Analisis Spasial dan Temporal Insidensi Kanker Serviks di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009-2019
Safiqulatif Abdillah, dr. Nungki Anggorowati, Ph.D., Sp.PA, Sub.Sp.HLE (K); dr. M. Lutfan Lazuardi, M.Kes., Ph.D.
2024 | Tesis-Spesialis | S2 Ilmu Patologi Anatomi
Latar Belakang: Secara global kasus baru dan proyeksi kanker serviks tahun 2022 di seluruh dunia mengalami peningkatan. Data tersebut juga menemukan bahwa jumlah kejadian semakin meningkat di Indonesia dan khususnya di Yogyakarta. Kondisi tersebut disebabkan oleh banyak faktor seperti perkembangan ekonomi, pelayanan kesehatan, dan faktor sosial.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan perubahan dari waktu ke waktu (tren temporal) insidensi kanker serviks di DIY dan setiap kabupaten/ kota di DIY tahun 2009-2019. Temuan penelitian ini dapat digunakan untuk menginformasikan kebijakan dan praktik pengambilan keputusan dalam penanggulangan kanker serviks.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dan analitik dengan desain cross-sectional dan metode analisis temporal-spasial. Sumber data adalah Registrasi Kanker RSUP Sardjito Yogyakarta periode 1 Januari 2009 sampai dengan 31 Desember 2019. Penelitian dilakukan setelah mendapat izin etik dari Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan FKKMK UGM dan izin penelitian dari bagian penelitian RSUP Dr Sardjito. Variabel univariat dianalisis secara deskriptif. Data bivariat dianalisis dengan metode korelasi Spearman dan analisis multivariat dengan metode regresi linier berganda menggunakan SPSS Statistics 29.0.2.0. Analisis spasial dengan metode Moran's Global Index dan LISA (local indicator of spatial association) menggunakan R statistical software versi 4.2.2. Pemetaan sebaran kasus menggunakan ArcGIS dan Microsoft Power BI, sedangkan analisis temporal menggunakan Jointpoint Regression Program versi 4.9.1.0 dan Microsoft Excel 2021.
Hasil: Kejadian serviks di DIY pada tahun 2009-2019 tercatat 1.110 kasus. Kasus tertinggi terjadi pada kelompok usia 46-55 tahun (39,5%), terjadi di Kabupaten Sleman (34,1%), dengan stadium 2 (32,3%), poorly-differentiated (41,1%), dan diberikan kemoterapi (24,6%). Analisis autokorelasi spasial global terhadap distribusi subyek kumulatif di DIY menurut wilayah kabupaten/ kota antara tahun 2009 hingga 2019 menunjukkan Indeks Moran’s I sebesar 0,012 (z = 0,105, p > 0,05) dengan autokorelasi negatif atau membentuk pola menyebar, secara statistik perbedaan klusterisasi tidak bermakna. Pada analisis Local Indicator of Spatial Autocorrelation (LISA) Index sebesar -0,012 dengan nilai p = 0,458 (p> 0,05). Terdapat 12 kecamatan dengan kluster tinggi-tinggi dan 4 kecamatan dengan kluster rendah-rendah.
Kesimpulan: Kejadian kanker serviks memiliki distribusi spasial yang heterogen, dengan kelompok insidensi menunjukkan variasi distribusi yang tidak merata di setiap kabupaten. Kasus terbanyak terjadi di Kabupaten Sleman, Bantul, dan Kota Yogyakarta. Terjadi pengelompokan spasial di area kecaatan tertentu. Kecenderung adalah wilayah sub urban dan urban dengan akses kesehatan yang mudah. Angka kejadian kanker serviks meningkat secara signifikan selama tiga tahun terakhir sejak 2017 dan seterusnya. Di semua kabupaten/ kota, terlihat peningkatan di semua kelompok usia.
Background: Globally reported in 2022 that new cases and projections of cervical cancer worldwide have increased. The data also found that the number of incidents is increasing in Indonesia and especially in Yogyakarta. This condition is caused by many factors such as economic development, health services, and social factors.
Objective: This study aims to determine the distribution and changes over time (temporal trends) of cervical cancer incidence in DIY and each district/city in DIY in 2009-2019. The results of this study can be used as input in determining cervical cancer control policies.
Method: This study is a descriptive and analytical observational study with a cross-sectional design and temporal-spatial analysis methods. The data source is the Cancer Registration of Sardjito Hospital Yogyakarta for the period 1 January 2009 - 31 December 2019. The study was conducted with ethical permission from the Medical and Health Research Ethics Commission, FoMPHN UGM and research permission from the research department of Dr. Sardjito Hospital. Univariate parameters in the form of domicile, age, clinical stage, grade, and initial therapy were analyzed descriptively. Spatial analysis using the Moran's Global Index and LISA (local indicator of spatial association) methods using R statistical software version 4.2.2. Mapping of case distribution using ArcGIS and Microsoft Power BI, while temporal analysis using Jointpoint Regression Program version 4.9.1.0 and Microsoft Excel 2021.
Results: Cervical cases in DIY in 2009-2019 were recorded at 1,110 cases. The highest cases occurred in the 46–55-year age group (39.5%), in Sleman Regency (34.1%), with stage 2 (32.3%), poorly-differentiated (41.1%), and given chemotherapy (24.6%). Global spatial autocorrelation analysis of the distribution of subjects in DIY in 2009-2019 showed Moran's I Index p = 0.00 (p-value < 0>
Conclusion: The incidence of cervical cancer has a heterogeneous spatial distribution, with incidence groups showing uneven distribution variations in each district. The most cases occurred in Sleman, Bantul, and Yogyakarta City. There is spatial clustering in certain sub-district areas with easier access to referral health. The incidence of cervical cancer has increased significantly over the past three years since 2017. There has been an increase in all age groups in all districts/cities.
Kata Kunci : Kanker serviks, analisis spasial, analisis temporal, registrasi kanker berbasis populasi