaya hidup yang lebih permisif cenderung lebih diterima. Media
sosial memungkinkan individu untuk mengeksplorasi identitas seksual mereka
dalam ruang yang relatif anonim dan membuat batas-batas sosial menjadi lebih
longgar. Melihat fenomena tersebut, penelitian ini bertujuan untuk; pertama,
mendeskripsikan proses keterlibatan sebelas remaja perempuan dalam dunia
prostitusi. Kedua, menjelaskan bagaimana media dan budaya pop mempengaruhi
keterlibatan remaja perempuan dalam prostitusi. Ketiga, menganalisis pemaknaan
remaja perempuan yang menjadikan prostitusi sebagai gaya hidup.
Tesis ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode etnografi. Pengumpulan data
dilakukan pada Juni 2023 hingga Mei 2024. Analisis data dilakukan secara
simultan dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan
melalui observasi online menggunakan tiga aplikasi kencan, yaitu; Omi, Tantan,
dan Tinder. Setelah mendapatkan sebelas informan, observasi dilanjutkan dengan
pertemuan tatap muka dalam waktu yang fleksibel di tempat-tempat informal untuk
melakukan wawancara mendalam. Wawancara difokuskan pada tiga konteks utama: (1)
proses keterlibatan remaja dalam prostitusi, (2) pengaruh media dan budaya
populer terhadap keterlibatan mereka, dan (3) pemaknaan mereka terhadap
keterlibatan tersebut. Data sekunder diperoleh melalui informasi dari situs website, buku, dan artikel jurnal yang
relevan dengan konteks penelitian ini.
Tesis ini menyoroti tiga temuan utama. Pertama, prostitusi dipilih sebagai alternatif untuk memperoleh pasangan seksual tanpa komitmen, hal itu dilakukan guna menghindari keterikatan emosional. Kedua, media sosial berperan sebagai sarana yang mempermudah mereka terhubung dan menemukan pasangan seksual yang sesuai kriterianya dengan lebih cepat. Kehidupan perkotaan yang terbuka dan fleksibel telah mendorong sebelas remaja perempuan lebih percaya diri dalam mengekspresikan identitas seksualnya. Ketiga, keterlibatan dalam prostitusi telah menjadi pilihan radikal sebelas remaja perempuan untuk memperoleh kepuasan seksual. Longgarnya kontrol sosial, kesadaran pada emansipasi gender, dan kebebasan hidup di perantauan semakin mendorong remaja untuk mengekspresikan identitas seksualnya secara lebih bebas.
Teenage prostitution
in Yogyakarta as part of the pop lifestyle is influenced by complex factors. Adverse
sexual experiences in committed romantic social relationships and sexual
coercion have left deep trauma. This influenced eleven adolescent girls to
destructive behaviors, including engaging in prostitution. Through social media
and the consumption of popular culture, traditional norms regarding sexuality
are shifting and more permissive lifestyles are becoming more accepted. Social
media allows individuals to explore their sexual identity in a relatively
anonymous space and makes social boundaries looser. Looking at this phenomenon,
this study aims to; first, describe the process of involvement of eleven
teenage girls in the world of prostitution. Second, explain how media and pop
culture influence the involvement of adolescent girls in prostitution. Third,
to analyze the meaning of teenage girls who make prostitution a lifestyle.
This thesis uses a
qualitative descriptive approach with ethnographic methods. Data collection was
conducted from June 2023 to May 2024. Data analysis was conducted simultaneously
using primary and secondary data. Primary data was collected through online
observation using three dating apps, namely; Omi, Tantan, and Tinder. After
obtaining eleven informants, the observation was followed by face-to-face
meetings at flexible times in informal places to conduct in-depth interviews.
The interviews focused on three main contexts: (1) the process of teenagers'
involvement in prostitution, (2) the influence of media and popular culture on
their involvement, and (3) their meaning of the involvement. Secondary data was
obtained through information from websites, books, and journal articles
relevant to the context of this study.
This thesis
highlights three main findings. First, prostitution is chosen as an alternative
to obtaining a sexual partner without commitment, avoiding emotional
attachment. Second, social media acted as a tool that made it easier for them
to connect and find sexual partners who fit their criteria more quickly. The
open and flexible nature of urban life has encouraged eleven adolescent girls
to be more confident in expressing their sexual identity. Third, involvement in
prostitution has become a radical choice for eleven adolescent girls to obtain
sexual satisfaction. The loosening of social control, awareness of gender
emancipation, and the freedom of living overseas further encourage adolescents
to express their sexual identity more freely.
Kata Kunci : lifestyle, popular culture, adolescent girls, prostitution, sexuality